“Omitnhud.... sampai sedemikian jauhkah tindakan yang dilakukan oleh Kim Sim Lama? Kalau begitu, demi keamanan dan ketertiban dalam kehidupan rakyat di Tibet, terpaksa kami harus mengambil tindakan."
Dalai Lama bicara dengan nada suara serius, setelah dia mendengarkan pelaporan Lie Bouw Tek yang datang menghadap bersama Sie Lan Hong. Setelah mereka meninggalkan kuburan, dimana mereka melihat kuburan Sie Liong meledak dan melihat Sie Liong yang kini buntung lengan kirinya itu membunuh Thai-yang Suhu kemudian melarikan diri, Lie Bouw Tek mengajak Sie Lan Hong untuk pergi menghadap Dalai Lama kembali.
Dalai Lama adalah seorang pendeta kepala yang tentu saja tidak menuruti gejolak hati yang dikuasai amarah. Akan tetapi mendengar laporan dari Lie Bouw Tek tentang perbuatan Kim Sim Lama yang sengaja melempar fitnah kepadanya, apalagi mendengar betapa Kim Sim Lama kini membentuk gerombolan pemberontak dan berbuat kejam terhadap rakyat, dia tidak dapat tinggal diam saja.
Dalal Lama lalu memerintahkan Kong Ka Lama untuk memanggil semua tokoh Lama yang berkedudukan dan berkepandaian tinggi. Berkumpullah puluhan orang Lama dan diam-diam Lie Bouw Tek kagum. Ternyata Dalai Lama memiliki banyak orang pandai. Dia dan Sie Lan Hong mendapat kehormatan untuk ikut dalam perundingan itu, karena pendekar Kun-lun-pai ini telah dianggap berjasa besar memberi keterangan tentang sepak terjang Kim Sim Lama.
Tidak kurang dari duapuluh empat orang pimpinan Lama, dikepalai oleh Konga Sang sendiri, memimpin kurang lebih seratus orang pendeta Lama pilihan dan mereka lalu berangkat menuju ke sarang Kim-sim-pai.
Lie Bouw Tek dan Sie Lan Hong juga berada di antara para pimpinan. Dan di belakang, menyusul kemudian lima ratus orang pasukan bergerak menuju ke sarang itu pula, mengambil jalan lain untuk melakukan pengepungan.
Di pihak Kim-sim-pang juga para pimpinannya membuat persiapan, akan tetapi persiapan untuk menghadapi Pendekar Bongkok. Ketika Kim Sim Lama mendengar dari para penyelidik bahwa Thai-yang Suhu tewas dan berada di dalam kuburan Pendekar Bongkok yang sudah kosong, sedangkan Pendekar Bongkok tidak nampak di sana, dia menyebar para penyelidik untuk mencari di mana adanya Pehdekar Bongkok.
Para penyelidik ini yang melihat kemunculan Pendekar Bongkok ketika dia menolong wanita jembel gila dari gangguan tiga orang nelayan. Mereka melaporkan hal ini kepada Kim Sim Lama yang cepat mengatur siasat bersama para pembantunya yang lihai. Dia marah sekali mendengar bahwa Pendekar Bongkok masih hidup dan dapat keluar dari dalam kuburan! Bahkan telah membunuh Thai-yang Suhu!
Tadinya, ketika mendengar bahwa mayat Thai-yang Suhu berada di dalam kuburan dan mayat Pendekar Bongkok lenyap, dia menduga bahwa tentu tokoh Kun-lun-pai itu yang melakukan pembunuhan terhadap pembantunya itu dan melarikan mayat Pendekar Bongkok.
Akan tetapi, ketika dia mendengar laporan para anak buahnya tentang kemunculan Pendekar Bongkok yang menolong gadis jembel gila, dia terkejut bukan main. Dia segera memanggil semua pembantunya untuk merundingkan hal itu.
“Ahh, bagaimana mungkin dia hidup kembali?” Thai Hok Lama, orang ke empat Tibet Ngo-houw dan ahli racun itu berseru. “Mungkin saja dia dapat disembuhkan dari pengaruh racun, akan tetapi bagaimana mungkin dia hidup kalau dikubur dan tidak dapat bernapas selama beberapa hari? Ini tentu ada yang menolongnya ketika dia dikubur. Dan yang tahu akan hal itu tentu Camundi Lama!”
“Hemmm, benar sekali!” kata pula Ki Tok Lama, sute dari Lima Harimau Tibet itu. “Kami memang sejak dahulu tidak percaya kepadanya. Dia seorang yang setia kepada Dalai Lama. Hanya karena dia pandai ilmu pengobatan saja kita tidak membunuhnya.”
Kim Sim Lama mengangguk-angguk. Diapun curiga kepada Camundi Lama.
“Panggil Camundi Lama ke sini!” teriaknya kepada pengawal.
Sementara itu, mendengar akan lolosnya Pendekar Bongkok, bukan main kaget dan marahnya hati Coa Bong Gan. Lolosnya Pendekar Bongkok bukan saja membahayakan Kim Sim Lama karena rahasianya tentu akan bocor, akan tetapi juga amat berbahaya baginya sendiri. Dia telah membacok buntung lengan kiri pendekar itu, dan tentu dia tidak akan tinggal diam saja, dan tentu akan membalas dendam. Pendekar Bongkok harus didahului!
“Locianpwe, Pendekar Bongkok harus dapat dibasmi, dan saya tahu bagaimana caranya!” kata Coa Bong Gan.
Yauw Bi Sian yang hadir di situ tidak banyak bicara. Memang ia masih merasa menyesal bahwa calon suaminya membuntungi lengan kiri Sie Liong, akan tetapi kini ia semangatnya lemah, dan pula bagaimanapun juga, Pendekar Bongkok adalah pembunuh ayah kandungnya.
“Bagaimana cara itu?” tanya Kim Sim Lama, tertarik.
“Dia harus dipaksa datang ke sini. Saya akan memancingnya keluar dari rumah pondokannya, kemudian saya akan menculik gadis jembel gila itu, dan kalau dia sudah tiba di sini, mudah saja untuk membunuhnya!”
Kim Sim Lama tersenyum cerah.
“Bagus sekali! Lengan kirinya sudah kau buntungi, betapapun lihainya, dia tidak ada artinya lagi. Lakukanlah siasat itu sekarang juga!”
Coa Bong Gan cepat pergi sambil mengajak empat orang pendeta Lama, membawa pula sebuah kereta kecil. Untuk memancing Sie Liong keluar meninggalkan rumah bibi Cili, dia menyuruh empat orang pembantunya itu menculik bibi Cili di tempat ramai.
Hal ini disengajanya agar Sie Liong diberitakan orang tentang penculikan itu. Dan tepat seperti yang telah dia perhitungkan, Sie Liong berlari cepat sekali dari dalam rumah ketika mendengar bahwa bibi Cili diculik orang. Kesempatan itulah yang dipergunakan Bong Gan untuk memasuki rumah dan menculik Ling Ling, sambil meninggalkan surat tantangan dari Kim Sim Lama kepada Sie Liong, Si Pendekar Bongkok.
Ketika Camundi Lama dihadapkan kepada Kim Sim Lama, pendeta ahli pengobatan itu menghadap sambil tersenyum. Dia sudah mendengar berita tentang lolosnya Pendekar Bongkok dari dalam kuburan. Tidak sia-sialah usahanya menyelamatkan pendekar itu dan dia sudah tahu apa yang harus dilakukan kalau Kim Sim Lama mencurigainya.
“Camundi Lama!” bentak Kim Sim Lama dengan sinar mata tajam mencorong. “Engkau pengkhianat! Apa yang telah kau lakukan ketika engkau memimpin penguburan Pendekar Bongkok?”
Camundi Lama tersenyum dan merangkap kedua tangan di depan dadanya.
“Omitohud.... pinceng (aku) hanya melakukan yang benar. Kim Sim Lama, engkau telah menjadi hamba kemurkaan dan kejahatan. Engkaulah yang menjadi pengkhianat, mengkhianati Dalai Lama, mengkhianati kebenaran, mengkhianati manusia dan Tuhan! Pinceng hanya mencegah terjadinya pembunuhan keji terhadap diri Pendekar Bongkok. Pinceng memasang tabung ketika dia dikubur hidup-hidup sehingga dia dapat bernapas melalui tabung.”
“Keparat jahanam!”
Thay Ku Lama, orang pertama dari Tibet Ngo-houw berseru marah. Kim Sim Lama juga marah sekali mendengar pengakuan Camundi Lama itu.
“Tangkap dia! Akan kusiksa sendiri dia sampai mati!”
Akan tetapi, ketika para pembantu Kim Sim Lama bangkit hendak bergerak, Camundi Lama tertawa.
“Ha-ha-ha, tidak perlu kalian repot-repot. Sekarangpun pinceng akan meninggalkan kalian orang-orang yang menjadi hamba nafsu sendiri. Kim Sim Lama, engkau telah menyebar benih kejahatan yang kelak hanya akan meracuni dirimu sendiri lahir batin.”
Setelah berkata demikian, Camundi Lama roboh dan ketika semua orang memeriksanya, dia telah tewas! Ternyata ketika dipanggil menghadap, kakek ahli pengobatan ini telah mengambil keputusan untuk menelan racun yang kerjanya halus namun pasti.
Ketika Coa Bong Gan datang memondong Ling Ling, Kim Sim Lama menjadi girang sekali.
“Ah, pantas kalau Pendekar Bongkok mencinta gadis ini,” katanya sambil memandang Ling Ling yang nampak ketakutan. “Kiranya gadis ini bukan jembel gila, melainkan seorang gadis yang cantik dan manis. Coa-sicu, biar kami serahkan gadis ini dalam pengawasanan. Jangan sampai ia dapat lolos sebelum Pendekar Bongkok datang memenuhi tantangan kami.”
Coa Bong Gan mengangguk girang dan membawa Ling Ling pergi ke kamarnya. Yauw Bi Sian hanya memandang dengan alis berkerut, namun tidak perduli. Kini ia tidak perduli apa-apa lagi, tidak perduli apa yang dilakukan Coa Bong Gan. Ia tidak tahu bahwa semangatnya menjadi lemah karena ia selalu dikuasai oleh kekuatan sihir dari para pendeta Lama pengikut Kim Sim Lama yang selain ahli dalam ilmu silat, juga ahli dalam ilmu sihir.
Sebetulnya, sebagai murid terkasih dari Koay Tojin tidak mudah gadis perkasa ini dikuasai ilmu sihir. Akan tetapi, pada saat itu, hatinya sedang risau dan bimbang, perasaannya kacau balau. Sebagian ia merasa dendam dan benci kepada Sie Liong, akan tetapi sebagian pula dari perasaannya ia merasa iba.
Juga perasaannya terhadap Bong Gan bercampur aduk dengan kacau. Ada rasa suka yang timbul dari nafsu berahinya sendiri, akan tetapi juga perasaan muak dan benci, bukan saja melihat bahwa Bong Gan seorang pria yang cabul dan khianat, bermain gila dengan Pek Lan. Dan perasaan benci ini semakin kuat karena melihat kecurangan Bong Gan yang menyerang dan membuntungi lengan kiri Sie Liong selagi pemuda itu berada dalam keadaan tidak berdaya sama sekali.
Kini Kim Sim Lama, dan para pembantunya, juga Bi Sian, menanti dengan hati diliputi ketegangan. Beranikah Pendekar Bongkok datang memenuhi tantangan Kim Sim Lama untuk menyelamatkan Ling Ling? Agaknya, Kim Sim Lama yakin akan hal ini.
Akan tetapi Bi Sian sendiri diam-diam meragukannya. Begaimana Sie Liong akan berani datang? Selain Kim Sim Lama dan para pembantunya terlampau kuat bagi Sie Liong, juga kini Pendekar Bongkok telah buntung lengan kirinya sehingga tentu saja kelihaiannya berkurang banyak!
Selain itu, mengapa pula pamannya itu akan mati-matian mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan seorang gadis peranakan Tibet yang juga tidak amat cantik itu, bahkan kulitnya agak gelap? Bagaimanapun juga, ia ikut merasa tegang menanti kemunculan Sie Liong, Si Pendekar Bongkok.
Akhirnya, saat menegangkan yang mereka tunggu-tunggu itupun tibalah. Dan munculnya Pendekar Bongkok sungguh mengejutkan semua orang, termasuk Kim Sim Lama sendiri.
Semenjak penculikan terhadap Ling Ling dilakukan dan semenjak kemunculan Sie Liong si Pendekar Bongkok dinanti, kuil Kim-sim-pang ditutup untuk sementara. Semua anak buah pendeta Lama dikerahkan untuk melakukan penjagaan ketat.
Akan tetapi betapa mengejutkan! Ketika Kim Sim Lama dan para pembantunya sedang duduk di dalam ruangan belakang, ruangan luas yang juga dipergunakan sebagai ruangan berlatih silat, duduk berunding untuk mengatur siasat kalau Pendekar Bongkok berani muncul, tiba-tiba saja terdengar suara keras pecahnya genteng di atas ruangan itu dan sesosok bayangan melayang turun dari atas, melalui atap yang berlubang. Dan bayangan ini bukan lain adalah Pendekar Bongkok yang sudah buntung lengan kirinya!
Sie Liong kini yakin bahwa pengalamannya di dalam kuburan telah mendatangkan suatu tenaga sakti yang luar biasa baginya. Dia telah dapat menyerap tenaga sakti Intisari Bumi!
Dengan tenaga sakti yang dahsyat itu, dia mampu bergerak dengan kecepatan yang berlipat ganda dibandingkan sebelum dia menguasainya. Karena itu, maka dia merasa yakin akan dirinya karena walaupun sebelah lengannya telah buntung, namun keadaannya jauh lebih kuat daripada sebelum lengan kirinya buntung.
Dengan tenaga sakti dahsyat itu, dia dapat bergerak ringan bagaikan burung sehingga dia mampu menyelinap cepat memasuki sarang para pemberontak itu tanpa diketahui para penjaga dan setelah mengetahui bahwa Kim Sim Lama dan para pembantunya berada di ruangan silat, diapun meloncat naik ke atas genteng, lalu memasuki ruangan itu melalui atap yang dijebolnya.
“Kim Sim Lama, aku telah datang memenuhi undanganmu. Harap segera kau bebaskan Ling Ling!”
Kata Sie Liong, suaranya juga mengandung wibawa dan karena suara itu dikeluarkan dengan pengerahan tenaga sakti, maka suara itu melengking dan bergema di ruangan itu, mengandung tenaga yang menggetarkan isi dada Kim Sim Lama dan para pembantunya.
Sikapnya tenang saja walaupun dia melihat hadirnya Bi Sian dan Bong Gan di situ. Dan karena dia belum sempat berganti pakaian, maka pakaian yang melekat di tubuhnya masih pakaian ketika dia dikubur hidup-hidup, dan pakaian itu sudah kotor terkena lumpur. Lengan baju sebelah kiri tergantung lemas dan kosong.
Dalai Lama bicara dengan nada suara serius, setelah dia mendengarkan pelaporan Lie Bouw Tek yang datang menghadap bersama Sie Lan Hong. Setelah mereka meninggalkan kuburan, dimana mereka melihat kuburan Sie Liong meledak dan melihat Sie Liong yang kini buntung lengan kirinya itu membunuh Thai-yang Suhu kemudian melarikan diri, Lie Bouw Tek mengajak Sie Lan Hong untuk pergi menghadap Dalai Lama kembali.
Dalai Lama adalah seorang pendeta kepala yang tentu saja tidak menuruti gejolak hati yang dikuasai amarah. Akan tetapi mendengar laporan dari Lie Bouw Tek tentang perbuatan Kim Sim Lama yang sengaja melempar fitnah kepadanya, apalagi mendengar betapa Kim Sim Lama kini membentuk gerombolan pemberontak dan berbuat kejam terhadap rakyat, dia tidak dapat tinggal diam saja.
Dalal Lama lalu memerintahkan Kong Ka Lama untuk memanggil semua tokoh Lama yang berkedudukan dan berkepandaian tinggi. Berkumpullah puluhan orang Lama dan diam-diam Lie Bouw Tek kagum. Ternyata Dalai Lama memiliki banyak orang pandai. Dia dan Sie Lan Hong mendapat kehormatan untuk ikut dalam perundingan itu, karena pendekar Kun-lun-pai ini telah dianggap berjasa besar memberi keterangan tentang sepak terjang Kim Sim Lama.
Tidak kurang dari duapuluh empat orang pimpinan Lama, dikepalai oleh Konga Sang sendiri, memimpin kurang lebih seratus orang pendeta Lama pilihan dan mereka lalu berangkat menuju ke sarang Kim-sim-pai.
Lie Bouw Tek dan Sie Lan Hong juga berada di antara para pimpinan. Dan di belakang, menyusul kemudian lima ratus orang pasukan bergerak menuju ke sarang itu pula, mengambil jalan lain untuk melakukan pengepungan.
Di pihak Kim-sim-pang juga para pimpinannya membuat persiapan, akan tetapi persiapan untuk menghadapi Pendekar Bongkok. Ketika Kim Sim Lama mendengar dari para penyelidik bahwa Thai-yang Suhu tewas dan berada di dalam kuburan Pendekar Bongkok yang sudah kosong, sedangkan Pendekar Bongkok tidak nampak di sana, dia menyebar para penyelidik untuk mencari di mana adanya Pehdekar Bongkok.
Para penyelidik ini yang melihat kemunculan Pendekar Bongkok ketika dia menolong wanita jembel gila dari gangguan tiga orang nelayan. Mereka melaporkan hal ini kepada Kim Sim Lama yang cepat mengatur siasat bersama para pembantunya yang lihai. Dia marah sekali mendengar bahwa Pendekar Bongkok masih hidup dan dapat keluar dari dalam kuburan! Bahkan telah membunuh Thai-yang Suhu!
Tadinya, ketika mendengar bahwa mayat Thai-yang Suhu berada di dalam kuburan dan mayat Pendekar Bongkok lenyap, dia menduga bahwa tentu tokoh Kun-lun-pai itu yang melakukan pembunuhan terhadap pembantunya itu dan melarikan mayat Pendekar Bongkok.
Akan tetapi, ketika dia mendengar laporan para anak buahnya tentang kemunculan Pendekar Bongkok yang menolong gadis jembel gila, dia terkejut bukan main. Dia segera memanggil semua pembantunya untuk merundingkan hal itu.
“Ahh, bagaimana mungkin dia hidup kembali?” Thai Hok Lama, orang ke empat Tibet Ngo-houw dan ahli racun itu berseru. “Mungkin saja dia dapat disembuhkan dari pengaruh racun, akan tetapi bagaimana mungkin dia hidup kalau dikubur dan tidak dapat bernapas selama beberapa hari? Ini tentu ada yang menolongnya ketika dia dikubur. Dan yang tahu akan hal itu tentu Camundi Lama!”
“Hemmm, benar sekali!” kata pula Ki Tok Lama, sute dari Lima Harimau Tibet itu. “Kami memang sejak dahulu tidak percaya kepadanya. Dia seorang yang setia kepada Dalai Lama. Hanya karena dia pandai ilmu pengobatan saja kita tidak membunuhnya.”
Kim Sim Lama mengangguk-angguk. Diapun curiga kepada Camundi Lama.
“Panggil Camundi Lama ke sini!” teriaknya kepada pengawal.
Sementara itu, mendengar akan lolosnya Pendekar Bongkok, bukan main kaget dan marahnya hati Coa Bong Gan. Lolosnya Pendekar Bongkok bukan saja membahayakan Kim Sim Lama karena rahasianya tentu akan bocor, akan tetapi juga amat berbahaya baginya sendiri. Dia telah membacok buntung lengan kiri pendekar itu, dan tentu dia tidak akan tinggal diam saja, dan tentu akan membalas dendam. Pendekar Bongkok harus didahului!
“Locianpwe, Pendekar Bongkok harus dapat dibasmi, dan saya tahu bagaimana caranya!” kata Coa Bong Gan.
Yauw Bi Sian yang hadir di situ tidak banyak bicara. Memang ia masih merasa menyesal bahwa calon suaminya membuntungi lengan kiri Sie Liong, akan tetapi kini ia semangatnya lemah, dan pula bagaimanapun juga, Pendekar Bongkok adalah pembunuh ayah kandungnya.
“Bagaimana cara itu?” tanya Kim Sim Lama, tertarik.
“Dia harus dipaksa datang ke sini. Saya akan memancingnya keluar dari rumah pondokannya, kemudian saya akan menculik gadis jembel gila itu, dan kalau dia sudah tiba di sini, mudah saja untuk membunuhnya!”
Kim Sim Lama tersenyum cerah.
“Bagus sekali! Lengan kirinya sudah kau buntungi, betapapun lihainya, dia tidak ada artinya lagi. Lakukanlah siasat itu sekarang juga!”
Coa Bong Gan cepat pergi sambil mengajak empat orang pendeta Lama, membawa pula sebuah kereta kecil. Untuk memancing Sie Liong keluar meninggalkan rumah bibi Cili, dia menyuruh empat orang pembantunya itu menculik bibi Cili di tempat ramai.
Hal ini disengajanya agar Sie Liong diberitakan orang tentang penculikan itu. Dan tepat seperti yang telah dia perhitungkan, Sie Liong berlari cepat sekali dari dalam rumah ketika mendengar bahwa bibi Cili diculik orang. Kesempatan itulah yang dipergunakan Bong Gan untuk memasuki rumah dan menculik Ling Ling, sambil meninggalkan surat tantangan dari Kim Sim Lama kepada Sie Liong, Si Pendekar Bongkok.
Ketika Camundi Lama dihadapkan kepada Kim Sim Lama, pendeta ahli pengobatan itu menghadap sambil tersenyum. Dia sudah mendengar berita tentang lolosnya Pendekar Bongkok dari dalam kuburan. Tidak sia-sialah usahanya menyelamatkan pendekar itu dan dia sudah tahu apa yang harus dilakukan kalau Kim Sim Lama mencurigainya.
“Camundi Lama!” bentak Kim Sim Lama dengan sinar mata tajam mencorong. “Engkau pengkhianat! Apa yang telah kau lakukan ketika engkau memimpin penguburan Pendekar Bongkok?”
Camundi Lama tersenyum dan merangkap kedua tangan di depan dadanya.
“Omitohud.... pinceng (aku) hanya melakukan yang benar. Kim Sim Lama, engkau telah menjadi hamba kemurkaan dan kejahatan. Engkaulah yang menjadi pengkhianat, mengkhianati Dalai Lama, mengkhianati kebenaran, mengkhianati manusia dan Tuhan! Pinceng hanya mencegah terjadinya pembunuhan keji terhadap diri Pendekar Bongkok. Pinceng memasang tabung ketika dia dikubur hidup-hidup sehingga dia dapat bernapas melalui tabung.”
“Keparat jahanam!”
Thay Ku Lama, orang pertama dari Tibet Ngo-houw berseru marah. Kim Sim Lama juga marah sekali mendengar pengakuan Camundi Lama itu.
“Tangkap dia! Akan kusiksa sendiri dia sampai mati!”
Akan tetapi, ketika para pembantu Kim Sim Lama bangkit hendak bergerak, Camundi Lama tertawa.
“Ha-ha-ha, tidak perlu kalian repot-repot. Sekarangpun pinceng akan meninggalkan kalian orang-orang yang menjadi hamba nafsu sendiri. Kim Sim Lama, engkau telah menyebar benih kejahatan yang kelak hanya akan meracuni dirimu sendiri lahir batin.”
Setelah berkata demikian, Camundi Lama roboh dan ketika semua orang memeriksanya, dia telah tewas! Ternyata ketika dipanggil menghadap, kakek ahli pengobatan ini telah mengambil keputusan untuk menelan racun yang kerjanya halus namun pasti.
Ketika Coa Bong Gan datang memondong Ling Ling, Kim Sim Lama menjadi girang sekali.
“Ah, pantas kalau Pendekar Bongkok mencinta gadis ini,” katanya sambil memandang Ling Ling yang nampak ketakutan. “Kiranya gadis ini bukan jembel gila, melainkan seorang gadis yang cantik dan manis. Coa-sicu, biar kami serahkan gadis ini dalam pengawasanan. Jangan sampai ia dapat lolos sebelum Pendekar Bongkok datang memenuhi tantangan kami.”
Coa Bong Gan mengangguk girang dan membawa Ling Ling pergi ke kamarnya. Yauw Bi Sian hanya memandang dengan alis berkerut, namun tidak perduli. Kini ia tidak perduli apa-apa lagi, tidak perduli apa yang dilakukan Coa Bong Gan. Ia tidak tahu bahwa semangatnya menjadi lemah karena ia selalu dikuasai oleh kekuatan sihir dari para pendeta Lama pengikut Kim Sim Lama yang selain ahli dalam ilmu silat, juga ahli dalam ilmu sihir.
Sebetulnya, sebagai murid terkasih dari Koay Tojin tidak mudah gadis perkasa ini dikuasai ilmu sihir. Akan tetapi, pada saat itu, hatinya sedang risau dan bimbang, perasaannya kacau balau. Sebagian ia merasa dendam dan benci kepada Sie Liong, akan tetapi sebagian pula dari perasaannya ia merasa iba.
Juga perasaannya terhadap Bong Gan bercampur aduk dengan kacau. Ada rasa suka yang timbul dari nafsu berahinya sendiri, akan tetapi juga perasaan muak dan benci, bukan saja melihat bahwa Bong Gan seorang pria yang cabul dan khianat, bermain gila dengan Pek Lan. Dan perasaan benci ini semakin kuat karena melihat kecurangan Bong Gan yang menyerang dan membuntungi lengan kiri Sie Liong selagi pemuda itu berada dalam keadaan tidak berdaya sama sekali.
Kini Kim Sim Lama, dan para pembantunya, juga Bi Sian, menanti dengan hati diliputi ketegangan. Beranikah Pendekar Bongkok datang memenuhi tantangan Kim Sim Lama untuk menyelamatkan Ling Ling? Agaknya, Kim Sim Lama yakin akan hal ini.
Akan tetapi Bi Sian sendiri diam-diam meragukannya. Begaimana Sie Liong akan berani datang? Selain Kim Sim Lama dan para pembantunya terlampau kuat bagi Sie Liong, juga kini Pendekar Bongkok telah buntung lengan kirinya sehingga tentu saja kelihaiannya berkurang banyak!
Selain itu, mengapa pula pamannya itu akan mati-matian mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan seorang gadis peranakan Tibet yang juga tidak amat cantik itu, bahkan kulitnya agak gelap? Bagaimanapun juga, ia ikut merasa tegang menanti kemunculan Sie Liong, Si Pendekar Bongkok.
Akhirnya, saat menegangkan yang mereka tunggu-tunggu itupun tibalah. Dan munculnya Pendekar Bongkok sungguh mengejutkan semua orang, termasuk Kim Sim Lama sendiri.
Semenjak penculikan terhadap Ling Ling dilakukan dan semenjak kemunculan Sie Liong si Pendekar Bongkok dinanti, kuil Kim-sim-pang ditutup untuk sementara. Semua anak buah pendeta Lama dikerahkan untuk melakukan penjagaan ketat.
Akan tetapi betapa mengejutkan! Ketika Kim Sim Lama dan para pembantunya sedang duduk di dalam ruangan belakang, ruangan luas yang juga dipergunakan sebagai ruangan berlatih silat, duduk berunding untuk mengatur siasat kalau Pendekar Bongkok berani muncul, tiba-tiba saja terdengar suara keras pecahnya genteng di atas ruangan itu dan sesosok bayangan melayang turun dari atas, melalui atap yang berlubang. Dan bayangan ini bukan lain adalah Pendekar Bongkok yang sudah buntung lengan kirinya!
Sie Liong kini yakin bahwa pengalamannya di dalam kuburan telah mendatangkan suatu tenaga sakti yang luar biasa baginya. Dia telah dapat menyerap tenaga sakti Intisari Bumi!
Dengan tenaga sakti yang dahsyat itu, dia mampu bergerak dengan kecepatan yang berlipat ganda dibandingkan sebelum dia menguasainya. Karena itu, maka dia merasa yakin akan dirinya karena walaupun sebelah lengannya telah buntung, namun keadaannya jauh lebih kuat daripada sebelum lengan kirinya buntung.
Dengan tenaga sakti dahsyat itu, dia dapat bergerak ringan bagaikan burung sehingga dia mampu menyelinap cepat memasuki sarang para pemberontak itu tanpa diketahui para penjaga dan setelah mengetahui bahwa Kim Sim Lama dan para pembantunya berada di ruangan silat, diapun meloncat naik ke atas genteng, lalu memasuki ruangan itu melalui atap yang dijebolnya.
“Kim Sim Lama, aku telah datang memenuhi undanganmu. Harap segera kau bebaskan Ling Ling!”
Kata Sie Liong, suaranya juga mengandung wibawa dan karena suara itu dikeluarkan dengan pengerahan tenaga sakti, maka suara itu melengking dan bergema di ruangan itu, mengandung tenaga yang menggetarkan isi dada Kim Sim Lama dan para pembantunya.
Sikapnya tenang saja walaupun dia melihat hadirnya Bi Sian dan Bong Gan di situ. Dan karena dia belum sempat berganti pakaian, maka pakaian yang melekat di tubuhnya masih pakaian ketika dia dikubur hidup-hidup, dan pakaian itu sudah kotor terkena lumpur. Lengan baju sebelah kiri tergantung lemas dan kosong.
Pendekar Bongkok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar