Mungkinkah kuda kurus kering mau mati itu dapat melakukan perjalanan sebegitu jauhnya dan melihat jejaknya selalu berlari cepat? Diam-diam Si Perwira Gemuk mengeluh dan mengomel. Sudah lebih dari lima tahun ia ditugaskan mencari seorang yang bernama Suling Emas! Membawa pasukan, bahkan kemudian akhir-akhir ini pencaharian dan penyelidikan diperhebat dengan datangnya para pengawal jagoan dari Khitan yang berpusat di Tai-goan. Namun selama ini, penyelidikannya selalu sia-sia belaka. Suling Emas yang dimaksudkan ratunya itu seakan-akan lenyap ditelan bumi, atau memang orang itu tidak pernah ada!
Kemarin, dia menerima berita dari seorang diantara penyelidik yang disebar di mana-mana, bahwa seorang penunggang kuda kurus yang perawakannya sama dengan orang yang selama ini dicari-cari. Dengan penuh semangat dia bersama dua orang pembantunya melakukan penyelidikan dan akhirnya bertemu dengan Suling Emas di dalam kuil itu.
Aneh sekali caranya orang itu melenyapkan diri, pikir Si Perwira Gemuk sambil mengepal tinju. Mengapa tidak seorang pun diantara mereka ada yang tahu? Padahal, dua orang pengemis tua itu jelas memiliki ilmu kepandaian yang hebat. Namun mereka pun tidak melihat perginya orang yang disangka Suling Emas itu.
Hal ini hanya berarti bahwa orang itu memiliki ilmu kepandaian hebat. Cocok dengan gambaran tentang diri Suling Emas yang oleh para pengawal istana disohorkan memiliki kepandaian seperti dewa! Sekali ini harus berhasil, pikirnya. Harus berakhir pengejaran dan penyelidikan yang bertahun-tahun ini!
Suling Emas membalapkan kudanya dan baru ia membiarkan kudanya mengaso dan berjalan perlahan setelah lewat tengah hari. Ia tidak jadi pergi ke Tai-goan. Ia harus melarikan diri, tak peduli kemana, asal jangan sampai bertemu dengan orang-orang Khitan itu.
Kembali jatuh hujan rintik-rintik, akan tetapi ia tidak peduli. Mengapa Lin Lin berusaha keras untuk mengundangnya ke Khitan? Apakah selama ini Lin Lin juga hidup menderita batin seperti dia? Kasihan Lin Lin! Ia tahu betapa mendalam cinta kasih Lin Lin kepadanya dan betapa perpisahan itu akan membuat Lin Lin hidup sebagai Ratu Yalina, terkurung dalam istana, yang keras dan sunyi!
“Oughhh....!”
Kembali serangkaian batuk menyerang Suling Fmas. Selalu ia terserang batuk kalau pikirannya mengenang masa lalu yang menimbulkan duka. Agaknya serangan batuk kali ini hebat sehingga ia terbatuk-batuk dan tubuhnya berguncang-guncang di atas kuda, wajahnya menjadi pucat, napasnya terengah-engah.
Sudah lama ia terserang penyakit, bertahun-tahun sudah, akan tetapi ia tidak pernah mempedulikannya, tidak mau mencari obat. Biarlah demikian pikirnya setiap kali timbul keinginan mengobati penyakitnya, kalau penyakit ini mengakibatkan kematian alangkah baiknya. Bebas daripada duka nestapa dan derita batin!
Betapa besar kekuasaan asmara! Kuasa menciptakan sorga maupun neraka dalam penghidupan manusia! Suling Emas yang dahulu terkenal gagah perkasa, tahu akan segala filsafat hidup, menguasai berbagai ilmu yang tinggi dan pelik-pelik, namun sekali tercengkeram asmara, menjadi lemah seperti seorang yang bodoh dan tidak mengerti apa-apa, menjadi begitu lemah sehingga tidak mampu menguasai dirinya sendiri!
Betapa ingin hatinya bertemu kembali dengan Ratu Yalina! Betapa ingin hatinya dapat memandang wajah wanita yang dikasihinya itu, dapat memegang tangannya. Ah, akan tetapi bagaimana mungkin? Dia sudah tua, juga Lin Lin bukanlah orang muda lagi. Dahulupun di waktu mereka masih muda, hal ini tak mungkin dilakukan tanpa mengakibatkan noda nama. Apalagi sekarang, Lin Lin adalah seorang ratu yang disembah rakyatnya, sedangkan dia.... dia seorang sebatang kara dan miskin. Betapa mungkin ia menjerat Lin Lin ke dalam kehinaan?
“Tidak!” Suara hati terucapkan bibirnya. “Aku harus bertahan! Dia tidak boleh merendahkan diri, tidak boleh bertemu denganku!”
Keputusan ini membuat Suling Emas seketika mengeluarkan sebuah saputangan lebar dan ditutupnyalah sebagian mukanya dengan saputangan. Jangan sampai orang-orang Khitan itu mengenalku!
Akan tetapi, keputusan yang amat berlawanan dengan hasrat hati ini makin memayahkan keadaannya. Serasa ditusuk-tusuk jantungnya sehingga tubuhnya makin lemah. Ia terbatuk-batuk lagi dan akhirnya ia terguling roboh dari atas punggung kudanya, jatuh dan rebah di atas tanah tak sadarkan diri!
Kudanya mengeluarkan suara meringkik perlahan, berhenti dan membalikkan tubuh. Dengan hidungnya kuda kurus itu mendengus-dengus menciumi kepala Suling Emas. Biasanya kalau ia melakukan hal ini, majikannya lalu mengelus-elus kepala dan lehernya. Akan tetapi sekarang, majikannya diam saja tak bergerak. Hal ini menyusahkan hati si Kuda, yang kembali meringkik dan menjauhkan diri, berlindung di bawah pohon dari serangan hujan yang makin menderas sambil makan ujung-ujung rumput hijau.
Suling Emas tidak tahu berapa lama ia rebah pingsan di tempat itu. Pakaiannya basah kuyup, topi dan saputangannya masih menutupi mukanya. Ketika ia siuman kembali, ia mendengar suara orang-orang bergerak di dekatnya. Cepat Suling Emas membuka mata sambil menahan batuk yang mulai menyerangnya lagi. Kiranya dua orang kakek pengemis yang tadi bertempur melawan orang-orang Khitan di dalam kuil telah berada di dekatnya! Mereka itu berlutut di kanan kirinya dengan sikap hormat sekali, dan kakek yang bongkok berkata,
“Tianglo, maafkan kami yang baru sekarang dapat bertemu dengan Tianglo, sehingga Tianglo mengalami keadaan begini sengsara....”
“Hemmm...., kau kira aku ini....?”
Suling Emas bertanya perlahan akan tetapi tidak melanjutkan kata-katanya karena kembali ia terbatuk-batuk.
“Ahh...., Tianglo, kali ini kami tidak akan salah lihat! Engkau Yu Kang Tianglo yang mengenal baik tanda rahasia dengan tangan dari perkumpulan kita, Khong-sim Kai-pang! Tianglo .... “
“Aku bukan Yu Kang Tianglo....!” Suling Emas memotong dengan suara keras.
Ia sudah mengenal siapa Yu Kang Tianglo. Dahulu pernah ia bekerja sama, dengan Yu Kang, tiga puluh tahun yang lalu. Ketika itu Yu Kang adalah seorang tokoh dari Khong-sim Kai-pang berusia tiga puluh tahun, yang berusaha membalas dendam kematian ayahnya di tangan seorang diantara Enam Iblis Dunia bernama It-gan Kai-ong. Karena ketika itu It-gan Kai-ong merupakan seorang tokoh jahat, Suling Emas lalu turun tangan, membantu Yu Kang merobohkan It-gan Kai-ong sehingga Yu Kang dapat membalas dendam (baca cerita SULING EMAS).
Aneh sekali, pikirnya. Biarpun Yu Kang dan dia memang memiliki bentuk tubuh yang hampir sama, akan tetapi seingatnya, Yu Kang dahulu lebih tua dari padanya. Sedikitnya lebih tua lima tahun! Agaknya, Yu Kang juga seperti dia, mengasingkan diri sehingga para pengemis ini tidak dapat membedakan antara dia dan Yu Kang.
“Harap Tianglo mengingat akan perkumpulan kita dan menaruh kasihan kepada kami! Semenjak merobohkan It-gan Kai-ong tiga puluh tahun yang lalu, Tianglo menghilang. Kami mengira bahwa Tianglo khawatir akan pembalasan It-gan Kai-ong maka sengaja mengasingkan diri. Akan tetapi setelah belasan tahun yang lalu It-gan Kai-ong tewas mengapa Tianglo masih juga mengasingkan diri? Apakah Tianglo tidak kasihan kepada saudara-saudara kita yang sudah terlalu lama kehilangan pemimpin yang bijaksana?”
Selagi pengemis bongkok itu bicara dengan penuh permohonan, diam-diam Suling Emas berpikir. Hemm, mengapa tidak? Biarlah Yu Kang menyembunyikan diri dan dia yang menggantikannya! Pertama, karena ia tahu bahwa perkumpulan Khong-sim Kai-pang adalah perkumpulan baik-baik sehingga sudah sepatutnya kalau ia bela. Kedua, dengan menyamar menjadi Yu Kang, Ia dapat menyembunyikan diri daripada pengejaran Lin Lin.
Pada saat itu, hujan turun lagi dengan derasnya dan pengemis tua yang memegang tongkat berseru,
“Ah, dasar bandel monyet gendut itu! Dia berani muncul lagi!”
Suling Emas kaget dan segera bangun berdiri.
“Saudara-saudara, biarkanlah aku sendiri menghadapinya.”
Ia berkata ketika melihat dua orang pengemis tua itu degan marah hendak menerjang maju. Mendengar ini, dua kakek itu menjadi girang dan menanti di kanan kiri.
Perwira Khitan yang gemuk itu melangkah lebar menghampiri tempat itu, menempuh hujan. Ketika melihat orang yang dicarinya berdiri di depannya dengan muka sebagian tertutup saputangan sedangkan dua orang pengemis tua yang lihai tadi berdiri di kanan kirinya. Ia terkejut. Akan tetapi segera ia menyeringai dan berkata.
“Terpaksa saya harus mengikuti Taihiap sampai di manapun juga. Saya mempertaruhkan nyawa untuk tugas ini!”
Suling Emas bertanya.
“Tugasmu adalah mencari orang yang berjuluk Kim-siauw-eng, bukan?”
“Betul, Taihiap.”
“Dan engkau mengira bahwa akulah orang yang kau cari itu?”
“Tidak bisa salah lagi, beginilah menurut petunjuk.”
“Apakah engkau pernah bertemu dengan Suling Emas?”
“Waah.... belum pernah. Akan tetapi, petunjuknya cocok, dan akan ada seorang atasanku yang pernah bertemu dan akan mengenal Taihiap.”
“Kalau begitu, jangan membandel. Katakan kepada atasanmu bahwa yang kau sangka Suling Emas itu sebetulnya adalah Yu Kang Tianglo, ketua dari Khong-sim Kai-pang! Sudah, jangan engkau mengganggu kami lagi!” Ia menoleh kepada dua orang pengemis tua sambil berkata, suaranya memerintah, “Mari kita pergi!”
Si Perwira Khitan yang gendut itu terkejut dan meragu. Ia melangkah maju
”.... tetapi....,”
Baru sampai sekian ucapannya, Suling Emas mengulurkan tangannya dan perwira itu tiba-tiba berdiri kaku tak bergerak. Ia telah menjadi korban totokan yang luar biasa sekali! Melihat ini, dua orang pengemis tua yang sudah kegirangan itu menjadi kagum sekali lalu mereka berdua menjatuhkan diri berlutut di depan Suling Emas sambil berkata,
“Pangcu (Ketua)....!”
Kemarin, dia menerima berita dari seorang diantara penyelidik yang disebar di mana-mana, bahwa seorang penunggang kuda kurus yang perawakannya sama dengan orang yang selama ini dicari-cari. Dengan penuh semangat dia bersama dua orang pembantunya melakukan penyelidikan dan akhirnya bertemu dengan Suling Emas di dalam kuil itu.
Aneh sekali caranya orang itu melenyapkan diri, pikir Si Perwira Gemuk sambil mengepal tinju. Mengapa tidak seorang pun diantara mereka ada yang tahu? Padahal, dua orang pengemis tua itu jelas memiliki ilmu kepandaian yang hebat. Namun mereka pun tidak melihat perginya orang yang disangka Suling Emas itu.
Hal ini hanya berarti bahwa orang itu memiliki ilmu kepandaian hebat. Cocok dengan gambaran tentang diri Suling Emas yang oleh para pengawal istana disohorkan memiliki kepandaian seperti dewa! Sekali ini harus berhasil, pikirnya. Harus berakhir pengejaran dan penyelidikan yang bertahun-tahun ini!
Suling Emas membalapkan kudanya dan baru ia membiarkan kudanya mengaso dan berjalan perlahan setelah lewat tengah hari. Ia tidak jadi pergi ke Tai-goan. Ia harus melarikan diri, tak peduli kemana, asal jangan sampai bertemu dengan orang-orang Khitan itu.
Kembali jatuh hujan rintik-rintik, akan tetapi ia tidak peduli. Mengapa Lin Lin berusaha keras untuk mengundangnya ke Khitan? Apakah selama ini Lin Lin juga hidup menderita batin seperti dia? Kasihan Lin Lin! Ia tahu betapa mendalam cinta kasih Lin Lin kepadanya dan betapa perpisahan itu akan membuat Lin Lin hidup sebagai Ratu Yalina, terkurung dalam istana, yang keras dan sunyi!
“Oughhh....!”
Kembali serangkaian batuk menyerang Suling Fmas. Selalu ia terserang batuk kalau pikirannya mengenang masa lalu yang menimbulkan duka. Agaknya serangan batuk kali ini hebat sehingga ia terbatuk-batuk dan tubuhnya berguncang-guncang di atas kuda, wajahnya menjadi pucat, napasnya terengah-engah.
Sudah lama ia terserang penyakit, bertahun-tahun sudah, akan tetapi ia tidak pernah mempedulikannya, tidak mau mencari obat. Biarlah demikian pikirnya setiap kali timbul keinginan mengobati penyakitnya, kalau penyakit ini mengakibatkan kematian alangkah baiknya. Bebas daripada duka nestapa dan derita batin!
Betapa besar kekuasaan asmara! Kuasa menciptakan sorga maupun neraka dalam penghidupan manusia! Suling Emas yang dahulu terkenal gagah perkasa, tahu akan segala filsafat hidup, menguasai berbagai ilmu yang tinggi dan pelik-pelik, namun sekali tercengkeram asmara, menjadi lemah seperti seorang yang bodoh dan tidak mengerti apa-apa, menjadi begitu lemah sehingga tidak mampu menguasai dirinya sendiri!
Betapa ingin hatinya bertemu kembali dengan Ratu Yalina! Betapa ingin hatinya dapat memandang wajah wanita yang dikasihinya itu, dapat memegang tangannya. Ah, akan tetapi bagaimana mungkin? Dia sudah tua, juga Lin Lin bukanlah orang muda lagi. Dahulupun di waktu mereka masih muda, hal ini tak mungkin dilakukan tanpa mengakibatkan noda nama. Apalagi sekarang, Lin Lin adalah seorang ratu yang disembah rakyatnya, sedangkan dia.... dia seorang sebatang kara dan miskin. Betapa mungkin ia menjerat Lin Lin ke dalam kehinaan?
“Tidak!” Suara hati terucapkan bibirnya. “Aku harus bertahan! Dia tidak boleh merendahkan diri, tidak boleh bertemu denganku!”
Keputusan ini membuat Suling Emas seketika mengeluarkan sebuah saputangan lebar dan ditutupnyalah sebagian mukanya dengan saputangan. Jangan sampai orang-orang Khitan itu mengenalku!
Akan tetapi, keputusan yang amat berlawanan dengan hasrat hati ini makin memayahkan keadaannya. Serasa ditusuk-tusuk jantungnya sehingga tubuhnya makin lemah. Ia terbatuk-batuk lagi dan akhirnya ia terguling roboh dari atas punggung kudanya, jatuh dan rebah di atas tanah tak sadarkan diri!
Kudanya mengeluarkan suara meringkik perlahan, berhenti dan membalikkan tubuh. Dengan hidungnya kuda kurus itu mendengus-dengus menciumi kepala Suling Emas. Biasanya kalau ia melakukan hal ini, majikannya lalu mengelus-elus kepala dan lehernya. Akan tetapi sekarang, majikannya diam saja tak bergerak. Hal ini menyusahkan hati si Kuda, yang kembali meringkik dan menjauhkan diri, berlindung di bawah pohon dari serangan hujan yang makin menderas sambil makan ujung-ujung rumput hijau.
Suling Emas tidak tahu berapa lama ia rebah pingsan di tempat itu. Pakaiannya basah kuyup, topi dan saputangannya masih menutupi mukanya. Ketika ia siuman kembali, ia mendengar suara orang-orang bergerak di dekatnya. Cepat Suling Emas membuka mata sambil menahan batuk yang mulai menyerangnya lagi. Kiranya dua orang kakek pengemis yang tadi bertempur melawan orang-orang Khitan di dalam kuil telah berada di dekatnya! Mereka itu berlutut di kanan kirinya dengan sikap hormat sekali, dan kakek yang bongkok berkata,
“Tianglo, maafkan kami yang baru sekarang dapat bertemu dengan Tianglo, sehingga Tianglo mengalami keadaan begini sengsara....”
“Hemmm...., kau kira aku ini....?”
Suling Emas bertanya perlahan akan tetapi tidak melanjutkan kata-katanya karena kembali ia terbatuk-batuk.
“Ahh...., Tianglo, kali ini kami tidak akan salah lihat! Engkau Yu Kang Tianglo yang mengenal baik tanda rahasia dengan tangan dari perkumpulan kita, Khong-sim Kai-pang! Tianglo .... “
“Aku bukan Yu Kang Tianglo....!” Suling Emas memotong dengan suara keras.
Ia sudah mengenal siapa Yu Kang Tianglo. Dahulu pernah ia bekerja sama, dengan Yu Kang, tiga puluh tahun yang lalu. Ketika itu Yu Kang adalah seorang tokoh dari Khong-sim Kai-pang berusia tiga puluh tahun, yang berusaha membalas dendam kematian ayahnya di tangan seorang diantara Enam Iblis Dunia bernama It-gan Kai-ong. Karena ketika itu It-gan Kai-ong merupakan seorang tokoh jahat, Suling Emas lalu turun tangan, membantu Yu Kang merobohkan It-gan Kai-ong sehingga Yu Kang dapat membalas dendam (baca cerita SULING EMAS).
Aneh sekali, pikirnya. Biarpun Yu Kang dan dia memang memiliki bentuk tubuh yang hampir sama, akan tetapi seingatnya, Yu Kang dahulu lebih tua dari padanya. Sedikitnya lebih tua lima tahun! Agaknya, Yu Kang juga seperti dia, mengasingkan diri sehingga para pengemis ini tidak dapat membedakan antara dia dan Yu Kang.
“Harap Tianglo mengingat akan perkumpulan kita dan menaruh kasihan kepada kami! Semenjak merobohkan It-gan Kai-ong tiga puluh tahun yang lalu, Tianglo menghilang. Kami mengira bahwa Tianglo khawatir akan pembalasan It-gan Kai-ong maka sengaja mengasingkan diri. Akan tetapi setelah belasan tahun yang lalu It-gan Kai-ong tewas mengapa Tianglo masih juga mengasingkan diri? Apakah Tianglo tidak kasihan kepada saudara-saudara kita yang sudah terlalu lama kehilangan pemimpin yang bijaksana?”
Selagi pengemis bongkok itu bicara dengan penuh permohonan, diam-diam Suling Emas berpikir. Hemm, mengapa tidak? Biarlah Yu Kang menyembunyikan diri dan dia yang menggantikannya! Pertama, karena ia tahu bahwa perkumpulan Khong-sim Kai-pang adalah perkumpulan baik-baik sehingga sudah sepatutnya kalau ia bela. Kedua, dengan menyamar menjadi Yu Kang, Ia dapat menyembunyikan diri daripada pengejaran Lin Lin.
Pada saat itu, hujan turun lagi dengan derasnya dan pengemis tua yang memegang tongkat berseru,
“Ah, dasar bandel monyet gendut itu! Dia berani muncul lagi!”
Suling Emas kaget dan segera bangun berdiri.
“Saudara-saudara, biarkanlah aku sendiri menghadapinya.”
Ia berkata ketika melihat dua orang pengemis tua itu degan marah hendak menerjang maju. Mendengar ini, dua kakek itu menjadi girang dan menanti di kanan kiri.
Perwira Khitan yang gemuk itu melangkah lebar menghampiri tempat itu, menempuh hujan. Ketika melihat orang yang dicarinya berdiri di depannya dengan muka sebagian tertutup saputangan sedangkan dua orang pengemis tua yang lihai tadi berdiri di kanan kirinya. Ia terkejut. Akan tetapi segera ia menyeringai dan berkata.
“Terpaksa saya harus mengikuti Taihiap sampai di manapun juga. Saya mempertaruhkan nyawa untuk tugas ini!”
Suling Emas bertanya.
“Tugasmu adalah mencari orang yang berjuluk Kim-siauw-eng, bukan?”
“Betul, Taihiap.”
“Dan engkau mengira bahwa akulah orang yang kau cari itu?”
“Tidak bisa salah lagi, beginilah menurut petunjuk.”
“Apakah engkau pernah bertemu dengan Suling Emas?”
“Waah.... belum pernah. Akan tetapi, petunjuknya cocok, dan akan ada seorang atasanku yang pernah bertemu dan akan mengenal Taihiap.”
“Kalau begitu, jangan membandel. Katakan kepada atasanmu bahwa yang kau sangka Suling Emas itu sebetulnya adalah Yu Kang Tianglo, ketua dari Khong-sim Kai-pang! Sudah, jangan engkau mengganggu kami lagi!” Ia menoleh kepada dua orang pengemis tua sambil berkata, suaranya memerintah, “Mari kita pergi!”
Si Perwira Khitan yang gendut itu terkejut dan meragu. Ia melangkah maju
”.... tetapi....,”
Baru sampai sekian ucapannya, Suling Emas mengulurkan tangannya dan perwira itu tiba-tiba berdiri kaku tak bergerak. Ia telah menjadi korban totokan yang luar biasa sekali! Melihat ini, dua orang pengemis tua yang sudah kegirangan itu menjadi kagum sekali lalu mereka berdua menjatuhkan diri berlutut di depan Suling Emas sambil berkata,
“Pangcu (Ketua)....!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar