Ads

Sabtu, 09 November 2019

Istana Pulau Es Jilid 131

Siauw Bwee yang kini sudah dapat menduga bahwa kakek ini tentu memiliki Ilmu Jit-goat-sin-kang seperti yang dimiliki Ouw-pangcu, malah lebih kuat, segera menjura dan menjawab,

"Untuk menghadapi Jit-goat-sin-kangmu tadi, aku tidak menggunakan sin-kang yang sama, orang tua!"

"Tidak mungkin! Sin-kang biasa mana mampu menghadapi Jit-goat-sin-kang seperti itu?"

Yu Goan kini sudah muncul dan meloncat dekat Siauw Bwee. Dia tadi menyaksikan adu tenaga sin-kang itu dan kekagumannya terhadap Siauw Bwee meningkat. Dengan sabar ia menjura dan mendahului Siauw Bwee.

"Locianpwe, sesungguhnya kami pernah mempelajari Jit-goat-sin-kang dari Ouw-pangcu."

"Ahh, tidak mungkin! Selain Ouw-pangcu tidak akan berani lancang menurunkan ilmunya kepada orang luar, juga tidak mungkin kalau hanya murid-muridnya mampu mengalahkan kekuatanku. Dia sendiri masih jauh di bawahku, ataukah.... dia telah memperoleh kemajuan yang luar biasa sehingga muridnya saja mampu mengalahkan aku? Betapapun juga, dia melanggar dan harus dihukum!"

Yu Goan terkejut dan cepat membela,
"Locianpwe, harap jangan menyalahkan dia karena Ouw-pangcu adalah gi-hu kami. Tiada salahnya menurunkan ilmu kepada anak-anak angkatnya sendiri."

Wajah yang penasaran dan marah itu berubah.
"Aihhhh! Dia menjadi ayah angkat kalian? Betapa anehnya! Akan tetapi.... tenaga sin-kang Nona muda ini amat luar biasa, betapa mungkin...."

"Harap Locianpwe tidak menjadi heran karena sesungguhnya kepandaian Nona Khu ini amat tinggi, jauh lebih tinggi daripada kepandaian gi-hu sendiri. Dan kalau benar Locianpwe adalah suheng dari gi-hu, harap kau ketahui bahwa kami berdua sedang berusaha menyelamatkan gi-hu yang terancam bahaya besar di lembah di bawah sana."

"Apa? Apa yang terjadi? Orang muda, duduklah. Dan kau juga, Nona yang amat lihai. Duduklah dan ceritakan semua. Apa yang telah terjadi di atas tebing dan di bawah lembah sana?"

Yu Goan dan Siauw Bwee duduk di atas dipan bambu, berhadapan dengan kakek itu lalu Yu Goan menceritakan semua pengalaman mereka sejak bertemu dengan Ouw-pangcu, mengobati luka ketua itu, dan tentang pemberontakan di atas tebing yang dipimpin oleh Ang-siucai. Setelah mendengar penuturan itu sampai habis, kakek tadi menarik napas panjang.

"Hemm, memang banyak resikonya menjadi ketua, tidak sebebas aku yang hidup seorang diri tanpa dibebani peraturan. Sute telah lancang menerima seorang asing seperti sastrawan she Ang itu, maka dia memetik buah dari tanamannya sendiri. Akan tetapi siapakah engkau orang muda yang pandai ilmu pengobatan? Aku sendiri senang dengan ilmu itu, maka kepandaianmu menarik hatiku dan siapa pula Nona yang amat lihai ini? Sukakah kalian memperkenalkan diri setelah mengetahui bahwa aku adalah suheng dari gi-humu?"

Yu Goan tidak berani lancang, maka dia menoleh dan mernandang Siauw Bwee. Bagi dia sendiri, dia tidak akan ragu memperkenalkan diri kepada siapapun juga. Akan tetapi Siauw Bwee adalah penghuni Istana Pulau Es, dan biarpun dara itu tidak pernah memperingatkannya, dia tahu bahwa gadis itu tentu akan merahasiakan Pulau Es dan keadaan dirinya. Akan tetapi Siauw Bwee tersenyum dan mengangguk, maka Yu Goan lalu berkata,

"Karena Locianpwe adalah suheng dari gi-hu, maka sepatutnya kalau kami menyebut supek kepadamu. Harap Supek ketahui bahwa sahabatku ini bernama Khu Siauw Bwee dan sebelum dia menjadi anak angkat gi-hu dia telah memiliki ilmu kepandaian yang tinggi karena Bwee-moi ini adalah.... seorang diantara penghuni-penghuni Istana Pulau Es."

Seperti telah diduganya, kakek itu mencelat dari tempat duduknya, memandang Siauw Bwee dengan mata terbelalak kemudian mengangkat kedua tangan memberi hormat sambil menjura,

"Aihhh.... mataku seperti buta tidak mengetahui orang pandai. Maaf....!"

Siauw Bwee cepat berdiri membalas penghormatan itu dan berkata sederhana,
"Supek, mengapa begini sungkan? Yu-twako hanya pandai memuji setinggi langit padahal aku hanyalah seorang muda yang masih perlu menerima bimbingan orang pandai seperti Supek. Dalam melatih diri dengan Jit-goat-sin-kang saja, dibandingkan dengan tingkat Supek, aku belum ada persepuluhnya!"






"Aihhh! Sudah lihai masih pandai merendah pula. Sungguh menakjubkan! Nona Khu, tanpa Jit-goat-sin-kang sekalipun sin-kangmu sudah amat luar biasa dan aku tidak menjadi heran mengingat bahwa engkau adalah penghuni Istana Pulau Es, murid langsung dari Bu Kek Siansu. Hebat.... hebat....! Dan engkau sendiri, orang muda, siapakah engkau?"

"Aku bernama Yu Goan, ilmu silatku yang kalah jauh kalau dibandingkan dengan kepandaian Khu-siauwmoi kudapatkan dari ayahku sendiri yang bernama Yu Siang Ki, sedangkan sedikit ilmu pengobatan kudapatkan dari kakekku, Yok-san-jin Song Hai."

Kembali kakek itu mengangguk-angguk kagum.
"Aku pernah mendengar nama besar ayahmu itu, bukankah dia putera Ketua Khong-sim Kai-pang? Dan Yok-san-jin....! Hemmm, siapa yang belum mendengar namanya? Ahh, sungguh menggembirakan sekali bertemu dengan orang-orang muda keturunan orang-orang pandai, lebih-lebih lagi menggembirakan mendengar bahwa kalian adalah anak-anak angkat suteku. Aihhhh, bukan main beruntungnya Ouw-sute!"

"Akan tetapi sekarang gi-hu terancam bahaya, Supek," kata Siauw Bwee.

Kakek itu mengerutkan alisnya.
"Aku heran sekali. Biasanya suheng kami, yaitu ketua lembah, adalah orang yang amat sabar. Ketahuilah bahwa dahulu, ketika Suhu Bu-tek Lo-jin datang ke tempat ini, dia mengangkat tiga orang murid. Pertama adalah Lie Soan Hu yang kini menjadi ketua orang lembah setelah dia terkena pula penyakit kusta yang mengerikan itu. Murid ke dua adalah aku sendiri. Namaku adalah Coa Leng Bu, dan berbeda dengan suheng dan sute, aku lebih senang hidup bersunyi diri di tempat ini, mengumpulkan obat-obat untuk kuberikan kepada anak buah suheng di lembah dan anak buah sute di atas tebing. Murid ke tiga adalah Ouw-sute sendiri. Setelah Lie-suheng menderita penyakit kusta, dia menjadi penyabar sekali, bahkan tidak pernah keluar dari lembah.

Sungguhpun amat mengherankan kalau sekarang dia menyuruh pembantu-pembantunya menangkap Ouw-sute. Apalagi semua itu dilakukan tanpa memberi tahu kepadaku. Hemm, benar-benar peristiwa itu mencurigakan sekali dan agaknya perlu kuselidiki sendiri. Kalian jangan khawatir. Biarlah aku menyertai kalian turun ke lembah dan dari tempat ini memang ada jalan rahasia ke lembah yang lebih mudah dilalui.

Tentu saja dengan kepandaian yang kalian miliki, tanpa melalui jalan rahasia itu pun kalian akan dapat mencapai lembah, akan tetapi selain hal itu akan makan waktu lama dan perjalanan yang sukar sekali, juga berarti kalian akan menjadi seorang yang melanggar larangan. Mari kita pergi sekarang sebelum terlambat, karena aku menduga bahwa seperti halnya di atas tebing, di lembah sana terjadi sesuatu yang tidak wajar. Sudah terlalu lama aku tidak pernah datang ke lembah atau ke tebing, obat-obat itu hanya diambil saja oleh anak buah yang disuruh Sute atau Suheng."

Girang sekali hati kedua orang muda itu. Mereka segera mengikuti Coa Leng Bu pergi meninggalkan pondok dan menuruni tebing melalui jalan turun yang bukan merupakan jalan, melainkan rangkaian akar-akar dan batu-batu yang sengaja dibuat untuk jalan naik turun. Karena "jalan" ini tertutup oleh tetumbuhan, maka kalau tidak bersama kakek itu, tentu Siauw Bwee dan Yu Goan tak mungkin akan dapat menemukannya.

Jalan ini bukanlah jalan mudah bagi orang biasa, akan tetapi bagi mereka bertiga merupakan jalan yang amat mudah, bergantung sana-sini melompati sana-sini dan mereka dapat turun dengan cepat sekali. Dua orang muda itu merasa girang karena perjalanan kali ini jauh lebih mudah dan cepat daripada yang mereka lakukan kemarin. Tak lama kemudian mereka sudah mencapai lembah.

Akan tetapi, begitu ketiganya melompat turun, mereka diserbu oleh belasan orang penderita kusta dan orang-orang penghuni tebing yang tadinya memberontak, juga tampak beberapa orang berpakaian Han yang ikut menyerbu.

"Merekalah yang memberontak di atas tebing!" seru Yu Goan.

Coa Leng Bu menjadi marah sekali. Ia melompat maju dan membentak,
"Mundur semua! Apakah kalian tidak mengenal aku lagi?"

Akan tetapi orang-orang itu tidak menjawab dan terus menyerangnya!
"Keparat! Setan busuk, mana Suheng? Suruh dia keluar sebelum aku membunuh kalian semua, keparat!"

Akan tetapi orang-orang itu telah menyerbunya dan Coa Leng Bu cepat menggerakkan kaki tangannya merobohkan dua orang penderita kusta. Akan tetapi mereka tidak mundur bahkan kini menerjang dengan senjata-senjata mereka.

"Twako, kita berpencar, mencari Gi-hu!"

Siauw Bwee berseru sambil melawan pengeroyokan orang yang menjijikkan itu. Karena tidak tahan harus bertanding melawan orang-orang yang begitu mengerikan, setelah mengelak ke sana-sini, Siauw Bwee melesat jauh dan mulai mencari gi-hunya yang tertawan.

Yu Goan mencabut pedangnya dan mengamuk bersama Coa Leng Bu. Betapapun juga, melihat bahwa tukang obat itu tidak mau menurunkan tangan membunuh orang-orang yang masih murid keponakannya sendiri, Yu Goan juga menggerakkan pedang secara hati-hati agar tidak sampai membunuh orang.

Namun, tingkat kepandaian orang-orang lembah itu tinggi dan dia pun seperti Siauw Bwee, merasa jijik disamping rasa kasihan, maka kini melihat Siauw Bwee telah pergi, dia pun memutar pedang mencari jalan keluar dari kepungan lalu melarikan diri ke depan meninggalkan Coa Leng Bu yang masih dikeroyok murid-murid keponakannya sendiri.

Beberapa orang penderita penyakit kusta mengejarnya, termasuk seorang berpakaian Han yang menjadi kawan Ang-siucai. Yu Goan marah sekali terhadap orang ini karena dia tahu bahwa biang keladi semua keributan di tebing maupun di lembah ini tentulah Ang-siucai dan kawan-kawannya. Dia dapat menduga bahwa setelah gagal di atas tebing, Ang-siucai membawa kaki tangannya dan orang-orang tebing yang dipengaruhinya melarikan diri ke lembah. Hanya dia merasa heran mengapa sastrawan itu dapat pula menguasai lembah!

Karena marahnya, tiba-tiba dia membalik dan pedangnya menyambar ke arah orang Han yang ikut mengejarnya. Orang itu menangkis akan tetapi tiba-tiba ia menjerit keras ketika tangan kiri Yu Goan berhasil menotoknya, kemudian mengempit lehernya.

"Suruh mereka mundur sebelum kupatahkan batang lehermu!" Yu Goan mengancam dan memperkuat jepitan lengannya pada leher orang itu.

Orang itu ternyata takut mati dan cepat membentak orang-orang penderita kusta untuk mundur. Di samping sifat pengecutnya, orang itu pun cerdik sekali. Agaknya semua kawan Ang-siucai cerdik-cerdik belaka. Orang ini maklum akan kelihaian Siauw Bwee dan Si Tukang Obat, maka dia ingin memancing agar mereka itu berpencar sehingga lebih mudah dikuasai kawannya.

Setelah semua orang penderita kusta mundur dan mereka membantu pengeroyokan kawan-kawan mereka terhadap Coa Leng Bu dan sebagian mengejar dan mencari Siauw Bwee yang melarikan diri, orang itu berkata,

"Ampunkan saya, Taihiap...."

"Hemm, manusia busuk! Karena engkau menuruti permintaanku, aku tidak akan membunuhmu, akan tetapi kau harus memberi tahu kepadaku di mana Ouw-pangcu ditahan!"

Diam-diam orang itu menjadi girang.
"Ahhh, kalau begitu, cepat Taihiap. Engkau bisa terlambat. Mereka.... mereka tadi sedang menggiring Ouw-pangcu ke tempat pembakaran mayat, hendak membakarnya!"

"Apa?" Yu Goan terkejut sekali. "Dia.... dia.... sudah mati....?"

"Tidak, Taihiap. Belum, akan tetapi tentu akan mati kalau kau terlambat. Mereka hendak membakarnya hidup-hidup!"

"Keparat! Di mana tempat itu?"

"Mari kutunjukkan padamu."

"Awas kalau kau menjebakku, aku akan menyayat-nyayat tubuhmu menjadi lebih rusak daripada orang-orang yang dimakan kusta itu!" Yu Goan mengancam.

"Aku tidak menipumu, Taihiap."

Yu Goan mengikuti tawanan itu sambil memegang lengannya. Mereka menuju ke bagian belakang lembah dan tiba di sebuah pintu di mana tampak anak tangga menurun ke bawah. Orang tawanan itu menuruni anak tangga, terus diikuti oleh Yu Goan dari belakang.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar