Ads

Minggu, 25 Agustus 2019

Mutiara Hitam Jilid 057

Gak-lokai dan Ciam-lokai juga menjadi girang karena kini terbuka kesempatan bagi mereka untuk memuaskan hati mereka dengan menguji sampai dimana kelihaian putera Yu Kang Tianglo ini. Akan tetapi karena kini mereka yakin bahwa pemuda ini adalah putera Yu Kang Tianglo, maka mereka menjadi segan juga. Gak-lokai lalu menjura dan berkata.

“Yu Siauw-pangcu (Ketua Yu Muda) yang memerintah, harap suka maafkan kami dua orang tua berani kurang ajar!”

Yu Siang Ki tertawa. Senang hatinya melihat sikap dua orang yang pernah dipuji ayahnya ini.

“Ji-wi harap jangan sungkan-sungkan. Mulailah!”

Gak-lokai dan Ciam-lokai bergerak maju dan benar saja, sebagai pembukaan mereka telah bergerak seperti yang dilakukan Yu Siang Ki tadi, yaitu tangan kiri menekan dada kiri sedangkan tangan kanan diangkat di atas kepala membentuk lingkaran dengan ibu jari dan jari tengah. Juga pemuda itu melakukan gerak yang sama, setelah itu barulah dua orang kakek itu menyerang dengan jurus-jurus yang aneh, namun amat cepat dan menimbulkan angin pukulan halus.

Diam-diam Suling Emas memperhatikan dan menjadi kagum. Ilmu Khong-sim-kun yang diciptakan kakek pemuda itu memang benar hebat, gerakannya halus dan indah namun mengandung kecepatan gerak dan tenaga kuat.

Begitu menyaksikan cara pemuda itu menyambut serangan, tahulah Suling Emas bahwa dalam ilmu silat ini, Si Pemuda jauh lebih matang dan sempurna gerakannya daripada kedua orang lawannya. Hal ini adalah karena Gak-lokai dan Ciam-lokai hanya beberapa hari saja berkumpul dengan Yu Kang Tianglo sehingga hanya menerima teori dan menerima bimbingan sebentar, sebaliknya Yu Siang Ki berlatih di bawah pengawasan ayahnya, tentu saja gerakannya lebih mahir dan sempurna.

Dua orang kakek itu girang bukan main. Mereka pun tahu bahwa pemuda ini benar-benar mahir Ilmu Silat Khong-sim-kun dan semua jurus yang mereka keluarkan untuk menyerangnya, semua dapat dikembalikan, ditangkis atau dielakkan dengan baik sekali.

Sampai habis semua jurus Khong-sim-kun mereka jalankan dan belum pernah mereka dapat menyentuh tubuh Yu Siang Ki, sebaliknya setiap kali pemuda itu menangkis, tentu tangan mereka terpental dan pangkal lengan mereka terasa kesemutan dan setengah lumpuh. Mereka maklum bahwa kalau pemuda itu menghendaki, dalam beberapa jurus saja mereka tentu akan dapat dirobohkan!

Keduanya lalu melompat mundur, menghadapi para pengemis di bawah panggung dan bersorak,

“Saudara-saudara semua! Dia ini betul-betul putera Yu Kang Kai-pangcu! Dialah yang patut menjadi ketua kita!”

Setelah berkata demikian, Gak-lokai dan Ciam-lokai lalu menjatuhkan diri berlutut di depan Yu Siang Ki sambil berkata,

“Yu-pangcu, kami mohon pimpinan Pangcu!”

Pemuda itu terharu ketika melihat semua pengemis di bawah panggung juga berlutut. Ia tersenyum dan mengangkat bangun Gak-lokai dan Ciam-lokai.

“Harap Saudara sekalian jangan terlalu merendahkan diri. Aku tentu saja suka sekali memimpin kalian dan melindungi perkumpulan kita, asal mendapat bantuan Gak-lokai dan Ciam-lokai yang sudah lebih berpengalaman.”

Para pengemis bersorak gembira, ada yang menari-nari dan ada yang tertawa-tawa. Para pimpinan kai-pang yang menjadi tamu segera maju dan memberi hormat serta memberi selamat kepada pangcu baru dari Khong-sim Kai-pang. Timbul harapan mereka bahwa bersama pemuda yang lihai ini mereka akan lebih kuat menghadapi penyelundupan kaum sesat.

“Eh, kemana dia....?”

Tiba-tiba Yu Siang Ki menengok, terkejut karena tidak melihat Suling Emas di belakangnya.

Gak-lokai dan Ciam-lokai juga terkejut dan heran.
“Kemana perginya Kim-siauw Taihiap?”

“Lihat itu ada tulisan!”

Kata pula Yu Siang Ki yang melihat tulisan terukir di atas papan panggung dimana tadi Suling Emas berdiri. Beramai-ramai mereka mendatangi tempat itu dan membaca tulisan yang terukir, amat indahnya, agaknya diukir dengan ujung sepatu!

“Selamat kepada pangcu baru,
Suling Emas akan selalu mengamati
dan melindungi dari jauh!”

Mereka menarik napas panjang. Gak-lokai dan Ciam-lokai cepat lari meloncat turun menuju ke kandang kuda, namun kuda kurus tunggangan Suling Emas juga tidak ada pula disitu. Semua orang menjadi makin kagum. Di depan mata sekian banyaknya orang, Suling Emas dapat menghilang begitu saja, bahkan meninggalkan tulisan yang diukir dengan ujung kaki.

Namun di dalam hatinya, Yu Siang Ki, Gak-lokai, dan Ciam-lokai girang karena di dalam tulisan yang ditinggalkan Suling Emas itu, Si Pendekar Sakti menjanjikan pengamatan dan perlindungan, biarpun dari jauh. Hal ini berarti bahwa dalam menghadapi bahaya dan kesukaran, mereka masih dapat mengharapkan bantuan pendekar sakti itu.

Biarpun di dalam hatinya Yu Siang Ki berduka sekali karena ia kehilangan Kwi Lan yang pergi secara mendadak, namun sebagai seorang ketua yang amat setia kepada Khong-sim Kai-pang, ia mengesampingkan perasaan pribadi yang jatuh cinta kepada gadis itu, dan mulailah ia mengatur segala usaha dan perbaikan untuk Khong-sim Kai-pang.

**** 057 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar