Ads

Minggu, 04 Agustus 2019

Mutiara Hitam Jilid 016

“Ha-ha-ha-ha! Lucu sekali!”

Pemuda itu terpingkal-pingkal dan mau tak mau Kwi Lan tertawa juga membayangkan betapa begitu lahir pemuda itu pandai membual.

“Aku tidak membohong, Nona. Tentu saja bukan aku yang melakukan perantauan seorang diri, melainkan Ayahku. Aku dibawa merantau dan sejak itu tak pernah berhenti merantau. Akan tetapi sudahlah, tidak ada yang menarik untuk diceritakan. Lebih baik kuceritakan kepadamu tentang tokoh itu. Bu-tek Siu-lam adalah seorang tokoh besar yang benar-benar sakti. Tidak ada tokoh kang-ouw yang tidak ngeri mendengar nama ini sungguhpun baru beberapa tahun saja ia datang dari sebelah barat Pegunungan Himalaya. Seiain sakti, dia pun amat aneh sehingga tak seorang pun dapat menduga apakah dia itu laki-laki tulen ataukah perempuan.”

“Hee....? Mengapa begitu?”

Kwi Lan mulai tertarik. Karena semenjak kecil ia terkurung di istana bawah tanah kemudian di dalam hutan yang tak pernah ada yang berani memasukinya, tentu saja pengetahuannya tentang dunia kang-ouw amat sempit. Apalagi tentang tokoh-tokoh yang demikian anehnya. Adapun pemuda itu ketika melihat sikap Kwi Lan mulai tertarik, menjadi gembira untuk bercerita.

“Dia berperawakan laki-laki tinggi tegap dan gagah, wajahnya tampan sekali, rambutnya terurai dan berombak indah. Akan tetapi lagak dan bicaranya seperti seorang perempuan yang amat genit, dan senjatanya adalah sebuah gunting besar yang amat mengerikan. Melihat gerak-gerik dan lagaknya, dia itu seratus prosen wanita, akan tetapi melihat bentuk tubuh dan wajahnya, dia adalah laki-laki. Hal ini saja sudah menyeramkan, apalagi menyaksikan kekejamannya, membikin bulu roma berdiri. Ia pernah membasmi pengemis golongan putih dalam sebuah rapat besar sebanyak dua ratus orang lebih yang digunting-gunting dan dipotong-potong tubuhnya! Sejak itu ia menjadi datuknya pengemis golongan hitam. Banyak sudah tokoh golongan putih dan para pendekar hendak membasminya, namun mereka itu malah menjadi korban. Karena kesaktiannya inilah maka tak seorang pun berani lagi mengganggunya dan ia merupakan tokoh besar yang dicalonkan menjadi pemimpin dunia hitam jika ada pemilihan lagi di samping tokoh-tokoh yang lain.”

Kwi Lan, mengerutkan keningnya. Tak pernah disangkanya ada seorang yang sedemikian hebatnya. Tadinya ia mengira bahwa di dunia ini hanya bibinya, Kam Sian Eng, saja yang paling lihai. Siapa tahu, pemuda ini sendiri sudah lihai sungguhpun ia belum mencobanya, akan tetapi pemuda ini amat jerih ketika menceritakan kesaktian Bu-tek Siu-lam!

“Hemm, betapapun juga, aku tidak takut kepadanya!” kata Kwi Lan. “Bagaimana dengan Thian-liong-pang? Apakah ketuanya juga sehebat laki-laki genit itu?”

Pemuda itu tertawa.

“Ihh, mengapa kau tertawa?”

“Mendengar kau menyebut Bu-tek Siu-lam laki-laki genit!”

“Kau sendiri yang bilang dia genit.”

“Mana bisa laki-laki genit? Laki-laki tidak ada yang genit, yang genit hanyalah perempuan.”

“Belum tentu semua perempuan genit! Laki-laki yang genit banyak, di antaranya.... engkau inilah!”

“Wah, wah, menyerang lagi. Kau benar-benar pemarah, Nona. Maaflah. Yang kumaksudkan adalah bahwa Bu-tek Siulam itu bersikap genit seperti wanita, jadi dia itu laki-laki bukan wanita bukan. Dia seorang banci.”

“Banci? Apa banci....?”

“Banci itu wadam!”

“Wadam? Apa itu?”

“Wadam itu wandu.”

“Wandu? Aku tidak mengerti.”






Pemuda itu menarik napas panjang, lalu menggeleng kepala.
“Tidak banyak pengertianmu, Nona. Banci, wadam, atau wandu itu adalah orang yang bukan laki-laki bukan pula wanita, akan tetapi juga bisa laki-laki bisa disebut wanita.”

Pusing kepala Kwi Lan mendengar ini. Keningnya berkerut, matanya bersinar marah.
“Berandal, kalau kau mempermainkan aku, hemm.... aku takkan sudi mendengarmu lag!”

“Eh, eh, nanti dulu! Aku tidak main-main, Nona. Banci adalah seorang yang bertubuh laki-laki akan tetapi berwatak perempuan, atau sebaliknya. Memang sukar untuk menerangkan, karena aku sendiri tidak tahu persis mengapa bisa begitu, akan tetapi memang kenyataannya demikian. Kau tadi bertanya tentang Thian-liong-pang? Ketuanya juga seorang yang terkenal memiliki ilmu kepandaian hebat, dan bukan itu saja yang membuat Thian-liong-pang disegani, melainkan banyaknya anggauta dan banyaknya para pimpinan yang tinggi-tinggi ilmunya. Kabarnya tidak kurang dari dua belas orang murid kepala Thian-liong-pang amat lihai dan jika tenaga mereka digabungkan menjadi satu, agaknya Bu-tek Siu-lam sendiri tidak berani main-main dengan mereka. Pusatnya di Yen-an dan entah apa yang dimaksudkan Si Brewok tadi dengan upacara pengangkatan ketua baru. Mungkin ketua lama mengundurkan diri, diganti muridnya yang paling besar. Peristiwa itu tentu amat menarik dan dikunjungi semua tokoh dunia hitam, karena itu aku ingin sekali mengunjungi ke Yen-an bersama...., Nona, kalau Nona.... berani!”

“Tentu saja aku berani!” Kwi Lan meloncat sambil meraba gagang pedangnya.

“Jadi Nona mau....?” Pemuda itu ter¬senyum lebar dan menjadi girang sekali.

Kwi Lan sadar lalu duduk kembali,
“Soal mau atau tidak, nanti, dulu! Akan tetapi pokoknya aku berani! Sekarang ceritakan, selain laki-laki genit....” Ia berhenti dan melotot, akan tetapi pe¬muda itu tidak tertawa sekarang, “selain dia, siapa lagi tokoh besar di dunia ini sekarang?”

“Tokoh-tokoh dunia hitam banyak sekali, akan tetapi mereka itu adalah tokoh-tokoh yang dahulu berada di bawah Thian-te Liok-koai yang sekarang sudah lenyap dari permukaan bumi. Adapun tokoh-tokoh yang sekiranya dapat disejajarkan Bu-tek Siu-lam, sedikit sekali. Aku hanya mendengar bahwa ada tokoh-tokoh iblis yang berjuluk Thai-lek Kauw-ong, seorang hwesio tua yang kabarnya memiliki kesaktian seperti iblis. Ada pula yang berjuluk Sin-cam Khoa-ong yang suka membunuh orang tanpa sebab dan tanpa berkedip. Orang ke empat adalah Siauw-bin Lo-mo. Kabarnya empat tokoh itulah yang kini merajai empat penjuru dunia hitam. Akan tetapi aku sendiri belum pernah bertemu dengan seorang diantara mereka.”

“Hemm, kalau mereka itu jahat, perlu apa memiliki kepandaian hebat? Apakah tidak ada yang menentang dan mengalahkan mereka?”

“Aku tidak tahu jelas, hanya kabarnya sudah terlalu banyak orang gagah dan pendekar yang roboh di tangan mereka.”

“Orang gagah? Pendekar? Orang macam apa mereka ini?”

Pemuda itu membelalakkan matanya. Kalau tadi mendengar gadis ini tidak tahu apa-apa tentang dunia hitam, ia menyangka gadis ini tentu murid tokoh sakti dunia putih yang baru saja turun gunung. Akan tetapi mendengar pertanyaan ini ia benar-benar heran sekali. Kalau tidak mengerti tentang dunia hitam dan dunia putih, habis gadis ini termasuk golongon apa?

“Bagaimana Nona tidak mengerti akan hal ini? Pendekar adalah orang-orang yang menentang kejahatan, orang-orang dari dunia putih yang selalu berusaha menumpas dunia hitam. Aku percaya bahwa guru Nona sendiri tentu seorang tokoh besar, seorang locianpwe dari dunia putih yang amat mulia.”

Kwi Lan menggeleng kepala.
“Guruku bukan dari dunia putih, bukan pula dunia hitam. Entah dunia apa aku tidak tahu! Coba katakan, siapa tokoh-tokoh paling hebat di dunia putih?”

Pemuda itu masih belum hilang keheranannya, akan tetapi ia menahan perasaan ini dan menjawab,

“Juga diantara pendekar-pendekar sakti banyak sekali yang merupakan tokoh puncak, akan tetapi aku yang muda hanya pernah mendengar beberapa orang saja. Pertama-tama adalah Suling Emas....”

“Suling Emas? Aku tanya nama orangnya, bukan sulingnya. Dari emas, perak, atau kuningan siapa peduli?”

“Suling Emas adalah nama julukannya. Nama aslinya, seperti tokoh-tokoh besar kang-ouw lainnya, siapa yang tahu?”

“Siapakah Suling Emas itu? Orang macam apa dan bagaimana kelihaiannya?”

Pemuda itu mengangkat jempol tangannya ke atas.
“Aku sendiri belum mempunyai keberuntungan berjumpa dengan Suling Emas, akan tetapi namanya sudah seringkali kudengar dari para Locianpwe. Ilmu kepandaiannya setinggi langit, bahkan kabarnya Thian Te Liok-koai, enam datuk persilatan, musnah oleh sepak terjang Suling Emas. Sulingnya yang terbuat dari emas itu mengalahkan segala macam senjata yang ada di dunia ini.”

“Dimana dia tinggal?”

“Tak seorang pun tahu. Seperti juga empat tokoh dunia hitam, banyak tokoh dunia putih terdiri dari orang-orang aneh yang sukar diketahui tempatnya, akan tetapi yang sewaktu-waktu dapat muncul di tempat-tempat yang sekali tidak terduga-duga. Aku tidak akan merasa heran kalau saat ini di sekeliling kita terdapat tokoh dunia hitam maupun dunia putih. Sepak terjang mereka penuh rahasia.”

Mendengar ini, tanpa disadarinya lagi, Kwi Lan melirik ke kanan-kiri, akan tetapi keadaan di sekeliling tempat itu sunyi.

“Lalu siapa lagi selain Suling Emas?”

“Diantara para pengemis golongan putih menyebut-nyebut nama Yu Kang Tianglo adalah seorang tokoh pengemis yang amat lihai ilmu silatnya, senjatanya hanya sebatang tongkat rotan kecil namun keampuhannya tidak kalah oleh pedang pusaka yang manapun juga. Tentu saja dua orang itu hanya dua diantara banyak lagi. Apalagi kalau kita ingat kepada partai-partai besar seperti Siauw-lim-pai, Bu-tong-pai, Go-bi-pai, Kun-lun-pai yang tentu mempunyai banyak orang pandai. Belum lagi di selatan kabarnya Agama Beng-kauw di Negara Nan-co dipimpin oleh orang-orang yang amat sakti. Akan tetapi diantara segala orang sakti, baik di dunia putih maupun hitam, agaknya tidak akan dapat menyamai tingkat kakek yang mulia dan terhormat Bu Kek Siansu....”

Berkata sampai disini, pemuda itu membungkukkan tubuhnya seakan-akan hendak memberi hormat kepada nama yang disebutnya tadi.

“Bu Kek Siansu? Siapa dia....?”

Kwi Lan makin tertarik. Kalau diantara semua tokoh yang hebat-hebat tadi tidak dapat menyamai tingkat kakek ini, tentu kakek ini benar-benar seorang manusia yang amat luar biasa.

“Maaf, Nona. Aku tidak berani sembarangan menyebut-nyebut namanya yang terhormat. Akan tetapi aku mempunyai lagu yang menurut Suhu adalah ciptaan Beliau. Kau suka mendengar lagu tiupan suling?”

Sambil berkata demikian, pemuda itu merogoh ke belakang baju dan kembali seperti orang main sulap, ia telah mengeluarkan sebatang suling bambu. Diam-diam Kwi Lan terheran dan menduga-duga, apa saja kiranya isi dalam baju pemuda tukang sulap ini. Kemudian melihat suling itu, ia bertanya,

“Jangan-jangan engkau sendiri yang berjuluk Suling Emas!”

Pemuda itu tertawa.
“Ah, Nona jangan main-main. Apakah aku pantas menjadi seorang laki-laki berusia lima puluh tahun lebih? Dan pula, sulingku ini bambu biasa, bambu kuning, sama sekali bukan emas, biarpun sama kuningnya. Kau dengarlah baik-baik, karena lagu ini bukan lagu sembarangan lagu melainkan lagu agung ciptaan manusia dewa.”

Pemuda itu lalu meniup sulingnya dan terdengar lengking suara suling yang halus merdu, kemudian suara itu membentuk irama lagu yang amat aneh. Mula-mula amat sukar ditangkap iramanya, sukar dirasakan kenikmatannya, akan tetapi makin lama suara suling itu makin menggulung semua pikiran dan perasaan Kwi Lan sehingga gadis ini duduk termenung seperti orang tak sadar, terbuai suara itu yang mendatangkan rasa tenang dan damai dalam hatinya.

Lenyaplah segala kehendak, segala keinginan, segala perasaan, seperti keadaan orang tidur dalam sadar! Setelah pemuda itu menghentikan tiupan sulingnya, gema suara tadi masih berdengung dan mempesona jiwa Kwi Lan sehingga ia masih diam terlongong. Akhirnya ia sadar dan menarik napas panjang, kemudian memandang dengan kagum kepada pemuda itu.

“Aiih, kiranya engkau amat pandai meniup suling. Hebat!”

Wajah pemuda itu makin berseri gembira. Ia menjura dan berkata,
“Bukan karena aku pandai meniup suling Nona, melainkan karena lagu itu memang hebat, sekaligus menembus jantung menguasai jiwa. Dibandingkan dengan Suling Emas, kepandaianku meniup suling tidak ada sepersepuluhnya dan lagi.... kabarnya Suling Emas memang menerima ilmu-ilmunya dari Bu Kek Siansu yang terhormat.”






Tidak ada komentar:

Posting Komentar