Dia tidak tahu betapa pada saat itu, di atas sana, kakak kandungnya, Sie Lan Hong, sedang menangis dan memanggil-manggil namanya, minta bukti dan tanda bahwa dia telah tewas. Dia hanya merasa tubuhnya seperti akan meledak, maka tanpa memperdulikan apapun yang akan terjadi, dia menggerakkan sebelah tangan dan kedua kakinya, meronta dan mendorong, menendang.
“Blaaaaarrrrr....!”
Dapat dibayangkan betapa kagetnya tiga orang yang berada di depan gundukan tanah kuburan itu ketika tiba-tiba terdengar suara keras seperti ledakan dan gundukan tanah itu pecah dan bagaikan ada bahan peledak yang amat kuat meledak dari dalam gundukan tanah, maka tanah dan batu berikil berhamburan.
Sie Lan Hong menjerit, Lie Bouw Tek sudah menarik lengan wanita itu diajak bertiarap agar jangan terkena tanah dan batu kerikil yang muncrat berhamburan. Mereka masih melihat sesosok bayangan orang meloncat keluar dari dalam lubang di bawah gundukan tanah itu, meluncur ke atas dan berjungkir balik lima kali sebelum melayang turun ke atas tanah.
“Keparat....! Kau.... iblis....!”
Terdengar Thai-yang Suhu membentak. Pendeta palsu inipun terkejut bukan main ketika melihat gundukan tanah itu tiba-tiba meledak dan dari dalamnya meloncat seorang yang dikenalnya sebagai Pendekar Bongkok! Masih persis Pendekar Bongkok seminggu yang lalu, hanya pakaian dan rambutnya kusut dan kotor berlumpur dan kini mukanya merah seperti udang direbus, matanya mencorong seperti bukan mata manusia.
Melihat ini, Thai-yang Suhu yang khawatir kalau rahasianya terbuka, segera meloncat maju dan menerjang dengan sepasang pedangnya! Dia langsung saja melakukan serangan maut, menusukkan pedang kanan ke arah tenggorokan dan pedang kiri ke arah lambung Pendekar Bongkok!
Pada saat itu, Sie Liong masih belum mendapatkan kembali ingatannya sepenuhnya dan dia bergerak tanpa perhitungan pikiran lagi, melainkan digerakkan oleh kekuatan mujijat yang terhimpun di dalam dirinya. Ketika pedang di tangan Thai-yang Suhu itu meluncur ke arah tenggorokan dan lambungnya, dia hanya mengeluarkan bentakan yang aneh, melengking panjang dan tangannya bergerak ke arah sinar pedang yang menyambarnya.
“Bresss....!”
Tubuh Thai-yang Suhu terlempar beberapa meter jauhnya, terbanting dan tidak mampu bangkit kembali karena kedua pedang di tangannya yang tadi dia pergunakan untuk menyerang, entah bagaimana telah membalik dan menancap di dada dan lehernya sendiri! Dia tewas seketika!
“Liong-te....!”
Lan Hong meloncat menghampiri Sie Liong. Akan tetapi, dengan sekali lompatan yang jauh sekali, Sie Liong melarikan diri. Dia belum ingat siapa wanita itu, dan dia tidak ingin terjadi wanita itu tewas seperti orang yang menyerangnya tadi. Dan begitu melompat, dia terkejut sendiri karena lompatannya tidak seperti biasa, amat jauhnya seperti terbang saja! Melihat adiknya melarikan diri dengan lompatan yang luar biasa itu, Lan Hong berseru memanggil-manggil dan mengejar.
“Liong-te, tunggu....! Liong-te....!”
Akan tetapi dengan beberapa kali lompatan saja, bayangan Sie Liong telah lenyap dan Lan Hong berdiri bingung, tidak tahu ke mana adiknya tadi pergi. Lie Bouw Tek sudah berada di dekatnya dan pendekar Kun-lun-pai ini berkata.
“Sudahlah, Hong-moi. Tidak ada gunanya dikejar. Dia sudah jauh sekali, entah di mana. Dia.... dia.... seperti dapat terbang saja dan tidak mungkin bagi kita untuk dapat menyusulnya.”
Dia masih terpukau karena kagumnya menyaksikan kehebatan Pendekar Bongkok, adik wanita yang dikasihinya itu. Dia sudah mendengar bahwa Pendekar Bongkok memiliki ilmu kepandaian tinggi, akan tetapi apa yang disaksikannya tadi jauh melampaui dugaannya. Terlalu dahsyat ilmu yang dimiliki Pendekar Bongkok itu, tidak lumrah manusia!
“Aih, Lie-toako.... apakah engkau tidak melihat lengan kirinya tadi? Dia.... dia buntung! Aihh, adikku, apa yang telah mereka lakukan kepadamu? Aku harus mencari Kim Sim Lama, aku harus membalaskan adikku, akan kuminta pertaggungan jawabnya!” Lan Hong menangis.
“Tenanglah, Hong-moi. Yang penting, adikmu itu masih dalam keadaan selamat, bukan? Kalau kita kembali ke sana, tentu mereka tidak akan menerima kita sebaik tadi. Apalagi Thai-yang Suhu telah tewas. Kita bahkan harus cepat pergi dari sini. Aku hendak menghadap Dalai Lama dan melaporkan segalanya. Kim Sim Lama dan para pengikutnya itu jelas hendak melempar fitnah kepada Dalai Lama dan dia berbahaya sekali. Mari, Hong-moi, mari kita pergi menghadap Dalai Lama. Kemudian baru kita mencari jejak adikmu Sie Liong dan puterimu....”
“Bi Sian....! Ah, dimana anakku Bi Sian? Apa yang telah terjadi dengannya? Melihat apa yang menimpa diri adikku, aku sungguh gelisah memikirkan anakku, toako.”
“Hong-moi, kita tetap berusaha untuk mencarinya, dan sementara itu, serahkan saja kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Di samping berusaha mencarinya, kita hanya dapat berdoa, Hong-moi. Dan tenangkan hatimu karena bukankah menurut ceritamu, puterimu itu memiliki ilmu kepandaian yang tinggi? Kuraaa ia mampu menjaga diri sendiri.”
“Memang benar, toako. Ia lihai dalam ilmu silat. Akan tetapi, ia masih muda, kurang pengalaman, dan di dunia ini terdapat demikian banyak orang yang jahat dan keji.”
Lie Bouw Tek menghiburnya. Mereka berdua menjenguk ke dalam lubang bekas kuburan Sie Liong. Lubang dalam tanah itu kosong dan pendekar Kun-lun-pai itu menemukan sebuah tabung bambu yang sudah pecah-pecah. Dia mengerutkan alisnya, menduga-duga apa gunanya benda itu, lalu membuangnya jauh-jauh.
Kemudian, dia menyeret mayat Thai-yang Suhu dan mendorongnya ke dalam lubang bekas kuburan Sie Liong, kemudian, dibantu oleh Lan Hong, dia menimbuni lubang itu dengan tanah yang tadi berhamburan.
Semua ini mereka kerjakan dengan tergesa-gesa karena khawatir kalau sampai ada yang melihatnya. Kemudian mereka cepat meninggalkan kuburan itu, pergi ke Istana Dalai Lama untuk menghadap pendeta kepala para Lama itu.
“Blaaaaarrrrr....!”
Dapat dibayangkan betapa kagetnya tiga orang yang berada di depan gundukan tanah kuburan itu ketika tiba-tiba terdengar suara keras seperti ledakan dan gundukan tanah itu pecah dan bagaikan ada bahan peledak yang amat kuat meledak dari dalam gundukan tanah, maka tanah dan batu berikil berhamburan.
Sie Lan Hong menjerit, Lie Bouw Tek sudah menarik lengan wanita itu diajak bertiarap agar jangan terkena tanah dan batu kerikil yang muncrat berhamburan. Mereka masih melihat sesosok bayangan orang meloncat keluar dari dalam lubang di bawah gundukan tanah itu, meluncur ke atas dan berjungkir balik lima kali sebelum melayang turun ke atas tanah.
“Keparat....! Kau.... iblis....!”
Terdengar Thai-yang Suhu membentak. Pendeta palsu inipun terkejut bukan main ketika melihat gundukan tanah itu tiba-tiba meledak dan dari dalamnya meloncat seorang yang dikenalnya sebagai Pendekar Bongkok! Masih persis Pendekar Bongkok seminggu yang lalu, hanya pakaian dan rambutnya kusut dan kotor berlumpur dan kini mukanya merah seperti udang direbus, matanya mencorong seperti bukan mata manusia.
Melihat ini, Thai-yang Suhu yang khawatir kalau rahasianya terbuka, segera meloncat maju dan menerjang dengan sepasang pedangnya! Dia langsung saja melakukan serangan maut, menusukkan pedang kanan ke arah tenggorokan dan pedang kiri ke arah lambung Pendekar Bongkok!
Pada saat itu, Sie Liong masih belum mendapatkan kembali ingatannya sepenuhnya dan dia bergerak tanpa perhitungan pikiran lagi, melainkan digerakkan oleh kekuatan mujijat yang terhimpun di dalam dirinya. Ketika pedang di tangan Thai-yang Suhu itu meluncur ke arah tenggorokan dan lambungnya, dia hanya mengeluarkan bentakan yang aneh, melengking panjang dan tangannya bergerak ke arah sinar pedang yang menyambarnya.
“Bresss....!”
Tubuh Thai-yang Suhu terlempar beberapa meter jauhnya, terbanting dan tidak mampu bangkit kembali karena kedua pedang di tangannya yang tadi dia pergunakan untuk menyerang, entah bagaimana telah membalik dan menancap di dada dan lehernya sendiri! Dia tewas seketika!
“Liong-te....!”
Lan Hong meloncat menghampiri Sie Liong. Akan tetapi, dengan sekali lompatan yang jauh sekali, Sie Liong melarikan diri. Dia belum ingat siapa wanita itu, dan dia tidak ingin terjadi wanita itu tewas seperti orang yang menyerangnya tadi. Dan begitu melompat, dia terkejut sendiri karena lompatannya tidak seperti biasa, amat jauhnya seperti terbang saja! Melihat adiknya melarikan diri dengan lompatan yang luar biasa itu, Lan Hong berseru memanggil-manggil dan mengejar.
“Liong-te, tunggu....! Liong-te....!”
Akan tetapi dengan beberapa kali lompatan saja, bayangan Sie Liong telah lenyap dan Lan Hong berdiri bingung, tidak tahu ke mana adiknya tadi pergi. Lie Bouw Tek sudah berada di dekatnya dan pendekar Kun-lun-pai ini berkata.
“Sudahlah, Hong-moi. Tidak ada gunanya dikejar. Dia sudah jauh sekali, entah di mana. Dia.... dia.... seperti dapat terbang saja dan tidak mungkin bagi kita untuk dapat menyusulnya.”
Dia masih terpukau karena kagumnya menyaksikan kehebatan Pendekar Bongkok, adik wanita yang dikasihinya itu. Dia sudah mendengar bahwa Pendekar Bongkok memiliki ilmu kepandaian tinggi, akan tetapi apa yang disaksikannya tadi jauh melampaui dugaannya. Terlalu dahsyat ilmu yang dimiliki Pendekar Bongkok itu, tidak lumrah manusia!
“Aih, Lie-toako.... apakah engkau tidak melihat lengan kirinya tadi? Dia.... dia buntung! Aihh, adikku, apa yang telah mereka lakukan kepadamu? Aku harus mencari Kim Sim Lama, aku harus membalaskan adikku, akan kuminta pertaggungan jawabnya!” Lan Hong menangis.
“Tenanglah, Hong-moi. Yang penting, adikmu itu masih dalam keadaan selamat, bukan? Kalau kita kembali ke sana, tentu mereka tidak akan menerima kita sebaik tadi. Apalagi Thai-yang Suhu telah tewas. Kita bahkan harus cepat pergi dari sini. Aku hendak menghadap Dalai Lama dan melaporkan segalanya. Kim Sim Lama dan para pengikutnya itu jelas hendak melempar fitnah kepada Dalai Lama dan dia berbahaya sekali. Mari, Hong-moi, mari kita pergi menghadap Dalai Lama. Kemudian baru kita mencari jejak adikmu Sie Liong dan puterimu....”
“Bi Sian....! Ah, dimana anakku Bi Sian? Apa yang telah terjadi dengannya? Melihat apa yang menimpa diri adikku, aku sungguh gelisah memikirkan anakku, toako.”
“Hong-moi, kita tetap berusaha untuk mencarinya, dan sementara itu, serahkan saja kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Di samping berusaha mencarinya, kita hanya dapat berdoa, Hong-moi. Dan tenangkan hatimu karena bukankah menurut ceritamu, puterimu itu memiliki ilmu kepandaian yang tinggi? Kuraaa ia mampu menjaga diri sendiri.”
“Memang benar, toako. Ia lihai dalam ilmu silat. Akan tetapi, ia masih muda, kurang pengalaman, dan di dunia ini terdapat demikian banyak orang yang jahat dan keji.”
Lie Bouw Tek menghiburnya. Mereka berdua menjenguk ke dalam lubang bekas kuburan Sie Liong. Lubang dalam tanah itu kosong dan pendekar Kun-lun-pai itu menemukan sebuah tabung bambu yang sudah pecah-pecah. Dia mengerutkan alisnya, menduga-duga apa gunanya benda itu, lalu membuangnya jauh-jauh.
Kemudian, dia menyeret mayat Thai-yang Suhu dan mendorongnya ke dalam lubang bekas kuburan Sie Liong, kemudian, dibantu oleh Lan Hong, dia menimbuni lubang itu dengan tanah yang tadi berhamburan.
Semua ini mereka kerjakan dengan tergesa-gesa karena khawatir kalau sampai ada yang melihatnya. Kemudian mereka cepat meninggalkan kuburan itu, pergi ke Istana Dalai Lama untuk menghadap pendeta kepala para Lama itu.
**** 115 ****
Pendekar Bongkok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar