Pada masa itu, Kerajaan Sung dipimpin oleh kaisarnya yang ke dua, yaitu Sung Thai Cung. Sungguhpun kemajuan di jaman Kerajaan Sung ini tidak dapat menandingi kerajaan-kerajaan yang lalu sebelum jaman Lima Wangsa, namun jika dibandingkan dengan jaman pemerintahan Sung Thai Cu kaisar pertama Kerajaan Sung, maka pemerintahan kaisar ke dua ini boleh dibilang mengalami kemajuan. Hasil yang dicapai lebih besar. Ia telah berhasil menjatuhkan Kerajaan Hou-han di Shan-si, Kerajaan Wu-yue di selatan, dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya, kemudian memasukkan daerah kerajaan-kerajaan yang ditaklukkan ini ke dalam wilayah Sung.
Namun harus diakui bahwa terhadap dua buah kerajaan, yaitu kerajaan bangsa Khitan di timur laut yang terutama, dan Kerajaan Nan-cao di daerah Yu-nan, Kaisar Sung Thai Cung tidak berdaya. Mula-mula memang diusahakannya untuk menaklukkan dua buah kerajaan ini, namun selalu gagal. Bahkan berkali-kali bala tentara Sung terpukul mundur sehingga akhirnya kaisar tidak mendesak lagi.
Hanya perang dan bentrokan kecil-kecilan terjadi di perbatasan, namun tidak ada artinya. Bahkan akhirnya, Kerajaan Sung mengambil sikap dan politik lunak, mendekati dua kerajaan ini dan bahkan mengirim upeti-upeti sebagai tanda persahabatan!
Tidaklah amat mengherankan apabila ditinjau keadaan dua kerajaan di sebelah utara dan sebelah selatan itu. Semenjak dipegang oleh Ratu Yalina, Kerajaan Khitan menjadi sebuah kerajaan yang amat kuat sehingga sukar dikalahkan, bahkan bangsa Khitan telah menaklukkan bangsa-bangsa nomad lain yang berkeliaran di daerah utara sehingga kerajaannya menjadi makin besar.
Adapun Kerajaan Nan-cao, sungguhpun hanya merupakan kerajaan kecil, namun yang berkuasa disitu adalah kaum Agama Beng-kauw yang mempunyai banyak orang pandai, setia dan berdisiplin.
Karena cerita ini banyak menyangkut keadaan Kerajaan Khitan, maka marilah kita menjenguk keadaan kerajaan di sebelah utara dan timur laut itu. Bangsa Khitan adalah bangsa nomad yang besar, terdiri dari orang-orang gagah perkasa dan ulet. Keadaan hidup mereka yang selalu berpindah-pindah untuk mencari tempat yang lebih baik dan untuk menyesuaikan diri dengan iklim yang buruk, kesukaran hidup berjuang dengan alam, membuat mereka menjadi bangsa yang ulet, tabah dan pantang mundur.
Semenjak bangsa Khitan dipimpin oleh Ratu Yalina, kerajaan ini mengalami kemajuan pesat. Di dalam cerita CINTA BERNODA DARAH, diceritakan betapa Ratu Yalina ini di waktu kecilnya diangkat sebagai anak oleh seorang jenderal besar bangsa Han, dan di waktu remaja menerima gemblengan ilmu silat dari orang-orang pandai.
Bahkan sebelum menjadi ratu, secara kebetulan sekali ia telah menemukan sebuah pusaka peninggalan Pat-jiu Sin-ong Liu Gan ketua Beng-kauw di Nan-cao, yaitu catatan ilmu yang dahsyat, yang dirahasiakan. Setelah mewarisi ilmu yang disebut Cap-sha-sin-kun (Tiga Belas Jurus Ilmu Silat Sakti) inilah maka ilmu kepandaian Ratu Yalina amat hebat dan sukar dicari tandingannya.
Di waktu masih remaja, Ratu Yalina ini pernah mengalami derita batin yang takkan dapat ia lupakan selama hidup. Antara dia dan Suling Emas, terjalin kasih asmara yang amat mendalam. Keadaanlah yang memaksa mereka berpisah, yang tidak memungkinkan perjodohan diantara mereka. Apa sebabnya? Bukan lain oleh karena kebetulan sekali bahwa Suling Emas adalah “kakak angkatnya” sendiri, putera kandung ayah angkatnya, Jenderal Kam!
Sebetulnya hal ini bukanlah menjadi halangan benar bagi Puteri Yalina yang ketika itu belum menjadi ratu. Akan tetapi Suling Emas yang berkeras tidak mau, bukan hanya karena masih saudara angkat, juga terutama sekali karena Yalina amat diperlukan oleh bangsanya untuk menjadi Ratu sehingga Suling Emas mengalah dan pergi!
Akan tetapi, sebelum mereka saling berpisah untuk puluhan tahun lamanya itu, Suling Emas telah memenuhi permohonan Ratu Yalina untuk tinggal di dalam istananya selama sebulan. Menjadi suami di luar nikah! Biarpun tidak berhasil menjadi suami isteri, namun mereka telah saling menumpahkan cinta kasih mereka yang mendalam, tak kuasa menahan rindu hati yang tak tercapai karena halangan keadaan lahir.
Betapa tersiksa dan menderita batin Ratu Yalina ketika kekasihnya sudah pergi, ia mendapat kenyataan bahwa ia mengandung! Peristiwa yang bagi setiap orang isteri merupakan kebahagiaan mutlak ini, bagi Ratu Yalina bahkan merupakan derita dan siksa batin! Betapa tidak? Ia seorang ratu! Seorang ratu dan bukan seorang isteri. Ia tidak bersuami. Ia secara resmi masih seorang gadis! Dan ia mengandung!
Kalau saja Ratu Yalina tidak teringat akan kedudukannya, tidak ingat akan bangsanya yang dikasihinya, tentu ia sudah melarikan diri dari Khitan, melarikan diri untuk mencari Suling Emas, kekasih dan.... suaminya, biarpun hanya suami tidak sah!
Ratu Yalina merasa tersiksa. Ia berduka dan juga malu. Bagaimana kalau nanti bangsanya mengetahui bahwa ratunya yang masih belum menikah itu mengandung? Hampir saja Ratu Yalina putus asa. Lebih baik mati membunuh diri daripada menanggung aib yang hebat!
Akan tetapi, untung baginya bahwa panglimanya, orang yang paling dipercayanya karena panglima ini diam-diam juga mencintainya tahu akan rahasianya. Panglima ini Panglima Kayabu namanya, seorang Khitan yang gagah perkasa, tahu bahwa antara ratunya dan Suling Emas terjalin cinta kasih yang mendalam. Tahu pula bahwa demi bangsanya, ratunya rela berkorban perasaan, berpisah dari kekasihnya. Ia tahu pula bahwa Suling Emas ditahan dalam istana ratunya sampai sebulan sebelum mereka berdua saling berpisah. Kemudian ia tahu pula bahwa ratunya telah mengandung!
Secara rahasia, dijumpailah Ratu Yalina. Pada saat itulah terbukti kesetiaan Panglima Kayabu. Karena panglima ini telah dapat menduga kesemuanya, sambil menangis Ratu Yalina membuka rahasianya dan menyerahkan nasibnya ke tangan panglimanya yang juga menjadi sahabat satu-satunya dalam menghadapi peristiwa hebat ini.
Kayabu menghiburnya dan memberi usul bahwa Sang Ratu seyogianya memelihara kandungannya dan secara rahasia kelak melahirkan anak. Sementara itu, dia sendiri secara serentak akan memillh seorang gadis Khitan dan mengawininya, kemudian kelak kalau Sang Ratu melahirkan anak, anak itu akan diakuinya sebagai anaknya sendiri! Tentu saja ia akan menyuruh isterinya itu bersikap seolah-olah mengandung sehingga kelak tidak akan mencurigakan kalau “melahirkan” anak.
Rahasia yang hebat! Akan tetapi, karena tidak ada jalan lain, demi untuk menjaga nama baiknya sebagai ratu, dan demi menjaga agar bangsanya tidak menjadi kacau, Ratu Yalina melakukan sandiwara ini sesuai dengan rencana Panglima Kayabu! Panglima ini, yang tentu saja luka dan patah hatinya, memaksa diri memilih dan mengawini seorang gadis Khitan yang cantik.
Semua berjalan sesuai dengan rencana, yaitu Ratu Yalina dapat menyembunyikan keadaannya yang mengandung dari mata rakyatnya. Di lain fihak, isteri Panglima Kayabu “pura-pura mengandung”.
Akan tetapi, ketika tiba waktunya Sang Ratu melahirkan, di dalam kamar rahasia dan secara rahasia dihadiri oleh isteri Panglima Kayabu dan seorang dukun beranak, terjadilah hal yang sama sekali di luar dugaan mereka. Sang Ratu Yalina melahirkan sepasang anak kembar! Pertama seorang bayi laki-laki dan kedua seorang bayi perempuan!
Kalau saja kelahiran macam ini tidak terjadi di Khitan, tentu tidak akan mendatangkan kebingungan. Akan tetapi, telah menjadi kepercayaan umum di Khitan bahwa kembar laki-laki dan perempuan merupakan pertanda bahwa kedua anak itu adalah titisan atau penjelmaan suami isteri, dan karenanya, kedua orang anak itu harus dipisahkan dan kelak harus dijodohkan sebagai suami isteri!
Ketika dukun beranak dan isteri Panglima Kayabu menyatakan hal ini, yang dimengerti pula oleh Ratu Yalina, ratu yang malang ini menangis sedih dan roboh pingsan. Isteri Panglima Kayabu menjadi sibuk dan cepat-cepat memberi laporan secara diam-diam kepada suaminya. Panglima Kayabu cepat memasuki kamar itu dan untung Ratu Yalina sudah siuman dan kini ratu itu menangis terisak-isak di atas pembaringan.
“Harap Paduka jangan gelisah.” panglima yang setia itu menghibur.
“Aduh.... Kayabu.... lebih baik mati saja aku kalau begini....!” Yalina menangis. “Kayabu, kau tolonglah aku.... kau carilah dia, suruh datang kesini, biar dia yang akan memutuskan keadaan ini....”
Panglima Kayabu mengerutkan keningnya. Ia maklum siapa yang dimaksudkan ratunya itu. Akan tetapi dalam keadaan seperti itu, kalau mencari dan memanggil Suling Emas, bukan merupakan hal yang baik. Kalau terpaksa rahasia ini dibuka, tentu akan timbul kegemparan di kalangan rakyat, tentu akan menimbulkan aib dan hal ini amat merugikan karena pada waktu itu, Khitan dikepung musuh dari selatan dan dari barat.
“Harap Paduka tenang saja. Biarlah hamba mengakui anak laki-laki ini sebagai putera hamba, sedangkan anak perempuan ini, secara diam-diam kita singkirkan agar dipelihara orang lain dan kelak kalau mereka berdua sudah besar, mudah saja hamba menariknya sebagai mantu.”
Ucapan ini menggiris jantung Yalina. Dengan sepasang mata penuh air mata dan dengan muka pucat ia mengulurkan kedua tangan ke depan dan berkata kepada dukun beranak yang sedang mengurus dua orang anak yang menangis nyaring seperti berlumba itu.
“Ke sinikan anak-anakku.... biarlah aku melihat mereka.... biarkan aku mencium dan memeluk mereka.... ahhh .... !”
Ia menangis tersedu-sedu. Isteri Panglima Kayabu ikut menangis, demikian pula dukun beranak, wanita tua itu yang merasa terharu sekali. Kayabu sendiri, seorang panglima gagah perkasa yang pantang mengeluarkan air mata, merasa betapa sepasang matanya panas dan jantungnya serasa diremas.
Wanita yang pernah menjatuhkan hatinya itu kini demikian sengsara, sama sekali tidak seperti seorang ratu yang berwibawa, sama sekali bukan seperti seorang wanita yang ia tahu amat perkasa dan sakti, melainkan seperti seorang wanita yang lemah, seorang wanita yang ditinggalkan kekasih, seorang ibu yang rindu akan anak-anaknya!
“Anakku.... anakku.... ! Bagaimana aku dapat berpisah dari mereka ini....“ Ratu Yalina mencium kedua anaknya. Hampir ia pingsan saking sedihnya ketika melihat bahwa anaknya yang laki-laki memiliki mata dan hidung kekasihnya! “Anakku-anakku.... di mana Ayahmu.... ? Anak-anakku.... bagaimana kalian tega meninggalkan Ibumu....?”
Ratu Yalina mencium lagi, kemudian menjerit lirih dan roboh pingsan sambil memeluk kedua anaknya yang mulai menangis lagi.
“Cepat-cepat, bawa pulang anak laki-laki itu!” kata Panglima Kayabu kepada isterinya.
Untung bahwa peristiwa kelahiran itu terjadinya pada waktu tengah malam sehingga tidak sampai diketahui orang lain.
“Dan kau, Bibi, dapatkah engkau membantu? Aku harus dapat menyerahkan anak perempuan ini kepada seorang yang boleh dipercaya!”
“Hamba.... hamba sanggup membantu.... hamba.... mempunyai keponakan. Biarlah puteri ini dipeliharanya, hamba tanggung takkan bocor rahasia ini....“ kata Si Dukun Beranak sambil terisak menangis.
Namun harus diakui bahwa terhadap dua buah kerajaan, yaitu kerajaan bangsa Khitan di timur laut yang terutama, dan Kerajaan Nan-cao di daerah Yu-nan, Kaisar Sung Thai Cung tidak berdaya. Mula-mula memang diusahakannya untuk menaklukkan dua buah kerajaan ini, namun selalu gagal. Bahkan berkali-kali bala tentara Sung terpukul mundur sehingga akhirnya kaisar tidak mendesak lagi.
Hanya perang dan bentrokan kecil-kecilan terjadi di perbatasan, namun tidak ada artinya. Bahkan akhirnya, Kerajaan Sung mengambil sikap dan politik lunak, mendekati dua kerajaan ini dan bahkan mengirim upeti-upeti sebagai tanda persahabatan!
Tidaklah amat mengherankan apabila ditinjau keadaan dua kerajaan di sebelah utara dan sebelah selatan itu. Semenjak dipegang oleh Ratu Yalina, Kerajaan Khitan menjadi sebuah kerajaan yang amat kuat sehingga sukar dikalahkan, bahkan bangsa Khitan telah menaklukkan bangsa-bangsa nomad lain yang berkeliaran di daerah utara sehingga kerajaannya menjadi makin besar.
Adapun Kerajaan Nan-cao, sungguhpun hanya merupakan kerajaan kecil, namun yang berkuasa disitu adalah kaum Agama Beng-kauw yang mempunyai banyak orang pandai, setia dan berdisiplin.
Karena cerita ini banyak menyangkut keadaan Kerajaan Khitan, maka marilah kita menjenguk keadaan kerajaan di sebelah utara dan timur laut itu. Bangsa Khitan adalah bangsa nomad yang besar, terdiri dari orang-orang gagah perkasa dan ulet. Keadaan hidup mereka yang selalu berpindah-pindah untuk mencari tempat yang lebih baik dan untuk menyesuaikan diri dengan iklim yang buruk, kesukaran hidup berjuang dengan alam, membuat mereka menjadi bangsa yang ulet, tabah dan pantang mundur.
Semenjak bangsa Khitan dipimpin oleh Ratu Yalina, kerajaan ini mengalami kemajuan pesat. Di dalam cerita CINTA BERNODA DARAH, diceritakan betapa Ratu Yalina ini di waktu kecilnya diangkat sebagai anak oleh seorang jenderal besar bangsa Han, dan di waktu remaja menerima gemblengan ilmu silat dari orang-orang pandai.
Bahkan sebelum menjadi ratu, secara kebetulan sekali ia telah menemukan sebuah pusaka peninggalan Pat-jiu Sin-ong Liu Gan ketua Beng-kauw di Nan-cao, yaitu catatan ilmu yang dahsyat, yang dirahasiakan. Setelah mewarisi ilmu yang disebut Cap-sha-sin-kun (Tiga Belas Jurus Ilmu Silat Sakti) inilah maka ilmu kepandaian Ratu Yalina amat hebat dan sukar dicari tandingannya.
Di waktu masih remaja, Ratu Yalina ini pernah mengalami derita batin yang takkan dapat ia lupakan selama hidup. Antara dia dan Suling Emas, terjalin kasih asmara yang amat mendalam. Keadaanlah yang memaksa mereka berpisah, yang tidak memungkinkan perjodohan diantara mereka. Apa sebabnya? Bukan lain oleh karena kebetulan sekali bahwa Suling Emas adalah “kakak angkatnya” sendiri, putera kandung ayah angkatnya, Jenderal Kam!
Sebetulnya hal ini bukanlah menjadi halangan benar bagi Puteri Yalina yang ketika itu belum menjadi ratu. Akan tetapi Suling Emas yang berkeras tidak mau, bukan hanya karena masih saudara angkat, juga terutama sekali karena Yalina amat diperlukan oleh bangsanya untuk menjadi Ratu sehingga Suling Emas mengalah dan pergi!
Akan tetapi, sebelum mereka saling berpisah untuk puluhan tahun lamanya itu, Suling Emas telah memenuhi permohonan Ratu Yalina untuk tinggal di dalam istananya selama sebulan. Menjadi suami di luar nikah! Biarpun tidak berhasil menjadi suami isteri, namun mereka telah saling menumpahkan cinta kasih mereka yang mendalam, tak kuasa menahan rindu hati yang tak tercapai karena halangan keadaan lahir.
Betapa tersiksa dan menderita batin Ratu Yalina ketika kekasihnya sudah pergi, ia mendapat kenyataan bahwa ia mengandung! Peristiwa yang bagi setiap orang isteri merupakan kebahagiaan mutlak ini, bagi Ratu Yalina bahkan merupakan derita dan siksa batin! Betapa tidak? Ia seorang ratu! Seorang ratu dan bukan seorang isteri. Ia tidak bersuami. Ia secara resmi masih seorang gadis! Dan ia mengandung!
Kalau saja Ratu Yalina tidak teringat akan kedudukannya, tidak ingat akan bangsanya yang dikasihinya, tentu ia sudah melarikan diri dari Khitan, melarikan diri untuk mencari Suling Emas, kekasih dan.... suaminya, biarpun hanya suami tidak sah!
Ratu Yalina merasa tersiksa. Ia berduka dan juga malu. Bagaimana kalau nanti bangsanya mengetahui bahwa ratunya yang masih belum menikah itu mengandung? Hampir saja Ratu Yalina putus asa. Lebih baik mati membunuh diri daripada menanggung aib yang hebat!
Akan tetapi, untung baginya bahwa panglimanya, orang yang paling dipercayanya karena panglima ini diam-diam juga mencintainya tahu akan rahasianya. Panglima ini Panglima Kayabu namanya, seorang Khitan yang gagah perkasa, tahu bahwa antara ratunya dan Suling Emas terjalin cinta kasih yang mendalam. Tahu pula bahwa demi bangsanya, ratunya rela berkorban perasaan, berpisah dari kekasihnya. Ia tahu pula bahwa Suling Emas ditahan dalam istana ratunya sampai sebulan sebelum mereka berdua saling berpisah. Kemudian ia tahu pula bahwa ratunya telah mengandung!
Secara rahasia, dijumpailah Ratu Yalina. Pada saat itulah terbukti kesetiaan Panglima Kayabu. Karena panglima ini telah dapat menduga kesemuanya, sambil menangis Ratu Yalina membuka rahasianya dan menyerahkan nasibnya ke tangan panglimanya yang juga menjadi sahabat satu-satunya dalam menghadapi peristiwa hebat ini.
Kayabu menghiburnya dan memberi usul bahwa Sang Ratu seyogianya memelihara kandungannya dan secara rahasia kelak melahirkan anak. Sementara itu, dia sendiri secara serentak akan memillh seorang gadis Khitan dan mengawininya, kemudian kelak kalau Sang Ratu melahirkan anak, anak itu akan diakuinya sebagai anaknya sendiri! Tentu saja ia akan menyuruh isterinya itu bersikap seolah-olah mengandung sehingga kelak tidak akan mencurigakan kalau “melahirkan” anak.
Rahasia yang hebat! Akan tetapi, karena tidak ada jalan lain, demi untuk menjaga nama baiknya sebagai ratu, dan demi menjaga agar bangsanya tidak menjadi kacau, Ratu Yalina melakukan sandiwara ini sesuai dengan rencana Panglima Kayabu! Panglima ini, yang tentu saja luka dan patah hatinya, memaksa diri memilih dan mengawini seorang gadis Khitan yang cantik.
Semua berjalan sesuai dengan rencana, yaitu Ratu Yalina dapat menyembunyikan keadaannya yang mengandung dari mata rakyatnya. Di lain fihak, isteri Panglima Kayabu “pura-pura mengandung”.
Akan tetapi, ketika tiba waktunya Sang Ratu melahirkan, di dalam kamar rahasia dan secara rahasia dihadiri oleh isteri Panglima Kayabu dan seorang dukun beranak, terjadilah hal yang sama sekali di luar dugaan mereka. Sang Ratu Yalina melahirkan sepasang anak kembar! Pertama seorang bayi laki-laki dan kedua seorang bayi perempuan!
Kalau saja kelahiran macam ini tidak terjadi di Khitan, tentu tidak akan mendatangkan kebingungan. Akan tetapi, telah menjadi kepercayaan umum di Khitan bahwa kembar laki-laki dan perempuan merupakan pertanda bahwa kedua anak itu adalah titisan atau penjelmaan suami isteri, dan karenanya, kedua orang anak itu harus dipisahkan dan kelak harus dijodohkan sebagai suami isteri!
Ketika dukun beranak dan isteri Panglima Kayabu menyatakan hal ini, yang dimengerti pula oleh Ratu Yalina, ratu yang malang ini menangis sedih dan roboh pingsan. Isteri Panglima Kayabu menjadi sibuk dan cepat-cepat memberi laporan secara diam-diam kepada suaminya. Panglima Kayabu cepat memasuki kamar itu dan untung Ratu Yalina sudah siuman dan kini ratu itu menangis terisak-isak di atas pembaringan.
“Harap Paduka jangan gelisah.” panglima yang setia itu menghibur.
“Aduh.... Kayabu.... lebih baik mati saja aku kalau begini....!” Yalina menangis. “Kayabu, kau tolonglah aku.... kau carilah dia, suruh datang kesini, biar dia yang akan memutuskan keadaan ini....”
Panglima Kayabu mengerutkan keningnya. Ia maklum siapa yang dimaksudkan ratunya itu. Akan tetapi dalam keadaan seperti itu, kalau mencari dan memanggil Suling Emas, bukan merupakan hal yang baik. Kalau terpaksa rahasia ini dibuka, tentu akan timbul kegemparan di kalangan rakyat, tentu akan menimbulkan aib dan hal ini amat merugikan karena pada waktu itu, Khitan dikepung musuh dari selatan dan dari barat.
“Harap Paduka tenang saja. Biarlah hamba mengakui anak laki-laki ini sebagai putera hamba, sedangkan anak perempuan ini, secara diam-diam kita singkirkan agar dipelihara orang lain dan kelak kalau mereka berdua sudah besar, mudah saja hamba menariknya sebagai mantu.”
Ucapan ini menggiris jantung Yalina. Dengan sepasang mata penuh air mata dan dengan muka pucat ia mengulurkan kedua tangan ke depan dan berkata kepada dukun beranak yang sedang mengurus dua orang anak yang menangis nyaring seperti berlumba itu.
“Ke sinikan anak-anakku.... biarlah aku melihat mereka.... biarkan aku mencium dan memeluk mereka.... ahhh .... !”
Ia menangis tersedu-sedu. Isteri Panglima Kayabu ikut menangis, demikian pula dukun beranak, wanita tua itu yang merasa terharu sekali. Kayabu sendiri, seorang panglima gagah perkasa yang pantang mengeluarkan air mata, merasa betapa sepasang matanya panas dan jantungnya serasa diremas.
Wanita yang pernah menjatuhkan hatinya itu kini demikian sengsara, sama sekali tidak seperti seorang ratu yang berwibawa, sama sekali bukan seperti seorang wanita yang ia tahu amat perkasa dan sakti, melainkan seperti seorang wanita yang lemah, seorang wanita yang ditinggalkan kekasih, seorang ibu yang rindu akan anak-anaknya!
“Anakku.... anakku.... ! Bagaimana aku dapat berpisah dari mereka ini....“ Ratu Yalina mencium kedua anaknya. Hampir ia pingsan saking sedihnya ketika melihat bahwa anaknya yang laki-laki memiliki mata dan hidung kekasihnya! “Anakku-anakku.... di mana Ayahmu.... ? Anak-anakku.... bagaimana kalian tega meninggalkan Ibumu....?”
Ratu Yalina mencium lagi, kemudian menjerit lirih dan roboh pingsan sambil memeluk kedua anaknya yang mulai menangis lagi.
“Cepat-cepat, bawa pulang anak laki-laki itu!” kata Panglima Kayabu kepada isterinya.
Untung bahwa peristiwa kelahiran itu terjadinya pada waktu tengah malam sehingga tidak sampai diketahui orang lain.
“Dan kau, Bibi, dapatkah engkau membantu? Aku harus dapat menyerahkan anak perempuan ini kepada seorang yang boleh dipercaya!”
“Hamba.... hamba sanggup membantu.... hamba.... mempunyai keponakan. Biarlah puteri ini dipeliharanya, hamba tanggung takkan bocor rahasia ini....“ kata Si Dukun Beranak sambil terisak menangis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar