Ads

Kamis, 31 Oktober 2019

Istana Pulau Es Jilid 089

"Sombong!" bentak Kim Seng dan bersama sepuluh orang rekannya ia sudah melangkah maju.

"Menggelindinglah kalian!"

Tiba-tiba Can Ji Kun membentak, tubuhnya berputaran seperti gasing, kedua tangannya mendorong dengan tenaga sin-kangnya yang ampuh. Kim Seng kena disambar pukulan sin-kang, terhuyung-huyung ke belakang sedangkan sepuluh orang perwira lainnya terguling roboh!

Kesombongan Ji Kun menjadi-jadi dan ia tertawa bergelak.
"Ji Kun, ternyata engkau hanya mewarisi kepandaian Bibi, tidak mewarisi wataknya yang gagah!" bentak Maya. "Majulah!"

Ji Kun berseru nyaring, kini kedua lengannya dilonjorkan mengirim pukulan sin-kang ke arah Maya. Maya mengerahkan sin-kangnya, tangan kiri masih bertolak pinggang dan dia hanya menyambut dorongan kedua tangan Ji Kun dengan tangan kanannya.

"Desss!"

Dua tenaga sin-kang raksasa bertemu di udara dan akibatnya tubuh Ji Kun terdorong ke belakang sampai dua langkah!

Dia terkejut sekali, cepat menahan napas mengerahkan sin-kang melawan hawa dingin yang menyesak dada sambil memandang dengan mata terbelalak. Maya masih berdiri bertolak pinggang dan tersenyum mengejek. Para perwira yang maklum bahwa yang bertanding adalah ahli-ahli tingkat tinggi, mengundurkan diri mepet pada kemah dan menonton dengan mata di buka lebar-lebar, tentu saja dengan hasrat hati ingin melihat panglima mereka menang.

Can Ji Kun merasa penasaran sekali. Sin-kangnya amat kuat dan semenjak ia berpisah dari sumoinya, turun gunung dan malang-melintang di dunia kang-ouw menggegerkan dunia penjahat karena kelihaian dan kekerasannya yang tidak mengenal ampun, tidak pernah ada lawan yang mampu menandingi kekuatan sinkangnya, apalagi ilmu pedangnya.

Akan tetapi dorongan kedua tangannya hanya dilawan dengan sebelah tangan saja oleh Puteri Khitan ini dan dia kalah tenaga! Dengan marah dan penasaran dia lalu menerjang maju, kedua tangannya bergerak cepat dan kuat, tulang-tulang lengannya mengeluarkan bunyi berkerotakan ketika sin-kangnya bekerja.

"Wut-wut.... plak-plak....!"

Untuk kedua kalinya tubuh Ji Kun terlempar ke belakang, kini malah sampai lima langkah dan hampir saja ia jatuh. Kedua lengannya yang bergerak cepat melakukan pukulan-pukulan dahsyat tadi kena ditangkis oleh sepasang lengan yang lunak halus itu namun yang mengandung tenaga mujijat yang membuatnya tergetar, kedinginan dan terhuyung ke belakang hampir jatuh.

Rasa penasaran dan malu membuat Ji Kun marah sekali. Keangkuhannya tersinggung, dan dia mengeluarkan suara pekik melengking, kemudian tubuhnya bergerak aneh dan cepat, menerjang maju dan menyerang Maya yang masih berdiri tersenyum-senyum.

Biarpun mulutnya tersenyum, akan tetapi Maya bersikap tenang dan hati-hati sekali menyaksikan gerak serangan yang dahsyat itu. Jurus serangan yang dilakukan Ji Kun benar-benar berbahaya sekali. Sepuluh buah jari tangan pemuda itu bergerak-gerak melakukan totokan dan cengkeraman. Itulah jurus yang disebut Tok-hiat-coh-kut (Meracuni Darah Melepaskan Tulang) dari ilmu silat yang paling luar biasa dari Mutiara Hitam, yaitu Capsha-sin-kun (Tiga Belas Jurus Sakti)!

Menghadapi serangan ini, Maya maklum bahwa dia tidak boleh lengah. Dia lalu mempergunakan gin-kangnya, tubuhnya berkelebat cepat sekali, mengelak ke sana-sini kemudian kedua lengannya diputar di depan badan sehingga tampak gulungan sinar biru dari warna lengan bajunya, membentuk payung yang menolak dan menangkis semua serangan lawan.






Ji Kun makin marah dan tiba-tiba ia merobah gerakannya. Sekali ini memutar tubuhnya seperti tadi ketika ia merobohkan sebelas orang perwira sekaligus, tubuhnya berputar seperti gasing mengejar lawan dan dari putaran itu kadang-kadang kedua tangannya mengirim pukulan-pukulan berbahaya yang tak tersangka-sangka. Inilah jurus Soan-hong-ci-tian (Angin Bepusing Mengeluarkan Kilat), juga sebuah di antara Tiga Belas Jurus Sakti!

Maya terkejut sekali. Akan tetapi dia adalah murid Bu Kek Siansu yang sudah digembleng secara tekun dan hebat oleh Kam Han Ki, maka menghadapi jurus aneh ini dia tidak menjadi bingung. Dia berdiri tegak, tidak menghiraukan bayangan tubuh lawan yang berpusing itu, hanya pada waktu tampak berkelebatnya lengan tangan dari putaran itu menyambar, dia memapaki dengan telapak tangannya, menggunakan dorongan dengan tenaga saktinya. Ketika Ji Kun terpaksa mengakhiri jurus ini karena tidak mempan terhadap lawannya yang lihai, tiba-tiba tubuh Maya berkelebat lenyap dari depannya.

Sebagai murid seorang sakti, Ji Kun maklum bahwa lawannya menggunakan gin-kang yang amat hebat, yang lebih tinggi daripada tingkatnya sendiri, maka cepat ia membalikkan tubuh.

Dan memang benar, tahu-tahu Maya telah berada di belakangnya. Cepat Ji Kun melakukan gerakan menangkis, akan tetapi Maya mengeluarkan bentakan menggeledek yang menggetarkan seluruh ruangan itu, bahkan sebelas orang perwiranya seketika merasa kakinya lumpuh dan jatuh berlutut, sedangkan Ji Kun yang menangkis tadi terdorong ke belakang dan hampir saja ia roboh terbanting kalau tidak cepat-cepat meloncat ke atas dan berjungkir-balik.

Dia tidak jatuh, akan tetapi wajahnya sebentar pucat sebentar merah dan tiba-tiba tampak sinar kilat menyilaukan mata ketika murid Mutiara Hitam ini sudah mencabut pedangnya!

Melihat ini, Maya terkejut sekali dan menegur Ji Kun,
“Perlukah pibu dilanjutkan dengan senjata? Belum terbukakah matamu bahwa tingkat kepandaianku sekarang ini takkan terlawan olehmu dan mungkin hanya mendiang Bibi Mutiara Hitam saja yang akan dapat menandingiku?"

"Kalau kau belum mengalahkan pedangku, aku tetap belum mengaku kalah, Maya!" jawab Can Ji Kun dengan keras kepala.

Maya menghela napas. Untuk mendapatkan seorang sehebat ini memang tidak mudah. Dia maklum bahwa biarpun kepandaian Ji Kun amat tinggi, namun ilmu silatnya masih berada di atas tingkat Ji Kun, demikian pula gin-kang dan sinkangnya. Hanya melihat pedang itu, dia merasa ngeri.

"Pedangmu dahsyat dan mengandung hawa kejam, Ji Kun. Akan tetapi jangan kira bahwa aku takut menghadapi pedangmu. Marilah!"

Maya menggerakkan tangan kanannya dan dia sudah mencabut pedang panjangnya, pedang panglima yang ia terima sebagai pemberian Bu-taiciangkun sendiri. Sebuah pedang yang amat baik, terbuat daripada baja biru, akan tetapi bukanlah pedang pusaka seperti yang berada di tangan Ji Kun.

"Awaslah terhadap seranganku ini, Maya!"

Ji Kun berseru dan tubuhnya menerjang maju, didahului oleh sinar putih yang menyilaukan mata dari pedangnya.

Maya tidak menjawab, melainkan mengelak jauh ke kiri sambil mengelebatkan pedangnya menusuk mata kaki lawan. Serangan seperti ini hanya dilakukan oleh seorang ahli pedang yang sudah tinggi tingkatnya sehingga Ji Kun cepat-cepat meloncat dan pedangnya sudah meluncur ke dada Maya.

Ji Kun mengerti bahwa entah siapa yang menjadi guru Maya, mungkin sekali Menteri Kam Liong yang ia dengar memiliki tingkat kepandaian lebih tinggi dari Mutiara Hitam, maka diapun mengerahkan seluruh tenaga dan mainkan Ilmu Pedang Lan-mo Kiam-sut (Ilmu Pedang Iblis Jantan) yang merupakan perpaduan dari Siang-bhok-kiam dari Mutiara Hitam dan Pek-kong-To-hoat dari Tang Hauw Lam.

Dia sama sekali tidak pernah mimpi bahwa biarpun dalam hal pengalaman masih kalah jauh oleh Menteri Kam Liong, namun dalam hal ilmu silat, tingkat Maya malah lebih tinggi daripada tingkat menteri putera Suling Emas itu karena dara ini adalah penghuni Istana Pulau Es, murid tidak langsung dari Bu Kek Siansu!

Menghadapi ilmu pedang yang dimainkan Ji Kun demikian dahsyatnya, diam-diam Maya kagum sekali dan memuji kepandaian bibinya, maka ia bersikap tenang. Terutama sekali pedang pusaka di tangan Ji Kun membuat ia ngeri.

Pedang itu mengeluarkan hawa maut yang menggetar dan dingin sekali. Kalau saja sin-kangnya tidak sudah amat kuat, agaknya dia akan terpengaruh oleh getaran itu yang akan mengacaukan permainan pedangnya. Dia pun tak berani mengadukan pedangnya dengan pedang lawan dan ketika Ji Kun mendesaknya sedemikian rupa sehingga terpaksa sekali Maya mengelebatkan pedang menangkis, tak tercegah lagi kedua pedang bertemu.

"Takkk!"

Maya terkejut bukan main karena pedangnya itu melekat pada pedang Ji Kun yang seolah-olah mempunyai daya tarik atau daya sedot yang mujijat! Dan kesempatan ini dipergunakan Ji Kun untuk menggerakkan pedang ke bawah, membacok kepala Maya! Maya mengelak cepat.

"Breet!"

Robek dan putuslah ujung pundak baju panglima wanita itu. Dia melompat mundur, Ji Kun tersenyum girang dan mendesak terus. Kini Maya mengerti bahwa pedang pusaka itu selain mempunyai wibawa ampuh, juga mempunyai daya menyedot. Pengetahuan ini membuat dia memutar otak mencari akal.

Ketika untuk kesekian kalinya sinar pedang yang ampuh itu terus mendesaknya dan mengirim tusukan, kembali ia menangkis. Kalau dibacok, dia tidak berani menangkis karena pertemuan langsung itu mungkin sekali akan merusakkan pedangnya.

Akan tetapi kalau hanya tusukan, dia berani menangkis dari samping. Dia sengaja menangkis dari atas sehingga ketika pedangnya tersedot dan menempel, pedangnya berada di atas pedang lawan dan sebelum Ji Kun melanjutkan pedangnya untuk mengirim serangan mendadak, Maya telah mendorongkan tangan kirinya dengan pengerahan tenaga sin-kang yang membentuk hawa pukulan dingin. Inilah pukulan inti es yang hebatnya bukan kepalang, yang oleh Han Ki disebut pukulan Swat-im Sin-jiu!

Tubuh Ji Kun seperti terkena aliran halilintar, menggigil dan pedangnya terlepas dari tangannya. Dia berusaha mempertahankan diri namun ia hanya dapat mencegah tubuhnya terguling dan hanya jatuh duduk dengan muka pucat! Cepat ia bersila dan memejamkan matanya, mengerahkan hawa murni untuk melindungi isi dadanya yang terserang hawa dingin luar biasa.

Semua perwira bengong terlongong dan tidak ada yang bergerak, semua terpesona oleh pertandingan yang sedemikian hebatnya, yang belum pernah mereka saksikan selama hidup mereka.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar