Ads

Sabtu, 10 Agustus 2019

Mutiara Hitam Jilid 028

"Kau kenapa? Mau tertawa, tertawalah. Mengapa memandang kepadaku seperti orang ragu-ragu? Kau kira aku takut? Huh, enak disini!” kata Kwi Lan yang segera duduk melonjorkan kedua kakinya.

Hauw Lam terkejut.
"Apa kau bilang....? Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku.... eh, Mutiara Hitam, apakah engkau mempunyai mata seperti kucing?”

"Hemm, kalau aku kucing, engkau tikus! Sudahlah, jangan rewel dan lebih baik kau ceritakan apa yang kau lakukan tadi.”

Tentu saja Hauw Lam tidak tahu bahwa gadis ini semenjak kecil tinggal di bawah tanah, di dalam istana bawah tanah sehingga ia merasa enak berada di bawah tanah! Karena semenjak kecil biasa hidup di tempat gelap Kwi Lan memiliki mata yang sudah biasa dengan kegelapan dan dapat melihat benda di dalam gelap, setidaknya lebih awas daripada orang biasa.

Mendengar suara gadis itu tidak dibuat-buat, diam-diam ia merasa semakin kagum dan suka. Gadis ini benar-benar hebat, pikirnya. Selain cantik jelita seperti dewi, juga wajar dan polos, ditambah kepandaian yang amat tinggi. Tadi ketika dikeroyok Cap-ji-liong, gadis ini sudah memperlihatkan bahwa ia memiliki kepandaian yang benar luar biasa.

Jarang ada tokoh yang mampu mempertahankan diri dari pengeroyokan Cap-ji-liong, apalagi melukai dua orang diantara mereka dalam pengeroyokan. Dan sekarang, biarpun telah terjebak masuk ke dalam sumur, gadis ini masih bersikap tenang dan enak saja, sama sekali tidak membayangkan sikap takut-takut.

"Nanti dulu, paling penting aku harus menyelidiki keadaan tempat ini, mencari jalan keluar.” kata Hauw Lam sambil mengulur kedua lengan ke depan, meraba-raba.

"Tak usah kau selidiki lagi. Percuma, sumur ini sengaja dibuat untuk menjebak musuh. Dindingnya terbuat dari batu tebal, tingginya lima tombak lebih dan diatas ditutup lembaran besi yang atasnya dipasangi tegel, dan dapat terbuka atau tertutup sendiri dengan alat rahasia.”

Kembali Hauw Lam menjadi heran. Gadis ini bicara seakan-akan tidak berada di dalam gelap, seperti menceritakan keadaan yang dilihatnya dengan nyata. Ia tidak percaya lalu kedua tangannya meraba-raba dinding. Dan memang betul apa yang dikatakan gadis itu. Dinding sumur itu segi empat, lebarnya tiga meter tiap segi, dan terbuat daripada batu tebal. Karena bagi Hauw Lam tempat itu amat gelap, ia tidak dapat melihat apa-apa ketika meraba-raba sehingga tiba-tiba ia meraba kepala gadis itu!

"Eh-eh, mau apa kau? Seperti orang buta saja!” Gadis itu membentak.

"Wah, maaf.... aku.... aku memang seperti buta disini....”

"Duduklah dan jangan berkeliaran.”

Hauw Lam lalu duduk di atas lantai sumur. Tanah padas berbatu itu agak basah. Betapapun juga, ia tidak dapat bersikap masa bodoh seperti gadis ini. Masa mereka harus menerima kematian seperti dua ekor tikus dalam sumur? Ia harus berdaya untuk keluar dari dalam sumur ini.

"Mutiara, aku tidak mengerti bagaimana kau dapat mengetahui keadaan sumur ini. Akan tetapi kalau dalamnya benar lima tombak, tak mungkin kita meloncat keluar dari sini. Biarpun begitu, dengan bantuan golok dan pedangmu, aku dapat meloncat-loncat sambil menancapkan golok dan pedang bergantian pada dinding, terus sampai keluar. Setelah itu, aku akan mencari tambang untuk menarikmu keluar pula.”

"Eh, takutkah engkau disini?”

"Bukan takut! Akan tetapi kita harus mencari jalan keluar.”

"Hemm, bagaimana kau akan membuka penutup besi di atas itu? Pula, siapa tahu begitu kau keluar, hujan senjata akan menyambutmu?”

Hauw Lam terkejut. Beralasan juga kata-kata gadis ini.
"Habis.... bagaimana.”






"Kita menanti kesempatan dan sementara itu, duduk mengaso disini dan kau ceritakan apa yang terjadi tadi.”

Malu juga rasa hati Hauw Lam mendengar suara gadis itu yang amat tenang. Ia lalu bercerita. Ketika tadi melihat datangnya Ci-lan Sai-kong yang menggiring dua belas orang gadis-gadis muda yang diculik, Hauw Lam marah bukan main. Akan tetapi ia menahan-nahan perasaan hatinya dan setelah mendapat kesempatan ia lalu menyelinap ke dalam pada saat perhatian semua orang tertarik oleh perbuatan Kwi Lan yang amat berani.

Setelah tiba di ruangan belakang, ia menyergap dan menotok seorang anggauta Thian-liong-pang. Dari orang inilah ia mendapat keterangan tentang dua belas orang gadis itu yang ditahan di kamar belakang, dijaga oleh empat orang anggauta Thian-liong-pang. Ia menotok lumpuh orang itu kemudian melanjutkan penyelidikannya. Tekad hatinya akan menolong dan membebaskan dua belas orang gadis itu.

Dengan kepandaiannya yang tinggi, secara mudah ia merobohkan empat orang penjaga dan pada saat itulah dari atas genteng melayang turun seorang laki-laki yang ternyata adalah Ciam Goan, bekas tokoh Thian-liong-pang yang tadi diusir oleh Ma Kiu.

Girang hati Hauw Lam dan diam-diam ia kagum menyaksikan keberanian Ciam Goan. Biarpun sudah jelas bahwa orang gagah itu tak mungkin dapat melawan para pimpinan Thian-liong-pang dan tadi pun sudah dikalahkan, namun orang she Ciam itu masih berani dan berusaha menolong dua belas orang gadis tawanan.

Tanpa banyak cakap mereka lalu memasuki kamar, membebaskan dua belas orang gadis itu. Hauw Lam menyerahkan dua belas orang gadis itu kepada Ciam Goan untuk diajak melarikan diri, sedangkan dia sendiri memancing perhatian orang dengan jalan membakar bangunan samping bagian belakang.

Akalnya berhasil baik. Semua orang lari ke tempat kebakaran dan mengeroyoknya, sehingga Ciam Goam dan dua belas orang gadis tawanan itu dapat pergi dengan aman. Hauw Lam sendiri lalu memancing mereka yang mengeroyoknya ke sebelah dalam gedung, bahkan ia lalu menggabung dengan Kwi Lan yang sudah terdesak oleh Cap-ji-liong sehingga akhirnya mereka berdua terjeblos ke dalam sumur perangkap.

“Begitulah.” Hauw Lam mengakhiri ceritanya. “Kuharap saja orang she Ciam itu berhasil melarikan dan menyelamatkan dua belas orang gadis itu. Dan kau sendiri, apa yang kau lakukan tadi? Wah, kepandaianmu hebat bukan main, Mutiara Hitam. Aku takluk setelah menyaksikan betapa kau melawan pengeroyokan Cap-ji-liong!”

“Hemm, mereka memang kuat sekali kalau maju bersama. Sebelum kau datang membantu, hampir aku roboh.”

Mutiara Hitam atau Kwi Lan lalu menceritakan pengalamannya. Hauw Lam kagum sekali dan diam-diam di lubuk hatinya ia merasa puas dan tidak akan penasaran kalau mengalami kematian bersama nona ini di dalam sumur!

“Sekarang bagaimana? Aku bukannya takut terkurung seperti ini, akan tetapi kita tidak boleh tinggal diam saja. Kita harus keluar dari sini, terutama sekali engkau....” katanya.

“Mengapa aku? Kalau kau bagaimana?”

“Aku juga harus dapat keluar, akan tetapi yang paling penting engkau, Nona. Kau seorang wanita, karena itu harus didahulukan keselamatanmu....”

“Huh, laki-laki dan wanita apa bedanya?”

Hauw Lam tidak mau membantah tentang itu.
“Biar kucoba untuk merayap atau meloncat naik.”

“Percuma, kita tunggu kesempatan. Kalau ada yang membuka penutup besi di atas itu, sudah kupersiapkan jarum-jarumku. Begitu ada orang di atas, kuserang dengan jarum dan kau boleh melompat dengan bantuan golokmu ditancapkan pada dinding.”

“Bagaimana kalau tidak ada yang membuka penutup besi di atas?”

“Kalau begitu, hemm.... kita tinggal disini selamanya sampai mati”

Mendengar kata-kata yang dikeluarkan seenaknya dan tenang-tenang saja itu, Hauw Lam bergidik. Akan tetapi hatinya menjadi hangat ketika ia ingat betapa gadis itu agaknya senang saja tinggal berdua dengan dia di situ selamanya sampal mati! Ia menjadi terharu dan baru sekali ini selama hidupnya Hauw Lam merasa hatinya terharu sekali dan juga bahagia! Suaranya menjadi gemetar ketika ia berkata, lenyap nadanya yang suka bergurau, suaranya kini bersungguh-sungguh.

“Nona.... aku...., aku pun rela mati disini, rela tinggal disini selama hidupku, bahkan aku akan berbahagia sekali.... berdua di sampingmu selamanya....”

“Ihhh! apa maksud kata-katamu yang aneh ini?”

Kwi Lan yang tentu saja masih bodoh dalam hal asmara, bertanya heran. Nada suara gadis ini menyadarkan Hauw Lam, membuat mukanya merah sekali, membuat ia merasa malu sekali. Untung bahwa tempat itu gelap sehingga ia tidak usah menentang pandang mata Kwi Lan, dan kegelapan ini sesungguhnya yang membuat ia berani melanjutkan kata-katanya yang membisikkan suara hatinya.

“Mutiara.... biarpun belum lama aku mengenalmu, bahkan namamu yang sesungguhnya pun aku belum tahu.... akan tetapi.... aku tidak merasa begitu. Bagiku engkau sudah kukenal selama hidupku. Tadinya aku sebatang kara di dunia ini... setelah bertemu denganmu, aku merasa tidak sebatang kara lagi. Mutiara.... ah, aku harus berterus terang.... aku.... aku cinta padamu....”

Saking kaget dan herannya mendengar ucapan yang sama sekali belum pernah didengarnya dan yang baru ia raba-raba maksud sebenarnya ini, Kwi Lan duduk termenung dan menggigit jarum yang dipegangnya. Ia seperti orang terpesona, tidak peduli bahwa pada saat itu, sinar terang menerobos masuk dari atas dan penutup lubang sumur itu dibuka orang! Hauw Lam melihat ini dan cepat melompat, siap untuk menerjang ke atas dan berseru.

“Mutiara.... lekas serang dia....”

Akan tetapi Kwi Lan hanya memandangnya dan berkata bingung,
“Ada apa....?”

“Ssstt.... naiklah....!”

Tiba-tiba orang yang membuka penutup sumur itu berkata, kemudian seutas tambang meluncur turun dari atas. Hauw Lam dan Kwi Lan melihat bahwa yang muncul dan melemparkan tambang itu adalah seorang yang berkerudung kain hitam, akan tetapi dari suaranya dapat diketahui bahwa dia seorang laki-laki. Begitu melempar tambang, bayangan itu lenyap kembali.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar