Ads

Kamis, 07 November 2019

Istana Pulau Es Jilid 123

Yu Goan bangkit berdiri dan menjawab halus,
"Maaf, Nona. Hanya ada dua pilihan bagiku malam tadi. Pertama, aku harus melihat Nona terganggu dari tidur nyenyak kalau aku membangunkan Nona. Ke dua, aku harus menghadapi kemarahan Nona kalau aku tidak membangunkan Nona. Dari dua pilihan itu, aku memilih yang ke dua. Aku menerima salah dan siap menerima hukuman."

Bagaimana mungkin orang bisa marah menghadapi sikap yang menyerah seperti ini? Apalagi pemuda itu jelas bermaksud bahwa rela dimarahi daripada mengganggunya dari tidur nyenyak! Kalau dia toh marah terus, berarti dia yang keterlaluan! Seketika kejengkelan hati Siauw Bwee lenyap dan dara ini menurunkan kedua lengan yang tadi menegang, membanting kaki kiri dan berkata,

"Aihhhh! Engkau membikin aku tidak enak saja. Kalau tahu begini, aku tidak mau tidur sedikitpun juga, apalagi tidur semalam suntuk dan membiarkan engkau melakukan penjagaan!"

"Tapi aku senang sekali melakukan penjagaan, Nona. Dan semalam tidak ada muncul peristiwa sesuatu. Agaknya iblis-iblis itu telah merasa takut mendengarkan ancamanmu."

Siauw Bwee teringat dan cepat ia menyambar pedangnya, digantungkan di punggung.
"Ahh, sekarang kita dapat mencari iblis-iblis itu! Kalau ada jejak kakinya, berarti bukan iblis!"

"Engkau benar, Nona. Mari kita mencari!"

Dua orang muda itu lalu mencari di antara rumput alang-alang dan tetumbuhan di sekitar tempat itu, di tempat-tempat dimana semalam mereka melihat benda-benda mencorong dan dapat dibayangkan betapa kaget hati mereka ketika melihat tapak kaki manusia!

"Bukan main! Manusia-manusia apakah mereka yang memiliki mata mencorong seperti mata harimau?" Yu Goan berseru.

"Hebatnya, bagaimana mereka dapat bergerak demikian cepatnya?"

Siauw Bwee berkata lirih dan diam-diam ia terkejut sekali. Setelah ia memiliki ilmu sakti gerak kaki tangan kilat dari rombongan kaki buntung dan lengan buntung, gin-kangnya mencapai tingkat tinggi sekali. Akan tetapi mengapa semalam dia tidak mampu menangkap orang-orang aneh ini? Mungkinkah mereka memiliki kepandaian menghilang seperti setan?

"Jumlah mereka banyak dan tapak kaki mereka menuju ke satu jurusan. Kita dapat mengikuti mereka." Yu Goan berkata sambil meneliti tanah.

"Hemm, aku merasa curiga sekali. Mari kita cari mereka!" Siauw Bwee berkata.

Kedua orang itu lalu berjalan mengikuti arah jejak tapak kaki yang menuju ke selatan. Setelah berjalan dua jam lamanya, mereka berdua berhenti di tepi sebuah tebing yang amat curam.

"Ah, tentu di bawah itu sarang mereka....!" kata Yu Goan menunjuk ke bawah.

Tebing itu amat curam, kiranya tidak kurang dari dua ribu kaki. Dan jauh di bawah sana kelihatan kecil sekali seperti mainan kanak-kanak, tampak sebuah perkampungan kecil dengan beberapa buah rumah sederhana. Lembah di bawah itu kelihatan sunyi, seolah-olah perkampungan itu tidak ada penghuninya.

"Aneh sekali. Lembah di bawah itu dikelilingi tebing yang begini curam, seolah-olah terpisah dari dunia ramai. Siapakah gerangan yang tinggal di bawah sana?" Siauw Bwee berkata, termangu-mangu.

"Sebaiknya kita mencari jalan turun kesana untuk menyelidikinya, Nona."

"Memang begitu kehendakku. Akan tetapi, aku mendapat firasat di hati bahwa tempat itu amat berbahaya, dan agaknya orang-orang yang tinggal di tempat seperti itu tentulah orang-orang aneh yang berilmu tinggi. Aku tidak ingin melihat engkau menghadapi malapetaka disana, Yu-twako."

Yu Goan menoleh, mereka berpandangan dan pemuda itu tersenyum.
"Engkau baik sekali, Nona. Jangan khawatir, aku dapat menjaga diri dengan pedangku."






Sejenak Siauw Bwee memandang pemuda itu. Akhirnya ia tersenyum dan mengangguk,

"Baiklah, aku pun percaya bahwa engkau bukanlah seorang yang mudah dikalahkan, Yu-twako. Mari kita mencari jalan turun!"

"Nanti dulu, Nona!"

Siauw Bwee membalikkan tubuh dan melihat pemuda itu memandangnya penuh perhatian, ia bertanya,

"Ada apakah?"

Pemuda itu kelihatan bingung dan ragu-ragu, agaknya sukar sekali membuka mulut menyatakan isi hatinya.

"Harap Nona sudi memaafkan kalau aku bersikap kurang ajar, karena sungguh tidak sopan bagi seorang pemuda untuk mengajukan pertanyaan ini kepada seorang dara terhormat...."

"Aihhh, katakanlah. Apa yang ingin kau katakan, Twako? Engkau terlalu sungkan."

"Aku terpaksa mengajukan pertanyaan ini, Nona, mengingat bahwa kita telah saling berkenalan dan kita bersama menghadapi hal yang belum kita ketahui bagaimana sifatnya, mungkin berbahaya."

Siauw Bwee mengangguk tak sabar.
"Tanyalah!"

"Aku ingin mengetahui siapakah Nona? Dan siapakah nama Nona yang mulia?"

Siauw Bwee tertawa dan menggunakan tangan kiri menutupi mulut.
"Hi-hi-hik! Engkau benar-benar lucu sekali, Twako! Engkau terlalu ditekan dan diselubungi kesopanan sehingga kelihatan lucu! Bertanya nama saja apa sih dosanya? Tentu saja kau boleh menanyakan namaku, bahkan aku yang lupa belum memperkenalkan diri, padahal aku telah mengetahui namamu. Mengapa kau ragu-ragu dan malu-malu, minta maaf segala? Dengarlah, namaku adalah Khu Siauw Bwee."

"Khu Siauw Bwee....?" Yu Goan mengingat-ingat, akan tetapi merasa belum pernah mendengar nama ini. Tiba-tiba ia mengangkat muka memandang. "Khu-lihiap (Pendekar Wanita she Khu), aku pernah mendengar nama besar murid dari pendekar sakti Kam Liong yang menjadi menteri, murid Menteri Kam Liong itu seorang pahlawan yang gagah perkasa dan yang telah gugur bersama gurunya di kota raja karena fitnah. Namanya Khu Tek San, dan mengingat she itu...."

Yu Goan berhenti bicara dan memandang terbelalak ke wajah jelita yang berubah agak pucat. Dua butir air mata menitik turun dan bibir yang kecil merah itu bergerak-gerak lalu digigit.

"Khu-lihiap, maafkan aku. Apakah mendiang Khu Tek San itu...."

Siauw Bwee mengangguk.
"Dia adalah ayahku sendiri!"

Yu Goan cepat mengangkat kedua tangan ke depan dada, membungkuk penuh hormat.
"Ahhh, sudah kuduga bahwa Nona tentulah bukan orang sembarangan! Kiranya puteri mendiang Khu-ciangkun, murid yang setia dan gagah perkasa dari mendiang Menteri Kam yang terkenal di seluruh dunia! Maafkan kalau aku bersikap kurang hormat, Lihiap!"

Siauw Bwee menarik napas panjang.
"Sudahlah, Twako. Sikapmu yang terlalu sungkan dan hormat itu bisa membuat orang salah mengerti, mengira bahwa engkau memiliki watak penjilat. Bagimu mungkin aku puteri seorang pahlawan, akan tetapi banyak orang menganggap aku puteri seorang pemberontak! Aku tahu bahwa engkau seorang yang terpelajar dan berbudi halus, penuh kesopanan dan aku suka bersahabat denganmu, Twako. Akan tetapi kalau engkau tidak membuang sikapmu yang sungkan dan sopan itu, aku akan benci padamu. Aku paling tidak suka melihat pria yang menunduk-nunduk seperti seorang penjilat!"

Wajah Yu Goan menjadi merah sekali.
"Tidak ada seujung rambut pun di dalam hatiku ingin menjilat kepadamu atau kepada siapa pun di dunia ini, Nona. Sikapku tidak kubuat-buat dan sewajarnya, sesuai dengan pelajaran-pelajaran yang semenjak kecil kuterima dalam pendidikan. Karena itu maafkan aku, Lihiap."

"Twako, aku ingin sekali mengetahui bagaimana engkau bisa mengenal ayahku, dan mengenal nama Menteri Kam?"

"Ayah bundaku mengenal baik Menteri Kam yang sakti, Nona. Terutama sekali ayahku, dia banyak bercerita tentang pendekar-pendekar sakti keturunan Suling Emas. Ayah amat kagum terhadap keturunan Suling Emas, kekaguman yang tertanam pula di dalam hatiku. Ah, betapa ayah dan ibu akan merasa bangga bahwa aku dapat bertemu dan bersahabat dengan puteri Khu-ciangkun yang terkenal, murid Menteri Kam!"

"Sudahlah, Twako. Aku menjadi pening mendengar pujian-pujian dan segala nama besar yang kosong itu! Lihat, di bawah itu mulai ada gerakan!"

Siauw Bwee menuding dan ketika Yu Goan memandang ke bawah, dia melihat pula manusia-manusia bergerak ke sana ke mari akan tetapi karena jaraknya amat jauh sehingga manusia-manusia di bawah itu hanya kelihatan sebesar jari tangan, maka mereka tidak dapat melihat jelas.

Dengan hati-hati dan berindap-indap, Siauw Bwee dan Yu Goan mencari jalan turun ke lembah di bawah yang penuh rahasia itu. Akan tetapi dengan kaget mereka mendapat kenyataan bahwa tebing yang amat curam itu tidak mungkin dapat dituruni. Mana mungkin turun melalui dinding karang yang ratusan kaki tingginya, licin dan tegak tidak ada tempat kaki berpijak atau tangan bergantung? Untuk menggunakan gin-kang meloncat ke bawah? Lebih tak masuk akal lagi.

Namun Siauw Bwee dan Yu Goan bukanlah orang-orang lemah yang muda berputus asa. Mereka terus mencari, meneliti setiap kemungkinan menuruni tebing dan memeriksa sekeliling tebing yang berada di situ sampai setengah hari mereka mencari jalan turun, namun hasilnya sia-sia.

Lembah di bawah itu, perkampungan yang aneh, dikelilingi tebing terjal yang tidak mungkin dituruni atau didaki. Seekor monyet sekalipun kiranya tak mungkin menuruni tebing itu yang halus licin tanpa ada tempat menahan tubuh. Perkampungan di lembah bawah itu seolah-olah terputus sama sekali dari dunia luar daerah mereka. Mereka seperti hidup di dalam sebuah mangkok, tidak mungkin dapat menjenguk keluar dari bibir mangkok yang merupakan tebing yang mengelilingi tempat tinggal mereka.

Akhirnya Siauw Bwee dan Yu Goan terpaksa mengaku kalah. Mereka telah melakukan pemeriksaan mengitari sekeliling lembah sampai kembali ke tempat mereka berangkat, tempat mereka mula-mula melakukan pemeriksaan. Keduanya duduk mengaso di tepi tebing sambil memandang ke bawah dengan hati penasaran.

Dari atas tampak manusia di bawah itu menuju ke suatu tempat di tengah perkampungan, kemudian tampak api bernyala, asap mengepul tinggi seolah-olah mereka yang berada di bawah itu membakar sesuatu. Terlalu tinggi tempat itu untuk dapat melihat jelas apa yang dikerjakan oleh manusia-manusia di lembah itu.

"Tanpa sayap seperti burung, mana mungkin menuruni tempat itu?" Yu Goan berkata sambil menghapus peluh dari lehernya.

"Memang tidak mungkin, kecuali kalau menggunakan alat." Siauw Bwee berkata memandang ke bawah dengan alis berkerut. "Menggunakan kaitan besi atau tali untuk merayap ke bawah."

"Akan tetapi terlalu berbahaya. Biarpun merayap ke bawah tidak amat berbahaya, namun kalau orang-orang di bawah itu menyambut dengan sikap bermusuh, kita sedang merayap tak berdaya itu tentu merupakan sasaran yang lunak."

Siauw Bwee mengangguk-angguk.
"Memang aneh sekali. Makin sukar tempat itu didatangi, makin tertarik hatiku untuk membongkar rahasia mereka itu. Yang mengherankan hati, kalau memang benar mereka di bawah sana itu yang malam tadi mengganggu kita, bagaimana cara mereka mendaki tebing?"

"Dan gerakan mereka begitu cepat seperti menghilang!" Yu Goan berkata.

"Yu-twako, awasss....!"

Tiba-tiba Siauw Bwee berseru dan tubuhnya yang tadinya duduk di atas rumput dekat pemuda itu, mencelat ke belakang, berjungkir-balik beberapa kali. Yu Goan terkejut pula, meloncat ke atas dan ketika ia membalik, dengan kagum ia melihat dara jelita itu telah mendorong roboh dua orang laki-laki yang bertubuh tegap kuat dan berpakaian sederhana kasar seperti orang liar!

Betapa cepatnya gadis itu mengetahui kedatangan musuh dan betapa cepatnya bergerak merobohkan lawan! Dari gerakan-gerakan itu mengertilah Yu Goan bahwa tingkat kepandaian dara ini jauh lebih tinggi daripada tingkatnya, bahkan dia dapat menduga bahwa dara itu lebih pandai daripada ibunya, atau ayahnya sekalipun!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar