Ads

Rabu, 15 Januari 2020

Pendekar Bongkok Jilid 084

Lan Hong menggeleng kepalanya.
“Ketika peristiwa itu terjadi, dia baru berusia sepuluh bulan, dan ketika tubuhnya menjadi cacat, diapun masih kecil. Dia sama sekali tidak tahu, dan akupun tentu saja merahasiakan hal itu. Akan tetapi, Sie Liong melihat betapa harta kami telah habis dan betapa aku mendapatkan perlakuan buruk dari suamiku. Bahkan mereka bentrok ketika suamiku memukuliku dan Sie Liong melindungiku. Dan beberapa hari kemudian, tiba-tiba puteriku, Bi Sian pulang!” Wajah Lan Hong agak berseri ketika ia teringat akan peristiwa itu.

“Dan ia telah menjadi seorang gadis yang sakti pula, murid Koay Tojin.” kata Bouw Tek, mulai dapat menggambarkan keadaan keluarga wanita itu.

“Benar, toako. Ia berusia delapan belas tahun, menjadi seorang gadis yang cantik dan memiliki ilmu kepandaian yang tinggi. Dan iapun gembira sekali bertemu dengan pamannya. Kau tahu, toako, diantara adikku dan puteriku yang usianya hanya selisih dua tiga tahun itu terdapat hubungan yang amat akrab dan mereka itu saling menyayang karena mereka tumbuh besar bersama-sama. Bi Sian pulang ditemani sutenya yang bermalam di luar rumah kami, di rumah penginapan.”

Wanita itu berhenti lagi dan Bouw Tek dengan tenang menanti kelanjutan cerita itu karena dia merasakan datangnya suatu peristiwa yang paling hebat, yaitu kematian suami wanita itu.

“Kemudian, tiba-tiba saja terjadi peristiwa itu, toako,” kata Lan Hong seolah-olah dapat membaca pikiran pendekar itu dan menjawabnya. “Siang hari itu suamiku pergi dan pada malam harinya dia dibunuh orang.” Kembali Lan Hong diam dan kini ia nampak demikian berduka.

“Dan engkau tentu sangat berduka, Hong-moi.”

Lan Hong mengangkat mukanya dan sejenak mereka saling pandang. Lan Hong lalu mengerutkan alisnya.

“Mungkin engkau akan menganggap aku jahat, toako. Akan tetapi terus terang saja aku tidak berduka atas kematiannya. Akhir-akhir itu dia mendatangkan kesan buruk sekali dalam hatiku karena sikapnya selama tujuh tahun itu. Yang membuat aku berduka adalah karena Bi Sian menuduh Sie Liong yang melakukan pembunuhan itu dan ia menyerang Si Liong mati-matian untuk membalas dendam!”

“Hemm, sepatutnya gadis itu menyadari akan kejahatan ayahnya yang telah membunuh orang tua Pendekar Bongkok!” kata Bouw Tek penasaran.

“Gadis itu puteriku, toako....”

“Ah, maafkan aku, Hong-moi, riwayatmu demikian mencekam hatiku sehingga aku lupa diri. Lalu bagaimana kelanjutannya, Hong-moi?”

“Ketika diserang Bi Sian, Sie Liong lalu pergi melarikan diri. Tak lama kemudian, Bi Sian juga pergi melakukan pengejaran.”

“Dan puterimu itu tidak tahu bahwa ayahnya adalah pembunuh orang tua ibunya dan pamannya?”

Lan Hong menggeleng kepalanya.
“Bagaimana aku dapat menceritakan hal itu kepadanya, toako? Tentu hal itu akan menghancurkan hatinya, karena bagaimanapun juga, suamiku itu adalah ayah kandungnya.”

Lie Bouw Tek termenung. Memang serba salah dan serba susah bagi wanita yang malang ini, pikirnya.

“Akan tetapi, tentu Pendekar Bongkok sudah mengetahui rahasia itu maka dia membunuh musuh besarnya.”

Lan Hong menggeleng kepalanya.
“Kurasa tidak begitu. Memang, setelah terjadi pembunuhan, akupun mengira demikian. Akan tetapi, dia tidak tahu akan rahasia itu, buktinya setelah kuceritakan, baru dia mangetahuinya! Dia menyangkal bahwa dia telah membunuh kakak iparnya, dan diapun baru tahu akan rahasia itu setelah aku bercerita kepadanya.”






“Lalu bagaimana puterimu menuduh dia sebagai pembunuh ayahnya?”

“Karena sebelumnya, ayahnya mengatakan bahwa Sie Liong memukulnya, dan dalam keadaan mabok dia minta agar Bi Sian membalaskan penghinaan itu. Dan pada saat terjadinya pembunuhan, Bi Sian melihat bayangan seorang yang bongkok di taman, seorang bongkok yang bertopeng, dan Bi Sian manemukan topeng itu. Maka, ia menuduh pamannya sebagai pembunuh. Ah, itulah yang menyusahkan hatiku, toako. Bagaimana kalau mereka saling jumpa dan anakku itu nekat menyerang dan hendak membunuh pamannya? Karena itulah, maka aku nekat melakukan perjalantn ini, untuk mencari mereka dan untuk membujuk puteriku agar jangan memusuhi Sie Liong karena sekarang aku yakin bahwa bukan Sie Liong yang membunuh suamiku.”

“Eh? Bagaimana engkau bisa yakin, Hong-moi?”

Lan Hong lalu menceritakan tentang penyelidikannya ke rumah pelesiran, tentang segala keterangan yang diperolehnya dari para pelacur yang pada hari terakhir itu melayani suaminya. Lie Bouw Tek mendengarkan dengan penuh kagum. Wanita ini selain tabah, juga amat cerdik, pikirnya.

“Dari keterangan itu aku yakin bahwa adikku tidak membunuh kakak iparnya, toako. Kalau dia yang membunuh, tidak perlu dia bertopeng, dan tidak perlu pula dia berpura-pura kepadaku. Dia memang belum pernah mengetahui rahasia itu sebelum mendengar dariku. Kalau bukan dia yang membunuhnya, berarti si pembunuh sengaja menyamar sebagai seorang yang bongkok dan mengenakan topeng. Tidak sukar menyamar sebagai orang berpunuk dan bongkok, tinggal mengganjalkan sesuatu di punggungnya. Tentu saja dia bertopeng untuk menutupi wajahnya agar jangan ada yang tahu bahwa dia bukanlah Sie Liong. Jelas dia sengaja membunuh dan melempar fitnah kepada adikku. Dan penyelidikanku ke rumah pelacuran itu membuktikan bahwa memang ada yang membunuh suamiku. Dia bukan lain adalah sute dari Bi Sian.”

“Hemmm....” Lie Bouw Tek meraba-raba jenggotnya yang terpelihara rapi. “Pendapatmu itu memang nampaknya tepat Hong-moi. Teorimu juga masuk di akal. Hanya ada satu hal yang meragukan. Kalau benar seperti yang kau sangka bahwa yang membunuh suamimu adalah sute dari puterimu, lalu apa alasannya? Mengapa dia membunuh suamimu yang baru dijumpainya?”

“Akupun sudah memikirkan hal itu dan menemukan jawabannya. Aku dapat melihat bahwa sute dari puteriku yang namanya kalau tidak salah Coa Bong Gan, yang usianya lebih tua dari puteriku walaupun dia sutenya, agaknya jatuh cinta kepada Bi Sian. Sebagai orang yang jatuh cinta dan mengharapkan cintanya terbalas, tentu saja dia ingin selalu kelihatan sebagai seorang pemuda yang baik, bukan?”

Bouw Tek mengangguk, menatap tajam karena dia mengikuti dengan penuh perhatian dan amat tertarik.

“Nah, dalam penyelidikanku itu, aku mendengar bahwa Bong Gan itu juga berada di rumah pelacuran ketika suamiku ke sana. Mereka saling melihat walaupun Bong Gan pura-pura tidak mengenalnya. Pertemuan itulah yang menjadi alasan mengapa pemuda itu membunuh ayah Bi Sian. Tentu dia khawatir kalau-kalau Bi Sian akan mendengar dari ayahnya bahwa dia melacur di rumah pelacuran! Dan karena dia pun memiliki ilmu kepandaian tinggi sebagai murid Koay Tojin, maka dengan mudah dia melakukan pembunuhan itu dan menyamar sebagai Sie Liong. Dengan memakai kedok dan mengganjal punggungnya menjadi bongkok, mudah saja dia menjatuhkan fitnah kepada Sie Liong. Nah, bagaimana pendapatmu, toako?”

Lie Bouw Tek masih memandang dengan kagum dan mendengar pertanyaan itu dia mengangguk-angguk.

“Kuat juga alasan itu, Hong-moi. Dan mengapa engkau melakukan pencarian ke daerah Tibet? Apakah engkau sudah yakin bahwa adikmu dan puterimu itu pergi ke Tibet? Dan dimana pula adanya sute dari puterimu itu?”

“Coa Bong Gan pergi bersama Bi Sian, agaknya hendak membantunya menghadapi Sie Liong. Pernah Sie Liong bercerita kepadaku bahwa dia diberi tugas oleh para gurunya untuk melakukan penyelidikan terhadap para pendeta Lama di Tibet, entah untuk apa aku tidak tahu. Karena teringat akan keterangannya itulah aku mencari ke daerah ini dan hendak pergi ke Lasha.”

Lie Bouw Tek diam-diam terkejut dan juga girang. Kiranya Pendekar Bongkok menerima tugas dari guru-gurunya dan tugasnya itu sama benar dengan tugas yang dia terima dari Kun-lun-pai, menyelidiki keadaan para pendeta Lama di Tibet yang memusuhi Kun-lun-pai!

Diapun pernah mendengar dalam perantauannya di daerah ini bahwa para pendeta Lama di Tibet memusuhi para pertapa dan terutama para tosu di Himalaya sehingga banyak tosu yang menyelamatkan diri meninggalkan Pegunungan Himalaya. Agaknya tugas Pendekar Bongkok yang menyelidiki para pandeta Lama itu ada hubungannya dengan hal itu.

“Setelah mendengar riwayatmu, aku sekarang jelas mengapa engkau pergi seorang diri mencari puterimu dan adikmu di daerah yang berbahaya ini, Hong-moi. Jangan khawatir, aku akan membantumu mencari mereka sampai dapat. Sukurlah kalau belum terjadi apa-apa antara adikmu dan puterimu. Akan tetapi menurut pengetahuanmu, siapa diantara mereka yang lebih lihai, Hong-moi?”

“Kukira Sie Liong lebih lihai, akan tetapi akupun yakin bahwa dia tidak mungkin mau melawan keponakan yang amat disayangnya itu. Aku khawatir sekali, toako.”

“Kalau begitu, yang penting adalah mencari dan menemukan puterimu, Hong-moi. Engkau harus menceritakan senua rahasia itu kepadanya, tentang pembunuhan terhadap ayahnya yang dilakukan sutenya sendiri, bukan oleh pamannya.”

Lan Hong mengangguk lemah.
“Akan kulakukan itu, walaupun hal itu pasti akan sangat menyedihkan hatinya.”

Malam telah larut dan Lan Hong dipersilakan mengaso dan tidur, sedangkan Bouw Tek berjaga di depan guha, dekat api unggun. Dia semakin tertarik kepada Lan Hong. Tak dapat dia menyalahkan Lan Hong yang dahulu terpaksa menyerahkan diri kepada pembunuh orang tuanya itu untuk menyelamatkan adik kandungnya.

Sungguh terkutuk perbuatan ayah Bi Sian itu, akan tetapi dia sudah mati dan memang sepatutnya kalau dia mati terbunuh. Orang yang amat jahat! Dan diapun menjadi semakin kagum kepada Pendekar Bongkok, dan ingin sekali mendapat kesempatan untuk berjumpa dengan pendekar itu. Bukan saja untuk berkenalan, akan tetapi juga untuk.... membicarakan soal keputusan hatinya. Setelah mendengarkan riwayat Lan Hong, sudah bulat tekadnya untuk meminang janda ini menjadi isterinya!

**** 084 ****




Pendekar Bongkok Jilid 083
Pendekar Bongkok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar