“Tidak, aku tidak ingin hidup lagi, Ayah. Biarpun jahanam itu belum sampai menodaiku, akan tetapi.... ah, bagaimana aku dapat melupakan aib dan malu itu? Dia.... Tan Sin Hong itu, dia.... telah melihat aku bertelanjang bulat, bahkan dia.... dia telah....“
Bhe Kauwsu memeluk puterinya. Tadi baru saja dia menyelamatkan puterinya dari maut ketika Siang Cun menggantung diri di dalam kamarnya!
“Anakku, jangan mengambil jalan pendek. Bunuh diri merupakan suatu dosa besar, Siang Cun. Apa yang telah dilakukan oleh Tan-taihiap padamu? Apa yang telah dia perbuat?”
Siang Cun menceritakan dengan suara terputus-putus tentang pengobatan yang dilakukan oleh Sin Hong kepadanya. Betapa pemuda itu bukan hanya melihat ia bertelanjang bulat dan terlentang di atas pembaringan, bahkan pemuda itu telah mengobatinya dengan menyedot darah dan jarum dari paha kirinya, ia dalam keadaan telanjang!
“Bagaimana mungkin aku dapat melupakan aib dan malu itu, Ayah? Dia bukan apa-apa, bukan saudara bukan keluarga, bahkan saudara seperguruan pun bukan! Aib ini hanya dapat dihapus dengan kematianku, Ayah....“ Gadis itu menangis lagi.
Bhe Kauwsu menarik napas panjang. Dia mengerti akan penderitaan batin puterinya. Lalu dia berkata,
“Tenanglah, anakku. Ada suatu jalan yang lebih baik daripada membunuh diri, dan biarlah aku yang akan membicarakan urusan ini dengan Tan-taihiap. Mudah-mudahan saja dia tidak keberatan dan mau menolong kita.”
“Apakah maksudmu, Ayah?”
“Menjodohkan engkau dengan Tan-taihiap, anakku.”
Wajah yang manis itu seketika menjadi merah dan ia menundukkan mukanya.
“Memang hanya itulah jalan satu-satunya untuk menghapus aib dari diriku, Ayah. Kalau dia menolak, lebih baik aku mati saja!” Setelah berkata demikian, Siang Cun menutupi mukanya dan menangis lagi.
Bhe Kauwsu segera menemui Sin Hong yang sedang berkemas di dalam kamarnya bersama Yo Han. Mereka sudah terlalu lama tinggal di tempat itu dan biarpun mereka diperlakukan sebagai tamu kehormatan dan merasa senang, namun tidak enak juga kalau terus menerus menerima kebaikan orang dan mondok di tempat itu.
Bhe Kauwsu minta bicara empat mata dengan pendekar itu dan Sin Hong segera menyuruh muridnya keluar dari dalam kamar. Yo Han pergi ke belakang rumah. Di tempat itu dia sudah bergaul dengan leluasa sekali, menjadi sahabat dari para murid Ngo-heng Bu-koan dan dia seorang anak yang amat disuka oleh para murid.
Setelah duduk berhadapan berdua, Bhe Kauwsu lalu menyampaikan maksud hatinya untuk menjodohkan puterinya dengan Tan Sin Hong. Dia berterus terang akan keadaan Siang Cun.
“Biarpun kami sekeluarga akan merasa terhormat dan berbahagia sekali kalau Taihiap sudi menjadi suami Siang Cun, akan tetapi sesungguhnya sampai bagaimanapun aku tidak akan berani mengemukakan hasrat hati keluarga kami kepadamu, Taihiap. Akan tetapi, anakku Siang Cun berkeras akan membunuh diri untuk mencuci aib dan hanya mau melanjutkan hidup kalau dapat menjadi isterimu. Oleh karena itu, Taihiap, kami sekeluarga yang sudah putus harapan hanya memandang kepadamu sebagai bintang penolong keluarga kami.”
Tentu saja Sin Hong terkejut sekali mendengar permintaan itu! Dia menjadi bingung karena sama sekali tidak disangka bahwa secara tiba-tiba dia diminta untuk menjadi suami Siang Cun!
“Tapi.... tapi.... maafkan, Paman. Hal ini.... harus kupikirkan dulu karena menyangkut kehidupanku di masa depan. Aku.... minta waktu untuk memikirkannya.“ katanya agak gagap.
Bhe Kauwsu memeluk puterinya. Tadi baru saja dia menyelamatkan puterinya dari maut ketika Siang Cun menggantung diri di dalam kamarnya!
“Anakku, jangan mengambil jalan pendek. Bunuh diri merupakan suatu dosa besar, Siang Cun. Apa yang telah dilakukan oleh Tan-taihiap padamu? Apa yang telah dia perbuat?”
Siang Cun menceritakan dengan suara terputus-putus tentang pengobatan yang dilakukan oleh Sin Hong kepadanya. Betapa pemuda itu bukan hanya melihat ia bertelanjang bulat dan terlentang di atas pembaringan, bahkan pemuda itu telah mengobatinya dengan menyedot darah dan jarum dari paha kirinya, ia dalam keadaan telanjang!
“Bagaimana mungkin aku dapat melupakan aib dan malu itu, Ayah? Dia bukan apa-apa, bukan saudara bukan keluarga, bahkan saudara seperguruan pun bukan! Aib ini hanya dapat dihapus dengan kematianku, Ayah....“ Gadis itu menangis lagi.
Bhe Kauwsu menarik napas panjang. Dia mengerti akan penderitaan batin puterinya. Lalu dia berkata,
“Tenanglah, anakku. Ada suatu jalan yang lebih baik daripada membunuh diri, dan biarlah aku yang akan membicarakan urusan ini dengan Tan-taihiap. Mudah-mudahan saja dia tidak keberatan dan mau menolong kita.”
“Apakah maksudmu, Ayah?”
“Menjodohkan engkau dengan Tan-taihiap, anakku.”
Wajah yang manis itu seketika menjadi merah dan ia menundukkan mukanya.
“Memang hanya itulah jalan satu-satunya untuk menghapus aib dari diriku, Ayah. Kalau dia menolak, lebih baik aku mati saja!” Setelah berkata demikian, Siang Cun menutupi mukanya dan menangis lagi.
Bhe Kauwsu segera menemui Sin Hong yang sedang berkemas di dalam kamarnya bersama Yo Han. Mereka sudah terlalu lama tinggal di tempat itu dan biarpun mereka diperlakukan sebagai tamu kehormatan dan merasa senang, namun tidak enak juga kalau terus menerus menerima kebaikan orang dan mondok di tempat itu.
Bhe Kauwsu minta bicara empat mata dengan pendekar itu dan Sin Hong segera menyuruh muridnya keluar dari dalam kamar. Yo Han pergi ke belakang rumah. Di tempat itu dia sudah bergaul dengan leluasa sekali, menjadi sahabat dari para murid Ngo-heng Bu-koan dan dia seorang anak yang amat disuka oleh para murid.
Setelah duduk berhadapan berdua, Bhe Kauwsu lalu menyampaikan maksud hatinya untuk menjodohkan puterinya dengan Tan Sin Hong. Dia berterus terang akan keadaan Siang Cun.
“Biarpun kami sekeluarga akan merasa terhormat dan berbahagia sekali kalau Taihiap sudi menjadi suami Siang Cun, akan tetapi sesungguhnya sampai bagaimanapun aku tidak akan berani mengemukakan hasrat hati keluarga kami kepadamu, Taihiap. Akan tetapi, anakku Siang Cun berkeras akan membunuh diri untuk mencuci aib dan hanya mau melanjutkan hidup kalau dapat menjadi isterimu. Oleh karena itu, Taihiap, kami sekeluarga yang sudah putus harapan hanya memandang kepadamu sebagai bintang penolong keluarga kami.”
Tentu saja Sin Hong terkejut sekali mendengar permintaan itu! Dia menjadi bingung karena sama sekali tidak disangka bahwa secara tiba-tiba dia diminta untuk menjadi suami Siang Cun!
“Tapi.... tapi.... maafkan, Paman. Hal ini.... harus kupikirkan dulu karena menyangkut kehidupanku di masa depan. Aku.... minta waktu untuk memikirkannya.“ katanya agak gagap.
Bhe Kauwsu tersenyum.
“Tentu saja, Taihiap. Karena seperti Taihiap pernah bicarakan dengan kami bahwa Taihiap adalah seorang yatim piatu yang hidup sebatang kara, maka segala keputusan harus dipikirkan dulu. Biarlah kami menanti sampai besok agar Taihiap mempunyai waktu sehari semalam untuk memikirkannya.” Bhe Kauwsu lalu mengundurkan diri, meninggalkan Sin Hong yang masih bengong dan bingung.
Menjadi suami Siang Cun? Pertanyaan ini berdengung terus di dalam kepalanya. Tanpa disengaja, dia pun mengenang gadis itu. Seorang gadis yang cantik manis, juga gagah perkasa dan terbayanglah tubuh gadis itu yang pernah dilihatnya dalam keadaan bugil dan polos! Tubuh yang mulus, wajah yang cantik, watak yang gagah dan kedudukan terhormat. Cukup baik, bahkan terlalu baik untuknya. Dan juga amat baik bagi Yo Han.
Muridnya itu masih muda sekali, membutuhkan lingkungan dan pergaulan yang baik. Dan Ngo-heng Bu-koan merupakan tempat yang amat baik bagi seorang anak, dapat bergaul dengan murid-murid Ngo-heng Bu-koan yang gagah dan berjiwa pendekar. Tiba-tiba terbayang wajah Kao Hong Li! Hatinya berdebar penuh keharuan. Dia mencinta Hong Li! Sejak pertemuan pertama, dia sudah tertarik dan jatuh cinta kepada puteri suhengnya itu. Akan tetapi, bagaimana mungkin dia dapat menjadi suami Kao Hong Li?
Hong Li adalah puteri Kao Cin Liong, seorang pendekar besar bekas panglima kerajaan, putera tunggal Naga Sakti Gurun Pasir! Kedudukan keluarga itu terhormat, baik di dalam dunia kang-ouw, dunia persilatan, di masyarakat, bahkan di antara para pembesar di kerajaan. Sebaliknya dia? Yatim piatu, sebatang kara, miskin dan tidak memiliki apa-apa!
Dibandingkan dengan Hong Li, dia seperti seekor burung gagak di samping seekor burung Hong! Belum lagi diingat bahwa dia adalah susiok (paman guru) Hong Li, walaupun usia mereka sebaya. Tidak, tidak mungkin dia dapat menjadi suami Hong Li, betapapun dia mencintanya, bahkan andaikata Hong Li juga mencintanya, perjodohan antara mereka adalah tidak mungkin.
Kembali dia membayangkan Siang Cun. Seorang gadis yang amat baik, dinilai dari keadaan wajah, bentuk tubuh, atau pun wataknya. Dan dia akan hidup tenang, dapat membantu ayah mertuanya untuk memajukan Ngo-heng Bu-koan, memimpin murid-murid Bu-koan (Perguruan Silat) dengan ilmu silat. Hanya itulah satu-satunya keahliannya. Ilmu silat! Dan dia dapat mempergunakannya di sini. Pekerjaan lain apakah yang dapat dia lakukan kecuali mengajarkan ilmu silat? Dan Siang Cun seorang calon isteri yang manis dan molek. Dan Yo Han, muridnya yang dia sayang, akan memperoleh tempat yang baik pula di Ngo-heng Bu-koan. Dan ayah mertuanya seorang tua yang gagah dan bijaksana. Mau apa lagi?
“Suhu, kenapa Suhu melamun setelah Bhe Kauwsu pergi?” tiba-tiba Yo Han memasuki kamar.
Anak ini baru berani memasuki kamar setelah melihat Bhe Kauwsu tidak lagi berada di kamar gurunya. Sin Hong keluar dari dunia lamunan, menoleh kepada muridnya dan melihat wajah muridnya membayangkan kekhawatiran, dia lalu merangkul pundak Yo Han. Muridnya ini selalu memperhatikan dirinya. Seorang murid yang bukan hanya berbakti, akan tetapi juga mencintanya seperti seorang adik kepada kakaknya.
“Yo Han, aku sedang bingung. Bhe Kauwsu mengusulkan perjodohan antara aku dan puterinya.”
Biarpun Yo Han baru berusia kurang lebih delapan tahun, namun dia tidak menganggap muridnya itu anak kecil. Sikap dan jalan pikiran Yo Han seperti seorang dewasa saja. Oleh karena itu, tanpa ragu lagi dia menceritakan persoalan yang dihadapinya.
Yo Han mengerutkan alisnya,
“Enci Siang Cun seorang wanita yang gagah perkasa dan cantik, dan Ngo-heng Bu-koan tempat orang-orang gagah, Suhu. Akan tetapi apakah Suhu mencintanya?”
Mendengar kata cinta keluar dari mulut anak itu, mau tidak mau Sin Hong tersenyum geli.
“Aih Yo Han, tahu apa engkau tentang cinta? Dan kenapa kau bertanya demikian?”
“Suhu, menjadi suami isteri berarti hidup berdampingan selama hidup! Kalau Suhu dan enci Siang Cun saling mencinta, tidak ada masalah apa pun untuk berjodoh dengannya.”
Sin Hong menggeleng kepalanya.
“Aku kagum dan suka kepadanya, akan tetapi tentang cinta.... aku masih belum tahu, Yo Han. Akan tetapi, kalau aku menolak, berarti ia akan mati membunuh diri dan aku akan merasa berdosa, seolah-olah aku yang membunuhnya.” Sin Hong lalu menceritakan tentang Siang Cun seperti yang didengarnya dari Bhe Kauwsu tadi.
Yo Han membelalakkan matanya.
“Wah, sungguh aneh-aneh pikiran seorang dewasa! Kelihatan telanjang bulat saja sudan mau bunuh diri kalau tidak dikawin! Jadi kalau Suhu mengawininya, berarti Suhu menyelamatkan nyawanya?”
“Begitulah!”
“Tapi.... tapi, Suhu. Bagaimana, dengan.... enci Hong Li?”
Terkejut rasa nati Sin Hong mendengar ini. Jantungnya berdebar.
“Apa maksudmu? Ada apa dengan Hong Li?”
“Suhu cinta padanya, dan enci Hong Li mencinta Suhu. Kalau Suhu menikah dengan gadis lain....“
“Ah, Yo Han, jangan sebut-sebut lagi namanya. Engkau tidak tahu bahwa tidak mungkin bagiku untuk bersanding dengan Hong Li. Pertama, ia adalah murid keponakanku sendiri, dan ke dua, kedudukan kami sungguh berbeda seperti bumi dengan langit. Agaknya.... agaknya, tidak ada lain jalan bagiku kecuali menerima uluran tangan Bhe Kauwsu.“
“Wah, kionghi (selamat), Suhu!” Yo Han lalu mengangkat kedua tangan ke depan dada dan memberi selamat kepada gurunya.
Dengan muka berubah agak kemerahan Sin Hong merangkul muridnya sambil tertawa. Setelah berpikir semalam suntuk, akhirnya Sin Hong mengambil keputusan untuk menerima uluran tangan Bhe Kauwsu.
Ada beberapa hal yang mendorongnya menerima uluran tangan itu. Terutama sekali untuk mencegah Siang Cun membunuh diri mencuci perasaan terhina dan malu. Dan masih banyak segi yang ada kebaikannya. Dia dapat menyumbangkan kepandaiannya untuk memajukan Ngo-heng Bu-koan dan dapat hidup berkeluarga yang layak. Selain itu, juga dia dapat menempatkan Yo Han dalam lingkungan yang baik.
Sebaliknya, kalau dia menolak, besar sekali kemungkinan Siang Cun akan membunuh diri, dan dia bersama Yo Han akan hidup berkeliaran tanpa tempat tinggal yang tetap dan terutama sekali dia akan selalu merasa berdosa. Dia tidak dapat terlalu menyalahkan sikap Siang Cun yang berkeras hendak membunuh diri kalau tidak menjadi isterinya karena bagi seorang gadis yang keras hati dan menjaga benar nama dan kehormatannya, maka peristiwa yang dialaminya itu, ketika ia dalam keadaan telanjang bulat dilihat oleh Sin Hong, bahkan diobati pemuda itu dengan cara yang melanggar batas kesusilaan, sungguh merupakan suatu hal yang mendatangkan aib dan malu yang akan ditanggung selama hidupnya.
Kalau Sin Hong menjadi suaminya, maka peristiwa itu dengan sendirinya tidak akan meninggalkan rasa malu, bahkan mungkin akan menjadi kenangan indah dan mesra bagi keduanya. Dan biarpun Sin Hong belum dapat memastikan apakan ada perasaan cinta dalam hatinya terhadap Siang Cun, namun dia harus mengakui bahwa dia kagum dan suka kepada gadis itu, dan harus diakuinya pula secara jujur bahwa dia tertarik melihat kecantikan wajah dan keindahan tubuh gadis itu!
“Tentu saja, Taihiap. Karena seperti Taihiap pernah bicarakan dengan kami bahwa Taihiap adalah seorang yatim piatu yang hidup sebatang kara, maka segala keputusan harus dipikirkan dulu. Biarlah kami menanti sampai besok agar Taihiap mempunyai waktu sehari semalam untuk memikirkannya.” Bhe Kauwsu lalu mengundurkan diri, meninggalkan Sin Hong yang masih bengong dan bingung.
Menjadi suami Siang Cun? Pertanyaan ini berdengung terus di dalam kepalanya. Tanpa disengaja, dia pun mengenang gadis itu. Seorang gadis yang cantik manis, juga gagah perkasa dan terbayanglah tubuh gadis itu yang pernah dilihatnya dalam keadaan bugil dan polos! Tubuh yang mulus, wajah yang cantik, watak yang gagah dan kedudukan terhormat. Cukup baik, bahkan terlalu baik untuknya. Dan juga amat baik bagi Yo Han.
Muridnya itu masih muda sekali, membutuhkan lingkungan dan pergaulan yang baik. Dan Ngo-heng Bu-koan merupakan tempat yang amat baik bagi seorang anak, dapat bergaul dengan murid-murid Ngo-heng Bu-koan yang gagah dan berjiwa pendekar. Tiba-tiba terbayang wajah Kao Hong Li! Hatinya berdebar penuh keharuan. Dia mencinta Hong Li! Sejak pertemuan pertama, dia sudah tertarik dan jatuh cinta kepada puteri suhengnya itu. Akan tetapi, bagaimana mungkin dia dapat menjadi suami Kao Hong Li?
Hong Li adalah puteri Kao Cin Liong, seorang pendekar besar bekas panglima kerajaan, putera tunggal Naga Sakti Gurun Pasir! Kedudukan keluarga itu terhormat, baik di dalam dunia kang-ouw, dunia persilatan, di masyarakat, bahkan di antara para pembesar di kerajaan. Sebaliknya dia? Yatim piatu, sebatang kara, miskin dan tidak memiliki apa-apa!
Dibandingkan dengan Hong Li, dia seperti seekor burung gagak di samping seekor burung Hong! Belum lagi diingat bahwa dia adalah susiok (paman guru) Hong Li, walaupun usia mereka sebaya. Tidak, tidak mungkin dia dapat menjadi suami Hong Li, betapapun dia mencintanya, bahkan andaikata Hong Li juga mencintanya, perjodohan antara mereka adalah tidak mungkin.
Kembali dia membayangkan Siang Cun. Seorang gadis yang amat baik, dinilai dari keadaan wajah, bentuk tubuh, atau pun wataknya. Dan dia akan hidup tenang, dapat membantu ayah mertuanya untuk memajukan Ngo-heng Bu-koan, memimpin murid-murid Bu-koan (Perguruan Silat) dengan ilmu silat. Hanya itulah satu-satunya keahliannya. Ilmu silat! Dan dia dapat mempergunakannya di sini. Pekerjaan lain apakah yang dapat dia lakukan kecuali mengajarkan ilmu silat? Dan Siang Cun seorang calon isteri yang manis dan molek. Dan Yo Han, muridnya yang dia sayang, akan memperoleh tempat yang baik pula di Ngo-heng Bu-koan. Dan ayah mertuanya seorang tua yang gagah dan bijaksana. Mau apa lagi?
“Suhu, kenapa Suhu melamun setelah Bhe Kauwsu pergi?” tiba-tiba Yo Han memasuki kamar.
Anak ini baru berani memasuki kamar setelah melihat Bhe Kauwsu tidak lagi berada di kamar gurunya. Sin Hong keluar dari dunia lamunan, menoleh kepada muridnya dan melihat wajah muridnya membayangkan kekhawatiran, dia lalu merangkul pundak Yo Han. Muridnya ini selalu memperhatikan dirinya. Seorang murid yang bukan hanya berbakti, akan tetapi juga mencintanya seperti seorang adik kepada kakaknya.
“Yo Han, aku sedang bingung. Bhe Kauwsu mengusulkan perjodohan antara aku dan puterinya.”
Biarpun Yo Han baru berusia kurang lebih delapan tahun, namun dia tidak menganggap muridnya itu anak kecil. Sikap dan jalan pikiran Yo Han seperti seorang dewasa saja. Oleh karena itu, tanpa ragu lagi dia menceritakan persoalan yang dihadapinya.
Yo Han mengerutkan alisnya,
“Enci Siang Cun seorang wanita yang gagah perkasa dan cantik, dan Ngo-heng Bu-koan tempat orang-orang gagah, Suhu. Akan tetapi apakah Suhu mencintanya?”
Mendengar kata cinta keluar dari mulut anak itu, mau tidak mau Sin Hong tersenyum geli.
“Aih Yo Han, tahu apa engkau tentang cinta? Dan kenapa kau bertanya demikian?”
“Suhu, menjadi suami isteri berarti hidup berdampingan selama hidup! Kalau Suhu dan enci Siang Cun saling mencinta, tidak ada masalah apa pun untuk berjodoh dengannya.”
Sin Hong menggeleng kepalanya.
“Aku kagum dan suka kepadanya, akan tetapi tentang cinta.... aku masih belum tahu, Yo Han. Akan tetapi, kalau aku menolak, berarti ia akan mati membunuh diri dan aku akan merasa berdosa, seolah-olah aku yang membunuhnya.” Sin Hong lalu menceritakan tentang Siang Cun seperti yang didengarnya dari Bhe Kauwsu tadi.
Yo Han membelalakkan matanya.
“Wah, sungguh aneh-aneh pikiran seorang dewasa! Kelihatan telanjang bulat saja sudan mau bunuh diri kalau tidak dikawin! Jadi kalau Suhu mengawininya, berarti Suhu menyelamatkan nyawanya?”
“Begitulah!”
“Tapi.... tapi, Suhu. Bagaimana, dengan.... enci Hong Li?”
Terkejut rasa nati Sin Hong mendengar ini. Jantungnya berdebar.
“Apa maksudmu? Ada apa dengan Hong Li?”
“Suhu cinta padanya, dan enci Hong Li mencinta Suhu. Kalau Suhu menikah dengan gadis lain....“
“Ah, Yo Han, jangan sebut-sebut lagi namanya. Engkau tidak tahu bahwa tidak mungkin bagiku untuk bersanding dengan Hong Li. Pertama, ia adalah murid keponakanku sendiri, dan ke dua, kedudukan kami sungguh berbeda seperti bumi dengan langit. Agaknya.... agaknya, tidak ada lain jalan bagiku kecuali menerima uluran tangan Bhe Kauwsu.“
“Wah, kionghi (selamat), Suhu!” Yo Han lalu mengangkat kedua tangan ke depan dada dan memberi selamat kepada gurunya.
Dengan muka berubah agak kemerahan Sin Hong merangkul muridnya sambil tertawa. Setelah berpikir semalam suntuk, akhirnya Sin Hong mengambil keputusan untuk menerima uluran tangan Bhe Kauwsu.
Ada beberapa hal yang mendorongnya menerima uluran tangan itu. Terutama sekali untuk mencegah Siang Cun membunuh diri mencuci perasaan terhina dan malu. Dan masih banyak segi yang ada kebaikannya. Dia dapat menyumbangkan kepandaiannya untuk memajukan Ngo-heng Bu-koan dan dapat hidup berkeluarga yang layak. Selain itu, juga dia dapat menempatkan Yo Han dalam lingkungan yang baik.
Sebaliknya, kalau dia menolak, besar sekali kemungkinan Siang Cun akan membunuh diri, dan dia bersama Yo Han akan hidup berkeliaran tanpa tempat tinggal yang tetap dan terutama sekali dia akan selalu merasa berdosa. Dia tidak dapat terlalu menyalahkan sikap Siang Cun yang berkeras hendak membunuh diri kalau tidak menjadi isterinya karena bagi seorang gadis yang keras hati dan menjaga benar nama dan kehormatannya, maka peristiwa yang dialaminya itu, ketika ia dalam keadaan telanjang bulat dilihat oleh Sin Hong, bahkan diobati pemuda itu dengan cara yang melanggar batas kesusilaan, sungguh merupakan suatu hal yang mendatangkan aib dan malu yang akan ditanggung selama hidupnya.
Kalau Sin Hong menjadi suaminya, maka peristiwa itu dengan sendirinya tidak akan meninggalkan rasa malu, bahkan mungkin akan menjadi kenangan indah dan mesra bagi keduanya. Dan biarpun Sin Hong belum dapat memastikan apakan ada perasaan cinta dalam hatinya terhadap Siang Cun, namun dia harus mengakui bahwa dia kagum dan suka kepada gadis itu, dan harus diakuinya pula secara jujur bahwa dia tertarik melihat kecantikan wajah dan keindahan tubuh gadis itu!
**** 069 ****
OBJEK WISATA MANCA NEGARA
===============================