Ads

Selasa, 21 Januari 2020

Pendekar Bongkok Jilid 097

“Tar-tar-tarrrr!”

Thay Si Lama menggerakkan cambuknya meledak-ledak ketika ujung tongkat di tangan Sie Liong itu bagaikan seekor lalat menyambar-nyambar ke arah lehernya. Dia tahu betapa hebatnya totokan itu kalau mengenai sasaran, maka dengan sibuk diapun melindungi dirinya dengan putaran cambuk. Sementara itu, Thay Pek Lama juga menggerakkan siang-kiam (sepasang pedang) untuk membantu suhengnya dan membalas serangan Sie Liong.

Ketika pedang itu menyambar pinggang dan leher, Sie Liong melempar tubuh ke bawah dan bergulingan ke arah Thay Ku Lama. Begitu melompat, tongkatnya sudah menyerang dengan tusukan ke perut orang pertama Tibet Ngo-houw itu! Lama ini cepat memutar golok menjaga dirinya. Akan tetapi Sie Liong sudah membalik ke belakang lagi untuk menyerang Thay Hok Lama!

Amukan Sie Liong itu mangejutkan Tibet Ngo-houw. Gerakan pemuda itu demikian cepat, membagi-bagi serangan sehingga mereka tidak sempat menyusun kekuatan untuk mengepung dan menghimpit. Melihat ini, dengan muka merah dan hati panas sekali Thay Ku Lama berseru nyaring.

“Ngo-heng-tin (barisan lima unsur)!”

Mendengar bentakan ini, para sutenya sadar dan mereka segera berlompatan menjauhi Sie Liong dan membuat berisan segi lima! Dan merekapun mulai bergerak mengelilingi Sie Liong, semakin lama semakin cepat dan lingkaran yang mereka buat itu semakin sempit.

Sie Liong tidak berani lagi menyerang seperti tadi karena maklum bahwa begitu dia menyerang seorang diantara mereka, yang empat orang akan menubruk dan menyerangnya dari empat jurusan secara berbareng!

Dia pernah mendengar dari Pek Sim Sian-su tentang beberapa tin (barisan) dan Ngo-heng-tin merupakan barisan yang berbahaya, apalagi karena lima orang anggautanya mempergunakan lima macam senjata sehingga sukar sekali diduga gerakan dan corak penyerangan mereka. Akan tetapi diapun teringat pelajaran yang diberikan oleh para gurunya. Antara lain Pek Sim Sian-su pernah menceritakan sifat dan kehebatan Ngo-heng-tin.

“Dalam Ngo-heng-tin terdapat unsur Im-yang pula”, Demikian kata kakek sakti itu. “Lima unsur itu saling bantu, sehingga kalau ada seorang anggauta diserang, selain dia sendiri dapat membela diri, juga ada anggauta lainnya yang melindunginya, sedangkan tiga orang lainnya tentu akan membarengi saat itu untuk menghantam lawan. Memang kalau lima orang anggauta Ngo-heng-tin itu memiliki tenaga dan kepandainn yang setingkat denganmu, amat sukarlah mengalahkan mereka. Akan tetapi, dengan Thian-te Sin-tung dan langkah-langkah ajaib, tentu engkau akan dapat mempertahankan diri. Kalau engkau bisa memecahkan unsur yang saling membantu itu, baru engkau akan dapat mengacaukan pertahanan mereka. Usahakan agar engkau mengenal siapa diantara mereka itu yang saling melindungi, siapa yang memegang unsur air, api, kayu, tanah dan angin.” Demikianlah petunjuk yang diperolehnya dari Pek Sim Sian-su.

Terdengar seruan keras ketika Thay Ku Lama membuka serangan pertama! Golok di tangannya itu mula-mula diacungkan ke atas, dan kedua kaki pendeta yang bertubuh gemuk dengan perut gendut itu ditekuk sehingga tubuhnya hampir berjongkok. Dari perutnya berbunyi suara berkokokan seperti suara katak besar dan perut yang gendut itu bergoyang-goyang, kemudian tubuhnya meloncat ke depan dan tangan kirinya dengan jari terbuka mendorong ke arah Sie Liong. Uap hitam disertai angin keras menyambar ke arah Sie Liong. Itulah pukulan Hek-in Tai-hong-ciang (Tangan Angin Taufan Awan Hitam) yang amat berbahaya.

Sie Liong mengenal pukulan ampuh, maka diapun melempar tubuh ke kiri sehingga angin pukulan itu lewat. Ketika sinar golok di tangan kanan Thay Ku Lama menyambar, dia menggerakkan tongkatnya menangkis, lalu membalas dengan totokan-totokan ke arah tujuh jalan darah utama di bagian depan tubuh lawan!

Menghadapi jurus hebat dari Thian-te Sin-tung ini yang membuat dirinya terancam maut oleh totokan-totokan, Thay Ku Lama menjadi sibuk dan cepat memutar goloknya untuk melindungi tubuhnya. Thay Si Lama cepat sekali memutar cambuknya, selain melindungi suhengnya, juga ujung cambuk itu berusaha membelit tongkat untuk merampasnya!






Sie Liong mulai merasakan keampuhan barisan Ngo-heng-tin. Dengan otomatis, ketika Thay Ku Lama diserangnya, Thay Si Lama sudah berada di situ, melindunginya dan ikut pula menyerangnya.

Dia meloncat tinggi melewati tubuh para pengepungnya dan tiba di belakang Thay Hok Lama, akan tetapi begitu lima orang pengeroyoknya membuat gerakan berlari dan berlompatan, dirinya sudah dikepung lagi oleh barisan segi lima itu. Dia cepat menubruk ke depan, menggerakkan pedangnya yang mula-mula menusuk ke arah sepasang mata Thay Pok Lama, kemudian ujung tongkat digetarkan untuk menghantam leher dan ubun-ubun secara bergantian.

Thay Hok Lama cepat mengeluarkan sepasang pedangnya menangkis, dan pada saat itu, secara otomatis pula Thay Hok Lama sudah menggunakan rantai bajanya melindungi Thay Pek Lama. Dan kedua orang pendeta Lama ini bergabung dan menyerang Sie Liong.

Setelah mencoba untuk mengamuk beberapa belas jurus lamanya, tahulah Sie Liong bahwa benar seperti dikatakan gurunya, lima orang itu saling melindungi. Dia lalu mencari mata rantai yang tidak bersambung dalam barisan itu. Tiba-tiba dia menyerang Thay Si Lama dengan hebatnya. Dia tahu bahwa tentu Thay Pek Lama yang akan melindungi suhengnya itu. Dan benar saja, Thay Pek Lama secara otomatis telah melindungi Thay Si Lama, akan tetapi ketika mereka berdua hendak membalas serangan Sie Liong, pemuda itu telah membalik secara tiba-tiba dan diapun sudah menyerang Thay Bo Lama!

Dia sudah memperhitungkan bahwa tentu Thay Ku Lama yang akan melindungi orang termuda dari Tibet Ngo-houw itu. Ketika Thay Ku Lama bergerak, diapun menarik kembali serangannya dan tiba-tiba dia menyerang Thay Hok Lama si mata satu!

Serangannya sekali ini hebat bukan main, karena selain tongkatnya membuat serangan tusukan beruntun yang dahsyat, juga tangan kirinya dengan tenaga sin-kang sepenuhnya melakukan hantaman dengan ilmu Pay-san-ciang (Tangan Menolak Gunung), ilmu pukulan sakti yang dia pelajari dari Hek Bin Tosu.

Thay Hok Lama terkejut bukan main dan memutar rantai melindungi dirinya. Dia mengharapkan perlindungan Thay Bo Lama seperti telah menjadi bagian masing-masing dalam barisan itu, namun baru saja Thay Bo Lama bergerak mundur karena desakan Sie Liong yang ternyata hanya pura-pura itu, maka sekali ini, Thay Hok Lama harus melindungi diri sendiri dan tidak mempunyai pelindung lain.

Akan tetapi, serangan Sie Liong itu terlampau hebat. Dia mampu monangkis tongkat, akan tetapi tidak mampu manghindarkan diri sama sekali dari tangan kiri Pendekar Bongkok yang memukulnya. Namun dia masih berusaha menangkis dengan tangan kirinya.

“Desss....!” Tubuh Thay Hok Lama terpelanting keras dan terbanting sampai terguling-guling.

Tentu saja para Lama yang lain menjadl terkejut bukan main. Tak pernah mereka bermimpi bahwa Ngo-heng-tin akan dapat dipecahkan sedemikian mudahnya oleh Pendekar Bongkok sehingga belum lewat tiga puluh jurus saja seorang dari mereka sudah roboh!

Tiba-tiba nampak bayangan merah berkelebat dan tahu-tahu Kim Sim Lama yang memegang sebatang tongkat pendeta telah berada di tempat di mana tadi Thay Bo Lama berdiri.

“Ngo-seng-tin (Barisan Lima Bin¬tang)!” serunya dengan suaranya yang lembut namun berwibawa.

Empat orang Lama itupun bergerak dan dipimpin oleh Kim Sim Lama sendiri, mereka membentuk barisan Bintang Lima yang gerakannya aneh namun cepat, seperti bintang yang berkedap-kedip karena senjata mereka digerak-gerakkan berkilauan dan kedudukan mereka selalu berubah.

Tiba-tiba mareka berlima itu menyerang dari lima penjuru! Sie Liong cepat memutar tongkatnya melindungi diri, dan tangan kirinya mendorong dengan pukulan yang dia ubah-ubah pula untuk membingungkan para pengeroyoknya. Tongkatnya membentuk benteng yang amat kuat sehingga semua senjata terpental kalau hendak menerobos ke dalam lingkaran benteng sinar itu. Hanya tongkat di tangan Kim Sim Lama saja yang mampu membuat Sie Liong merasakan lengannya terguncang hebat dan kedudukan kakinya terhuyung.

“Trakkk!”

Pertemuan antara tongkat di tangan Sie Liong dan tongkat pendeta berkepala naga yang besar di tangan Kim Sim Lama amatlah hebatnya. Bukan saja Sie Liong tergetar, juga Kim Sim Lama tercengang dan jelas nampak betapa wajahnya dibayangi kekaguman dan keheranan karena dia mendapatkan kenyataan bahwa pemuda itu mampu menandingi kekuatan sing-kangnya!

Sie Liong tidak membiarkan dirinya dilanda kekagetan, melainkan cepat dia menghindarkan diri dari sambaran tombak Thay Bo Lama yang menusuk ke arah lehernya. Dia merendahkan dirinya dan tangan kirinya mendorong ke arah penyerangnya itu, cepat sekali.

“Hyaaaattt....!”

Hawa yang amat dingin menyambar ganas ke arah dada Thay Bo Lama. Ternyata Pendekar Bongkok telah mempergunakan Swat-liong-ciang (Tangan Naga Salju) yang dilatihnya dari Swat Hwa Cinjin, seorang di antara Himalaya Sam Lojin. Pukulan ini memang mengandung sin-kang yang berhawa dingin seolah-olah ada hawa salju yang menyambar ganas.

Thay Bo Lama terkejut dan menangkis dengan lengan kirinya pula.

“Plakkk!” Dan akibatnya, tubuhnya terguling dan diapun menggigil kedinginan!

Saat itu dipergunakan oleh Thay Ku Lama untuk menyambarkan goloknya yang mengeluarkan suara berdesing! Sie Liong menundukkan mukanya dan menggerakkan tongkat menangkis. Pada saat yang sama, tongkat naga di tangan Kim Sim Lama kembali menyambar. Sie Liong yang maklum akan kehebatan pemimpin pemberontak ini, terpaksa menggunakan tongkat yang tadi membalik ketika menangkin golok Thay Ku Lama, untuk menghadapi sambaran tongkat naga Kim Sim Lama.

“Dukkk!”

Sekali ini, demikian kuatnya Kim Sim Lama menghantamkan tongkatnya, pula karena Sie Liong baru saja menangkis golok Thay Ku Lama sehingga tenaganyapun tidak sepenuhnya. Akibatnya Sie Liong terpelanting!




Pendekar Bongkok Jilid 096
Pendekar Bongkok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar