Mendengar ini, Sin Hong cepat berbisik,
“Hong Li, kau pura-pura masih terbelenggu dan tertotok.!”
Dan secepat kilat Sin Hong sudah menyambar tubuh muridnya, sekali meloncat sudah keluar dari dalam kamar melalui jendela dan menutupkan daun jendela, lalu mengintai dari luar.
Daun pintu kamar terbuka dan masuklah seorang laki-laki berperut gendut berkepala botak yang pakaiannya serba merah. Diam-diam Hong Li memperhatikan pria itu dan biarpun ia tidak ingat lagi, namun ia merasa yakin bahwa tentu pria ini seorang bekas anak buah Ang I Mo-pang yang berhasil meloloskan diri dari pasukan pemerintah yang menyergap para pemberontak.
Ang I Siauw-mo kembali tertawa bergelak melihat dua orang pengantinnya masih rebah terlentang di atas pembaringan, yang seorang di pinggir sana dan seorang lagi di pinggir sini. Tadi dia sudah membayangkan betapa nyamannya kalau dia rebah di tengah-tengah, di antara mereka berdua!
“Ha-na-ha, isteri-isteriku yang manis! Sabar menanti kedatangan suami kalian yang mencinta. Heh-heh-heh, para pelayan itu sungguh sungkan, menutupi tubuh kalian yang mulus dengan selimut. Tunggulah, sayang, bersabarlah sedikit lagi, suamimu segera akan menemani kalian bersenang-senang, ha-ha-ha-ha-ha....!”
Dia lalu menghampiri pembaringan, agak terhuyung karena terlalu banyak minum. Hong Li mencium bau arak dan ia hampir muntah, bukan hanya karena bau itu, melainkan karena muak menyaksikan tingkah laku orang berperut gendut berkepala botak ini. Seluruh urat syaraf di tubuhnya sudah meregang semua, tubuhnya dipenuhi hawa sin-kang seperti hendak meledak, akan tetapi ia menahan diri.
Si gendut botak itu menyingkap selimut dan melihat dua tubuh telanjang bulat itu, dia menyeringai dan mulutnya mengeluarkan bunyi berdecak dan mengeluarkan air liur menetes di ujung bibirnya. Akan tetapi ketika dia mengulur tangan hendak meraba tubuh Hong Li, tiba-tiba saja wanita ini bergerak memukul dengan kedua tangannya, tangan kiri dengan pengerahan tenaga Hui-yang Sin-kang menghantam kepala botak itu, dan tangan kanan menonjok ke arah dada.
“Desss.... prokkk....”
Tubuh Ang I Siauw-mo terjengkang dan dia tidak sempat lagi mengeluarkan suara karena serangan yang amat dansyat itu telah membuat kepalanya pecah dan jantungnya tergetar rontok dan dia tewas seketika sebelum tubuhnya terbanting ke atas lantai!
Hong Li cepat menyambar pakaiannya dan mengenakan pakaiannya, kemudian ia membebaskan totokan gadis dusun itu yang juga segera mengenakan pakaian dengan seluruh tubuh menggigil dan tangan gemetar, mulut menahan tangis saking takutnya.
Sin Hong dan Yo Han melompat masuk ke dalam kamar melalui jendela.
“Yo Han, kau bawa Enci ini keluar dari sini dan tunggu kami di hutan belakang sarang ini. Kami akan membasmi gerombolan penjahat,” kata Sin Hong kepada muridnya.
“Baik, Suhu. Mari, Enci.!” katanya dan Yo Han menggandeng tangan gadis dusun itu yang tidak banyak tingkah lagi, menurut saja dituntun oleh Yo Han keluar dari dalam kamar melalui jendela dan mereka berdua menghilang di dalam kegelapan malam.
“Hong Li, kau pura-pura masih terbelenggu dan tertotok.!”
Dan secepat kilat Sin Hong sudah menyambar tubuh muridnya, sekali meloncat sudah keluar dari dalam kamar melalui jendela dan menutupkan daun jendela, lalu mengintai dari luar.
Daun pintu kamar terbuka dan masuklah seorang laki-laki berperut gendut berkepala botak yang pakaiannya serba merah. Diam-diam Hong Li memperhatikan pria itu dan biarpun ia tidak ingat lagi, namun ia merasa yakin bahwa tentu pria ini seorang bekas anak buah Ang I Mo-pang yang berhasil meloloskan diri dari pasukan pemerintah yang menyergap para pemberontak.
Ang I Siauw-mo kembali tertawa bergelak melihat dua orang pengantinnya masih rebah terlentang di atas pembaringan, yang seorang di pinggir sana dan seorang lagi di pinggir sini. Tadi dia sudah membayangkan betapa nyamannya kalau dia rebah di tengah-tengah, di antara mereka berdua!
“Ha-na-ha, isteri-isteriku yang manis! Sabar menanti kedatangan suami kalian yang mencinta. Heh-heh-heh, para pelayan itu sungguh sungkan, menutupi tubuh kalian yang mulus dengan selimut. Tunggulah, sayang, bersabarlah sedikit lagi, suamimu segera akan menemani kalian bersenang-senang, ha-ha-ha-ha-ha....!”
Dia lalu menghampiri pembaringan, agak terhuyung karena terlalu banyak minum. Hong Li mencium bau arak dan ia hampir muntah, bukan hanya karena bau itu, melainkan karena muak menyaksikan tingkah laku orang berperut gendut berkepala botak ini. Seluruh urat syaraf di tubuhnya sudah meregang semua, tubuhnya dipenuhi hawa sin-kang seperti hendak meledak, akan tetapi ia menahan diri.
Si gendut botak itu menyingkap selimut dan melihat dua tubuh telanjang bulat itu, dia menyeringai dan mulutnya mengeluarkan bunyi berdecak dan mengeluarkan air liur menetes di ujung bibirnya. Akan tetapi ketika dia mengulur tangan hendak meraba tubuh Hong Li, tiba-tiba saja wanita ini bergerak memukul dengan kedua tangannya, tangan kiri dengan pengerahan tenaga Hui-yang Sin-kang menghantam kepala botak itu, dan tangan kanan menonjok ke arah dada.
“Desss.... prokkk....”
Tubuh Ang I Siauw-mo terjengkang dan dia tidak sempat lagi mengeluarkan suara karena serangan yang amat dansyat itu telah membuat kepalanya pecah dan jantungnya tergetar rontok dan dia tewas seketika sebelum tubuhnya terbanting ke atas lantai!
Hong Li cepat menyambar pakaiannya dan mengenakan pakaiannya, kemudian ia membebaskan totokan gadis dusun itu yang juga segera mengenakan pakaian dengan seluruh tubuh menggigil dan tangan gemetar, mulut menahan tangis saking takutnya.
Sin Hong dan Yo Han melompat masuk ke dalam kamar melalui jendela.
“Yo Han, kau bawa Enci ini keluar dari sini dan tunggu kami di hutan belakang sarang ini. Kami akan membasmi gerombolan penjahat,” kata Sin Hong kepada muridnya.
“Baik, Suhu. Mari, Enci.!” katanya dan Yo Han menggandeng tangan gadis dusun itu yang tidak banyak tingkah lagi, menurut saja dituntun oleh Yo Han keluar dari dalam kamar melalui jendela dan mereka berdua menghilang di dalam kegelapan malam.
“Hong Li, mari kita hajar mereka!” kata Sin Hong sambil memandang wanita muda itu dengan sinar mata berseri.
Hong Li mengangguk dan tersenyum pula. Setelah terbebas dari ancaman malapetaka dan kini sudah berpakaian lagi, apa pula di situ ada Sin Hong di sampingnya, segala sesuatu berubah baginya dan kegembiraannya, kegairahan hidupnya, kembali pulih seperti dahulu.
“Mari, Hong-ko!”
Ia tidak ragu-ragu menyebut orang muda itu “kakanda”, bukan paman guru! Sin Hong tersenyum dan dia lalu mencengkeram baju di punggung mayat Ang I Siauw-mo, dan keluar dari dalam kamar itu melalui pintu.
Para anak buah perampok itu masih berpesta pora mabuk-mabukan di ruangan tengah yang luas, di antara mereka terdapat pula Liok Cin dan isterinya, dan empat orang anggauta wanita. Tiba-tiba mereka semua dikejutkan oleh sebuah benda merah yang melayang dari luar dan benda itu jatuh terbanting ke atas meja, membuat mangkok piring berhamburan dan ketika mereka melihat bahwa benda merah itu adalah Ang I Siauwmo, ketua mereka yang sudah tewas dengan kepala pecah, tentu saja mereka semua terkejut bukan main.
Pada saat itu, nampak dua sosok bayangan berkelebat dan gadis yang tadi ditawan dengan asap pembius dan akan dijadikan isteri oleh ketua mereka, kini telah berdiri di situ bersama seorang pria muda yang berpakaian serba putih! Hong Li yang sudah tidak sabar lagi lalu meloncat dan menyerang Liok Cin dan isterinya.
“Jahanam busuk, kalian tak layak hidup!” bentak Hong Li.
Liok Cin dan isterinya terkejut bukan main. Mereka mencabut pedang dan berusaha melawan, akan tetapi gerakan mereka terlambat. Hong Li sudah mengirim tamparan-tamparan maut dengan kedua tangannya dan suami isteri jahat itu terpelanting, hanya sempat mengeluarkan keluhan pendek dan keduanya tewas dengan kepala retak-retak!
Gegerlah keadaan di situ. Sin Hong dan Hong Li mengamuk. Biarpun keduanya hanya bertangan kosong, namun anak buah penjahat itu mana mungkin dapat menahan amukan mereka? Tadinya, para penjahat itu masih mengandalkan jumlah banyak. Namun mereka kecelik karena dalam waktu singkat saja, separuh jumlah mereka sudah roboh dan tewas!
Setiap kali tangan atau kaki Sin Hong dan Hong Li bergerak, tentu ada seorang yang roboh dan tewas. Melihat ini, sisa para penjahat melarikan diri dan tentu saja Sin Hong dan Hong Li tidak dapat merobohkan mereka semua karena mereka melarikan diri secara berpencaran. Namun, banyak yang dapat dikejar dan dirobohkan sehingga tidak kurang dari dua puluh orang penjahat malam itu roboh dan tewas di tangan dua orang pendekar yang sakti itu.
Karena semua sisa penjahat sudah lari entah ke mana, Sin Hong dan Hong Li berdiri di ruangan yang penuh mayat itu, saling pandang sampai beberapa lamanya. Akhirnya, Hong Li menundukkan mukanya.
“Hong-ko.... terima kasih.... engkau telah menyelamatkan aku.”
“Aih, Li-moi, perlukah di antara kita berterima kasih? Saling tolong antara kita sudah menjadi keharusan, bukan? Apakah kalau engkau melihat aku berada dalam ancaman bahaya, engkau tidak akan mencoba untuk menolongku?”
“Tentu saja, dengan mempertaruhkan nyawaku, Hong-ko.”
Sin Hong menelan ludah untuk menekan keharuan hatinya.
“Dan demikian pula aku, Li-moi. Nah, mari kita cari Yo Han.”
Keduanya meninggalkan tempat yang tidak menyenangkan itu, di mana terdapat banyak mayat bergelimpangan. Tanpa saling mengetahui, mereka masing-masing merasa begitu gembira, begitu bahagia, begitu lengkap rasanya hidup!
Yo Han menanti bersama gadis dusun itu di dalam hutan dan dia menyambut munculnya dua orang itu dengan gembira,
“Apakah mereka telah terbasmi semua, Suhu dan Enci Hong Li?”
“Ada sebagian yang berhasil melarikan diri,” kata Sin Hong.
Hong Li memegang tangan gadis dusun itu.
“Sekarang mari kami antar kau pulang ke dusunmu.”
Keluarga gadis itu menyambut kedatangan mereka pada keesokan harinya dengan tangis keharuan dan kegembiraan. Orang sedusun berduyun datang ketika mendengar bahwa gadis itu telah dapat diselamatkan orang, dan mereka ingin menjamu kepada Sin Hong dan Hong Li, juga Yo Han untuk menyatakan terima kasih, akan tetapi Sin Hong dan Hong Li menolak dan mereka segera berpamit, meninggalkan tempat itu.
Hong Li mengangguk dan tersenyum pula. Setelah terbebas dari ancaman malapetaka dan kini sudah berpakaian lagi, apa pula di situ ada Sin Hong di sampingnya, segala sesuatu berubah baginya dan kegembiraannya, kegairahan hidupnya, kembali pulih seperti dahulu.
“Mari, Hong-ko!”
Ia tidak ragu-ragu menyebut orang muda itu “kakanda”, bukan paman guru! Sin Hong tersenyum dan dia lalu mencengkeram baju di punggung mayat Ang I Siauw-mo, dan keluar dari dalam kamar itu melalui pintu.
Para anak buah perampok itu masih berpesta pora mabuk-mabukan di ruangan tengah yang luas, di antara mereka terdapat pula Liok Cin dan isterinya, dan empat orang anggauta wanita. Tiba-tiba mereka semua dikejutkan oleh sebuah benda merah yang melayang dari luar dan benda itu jatuh terbanting ke atas meja, membuat mangkok piring berhamburan dan ketika mereka melihat bahwa benda merah itu adalah Ang I Siauwmo, ketua mereka yang sudah tewas dengan kepala pecah, tentu saja mereka semua terkejut bukan main.
Pada saat itu, nampak dua sosok bayangan berkelebat dan gadis yang tadi ditawan dengan asap pembius dan akan dijadikan isteri oleh ketua mereka, kini telah berdiri di situ bersama seorang pria muda yang berpakaian serba putih! Hong Li yang sudah tidak sabar lagi lalu meloncat dan menyerang Liok Cin dan isterinya.
“Jahanam busuk, kalian tak layak hidup!” bentak Hong Li.
Liok Cin dan isterinya terkejut bukan main. Mereka mencabut pedang dan berusaha melawan, akan tetapi gerakan mereka terlambat. Hong Li sudah mengirim tamparan-tamparan maut dengan kedua tangannya dan suami isteri jahat itu terpelanting, hanya sempat mengeluarkan keluhan pendek dan keduanya tewas dengan kepala retak-retak!
Gegerlah keadaan di situ. Sin Hong dan Hong Li mengamuk. Biarpun keduanya hanya bertangan kosong, namun anak buah penjahat itu mana mungkin dapat menahan amukan mereka? Tadinya, para penjahat itu masih mengandalkan jumlah banyak. Namun mereka kecelik karena dalam waktu singkat saja, separuh jumlah mereka sudah roboh dan tewas!
Setiap kali tangan atau kaki Sin Hong dan Hong Li bergerak, tentu ada seorang yang roboh dan tewas. Melihat ini, sisa para penjahat melarikan diri dan tentu saja Sin Hong dan Hong Li tidak dapat merobohkan mereka semua karena mereka melarikan diri secara berpencaran. Namun, banyak yang dapat dikejar dan dirobohkan sehingga tidak kurang dari dua puluh orang penjahat malam itu roboh dan tewas di tangan dua orang pendekar yang sakti itu.
Karena semua sisa penjahat sudah lari entah ke mana, Sin Hong dan Hong Li berdiri di ruangan yang penuh mayat itu, saling pandang sampai beberapa lamanya. Akhirnya, Hong Li menundukkan mukanya.
“Hong-ko.... terima kasih.... engkau telah menyelamatkan aku.”
“Aih, Li-moi, perlukah di antara kita berterima kasih? Saling tolong antara kita sudah menjadi keharusan, bukan? Apakah kalau engkau melihat aku berada dalam ancaman bahaya, engkau tidak akan mencoba untuk menolongku?”
“Tentu saja, dengan mempertaruhkan nyawaku, Hong-ko.”
Sin Hong menelan ludah untuk menekan keharuan hatinya.
“Dan demikian pula aku, Li-moi. Nah, mari kita cari Yo Han.”
Keduanya meninggalkan tempat yang tidak menyenangkan itu, di mana terdapat banyak mayat bergelimpangan. Tanpa saling mengetahui, mereka masing-masing merasa begitu gembira, begitu bahagia, begitu lengkap rasanya hidup!
Yo Han menanti bersama gadis dusun itu di dalam hutan dan dia menyambut munculnya dua orang itu dengan gembira,
“Apakah mereka telah terbasmi semua, Suhu dan Enci Hong Li?”
“Ada sebagian yang berhasil melarikan diri,” kata Sin Hong.
Hong Li memegang tangan gadis dusun itu.
“Sekarang mari kami antar kau pulang ke dusunmu.”
Keluarga gadis itu menyambut kedatangan mereka pada keesokan harinya dengan tangis keharuan dan kegembiraan. Orang sedusun berduyun datang ketika mendengar bahwa gadis itu telah dapat diselamatkan orang, dan mereka ingin menjamu kepada Sin Hong dan Hong Li, juga Yo Han untuk menyatakan terima kasih, akan tetapi Sin Hong dan Hong Li menolak dan mereka segera berpamit, meninggalkan tempat itu.
**** 075 ****
OBJEK WISATA MANCA NEGARA
===============================